imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Menunggang Bebek Sambil Menunggu Sedan

Pasar saham itu kadang tingkahnya persis anak muda yang gampang bosan. Orang-orang sibuk mengejar cerita-cerita seksi macam bank digital atau mimpi kendaraan listrik masa depan, sampai lupa sama mesin tua yang sebenarnya bikin ekonomi kita jalan. Dharma Polimetal ($DRMA) adalah contoh paling pas buat situasi ini. Di saat semua orang ribut soal baterai nikel, perusahaan ini anteng saja mencetak komponen logam di pabriknya yang bising. Kalau kita baca laporan sembilan bulan pertama 2025 mereka, itu rasanya bukan kayak baca laporan keuangan biasa, tapi lebih kayak melihat cermin realitas kelas menengah kita, mau gaya tapi dompet masih pas-pasan.

Coba kita bedah pendapatan mereka pelan-pelan. Ada satu hal lucu yang justru menyelamatkan nyawa perusahaan ini. Bisnis komponen mobil (roda empat) mereka sebenarnya lagi "sakit", pendapatannya turun 7%. Tapi, bisnis motor (roda dua) justru naik 14%. Ini ironis tapi masuk akal. Saat duit lagi susah, beli mobil itu mimpi yang bisa ditunda, tapi motor itu kaki buat cari makan. Gara-gara segmen motor inilah DRMA masih bisa catat kenaikan laba bersih, biarpun tipis banget cuma 2%. Bayangkan kalau mereka cuma jualan komponen mobil, mungkin ceritanya bakal beda total.

Tapi, jangan buru-buru senang cuma karena labanya hijau. Ada lampu kuning yang nyala diam-diam. Margin laba bersih mereka turun jadi 9,6%, padahal tahun lalu masih dua digit. Kenapa? Karena ongkos produksi naik 10% dan biaya admin juga ikutan naik 7%. Ini bikin kita bertanya-tanya: apakah ini murni karena harga bahan baku yang mahal, atau perusahaan mulai agak boros? Di bisnis pabrikan kayak begini, efisiensi itu segalanya. Kalau volume penjualan nggak meledak tapi biaya naik terus, keuntungan bakal tergerus pelan-pelan.

Nah, langkah manajemen buat beli mayoritas saham PT Mah Sing Indonesia (PTMSI) itu menurut saya langkah yang cerdik, bukan cuma nafsu gedein aset. Mereka beli perusahaan plastik yang punya rekam jejak pendapatan sekitar Rp400 miliar setahun. Ini kayak main catur. DRMA tahu kalau masa depan otomotif mungkin butuh bahan yang lebih ringan dari logam, jadi mereka masuk ke plastik sekarang. Selain itu, ini cara cepat buat nambah omzet pas pertumbuhan bisnis asli mereka lagi agak melambat. Intinya, mereka nggak mau cuma diam nunggu nasib.

Satu hal yang sering orang lupa karena terlalu sibuk liatin grafik harga adalah dompet perusahaan ini tebal. Neraca mereka sehat banget, utangnya (gearing) nyaris nol atau bahkan negatif. Di zaman bunga bank lagi nggak murah, punya duit kas begini itu mewah banget. Mereka bisa ekspansi tanpa harus ngemis ke bank. Anehnya, pasar menghargai saham ini murah banget, PER-nya cuma sekitar 8 kali, jauh di bawah rata-rata biasanya. Pasar mungkin takut sama lesunya industri mobil, tapi lupa kalau perusahaan ini punya pertahanan yang kuat.

Tahun 2025 ini mungkin bakal jadi tahun yang membosankan, kita disuruh sabar dengan proyeksi pertumbuhan laba cuma 3%. Tapi kalau mau lihat agak jauh ke 2026, ada harapan pemulihan sampai 11%. Pertanyaannya buat kita sekarang simpel saja, apakah kita percaya roda ekonomi mau itu motor atau mobil bakal muter kencang lagi? DRMA ini taruhan buat orang yang sabar, bisnisnya memang kotor dan nggak seksi, tapi sangat penting buat negara ini.

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

$ASII $AUTO

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy