imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$MBAP Wood Pellet: Seberapa Besar Potensi Laba Masa Depannya?

Pertanyaan salah satu member External Community Pintar Nyangkut, berapa potensi laba masa depan MBAP jika proyek wood pellet-nya sudah rampung. Di kepala banyak orang, jawabannya sederhana, wood pellet tinggal ganti posisi batubara sebagai mesin cetak uang hijau. Sayangnya, realitas di bisnis pellet global itu jauh dari cerita indah brosur ESG, banyak contoh di luar negeri yang justru tumbang gara-gara salah hitung struktur biaya dan utang. Di sisi lain, MBAP sedang dalam posisi tanggung, batubara masih jadi tulang punggung, tapi margin sudah terkikis dan manajemen terpaksa mencari bensin baru lewat jasa tambang, tambak udang, sampai pellet. Jadi pertanyaan aslinya bukan cuma seberapa besar potensi laba pellet, tapi lebih tajam lagi apakah proyek ini calon mesin laba atau sekadar asuransi hijau yang margin-nya tipis. External Comunity Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community menggunakan kode: A38138 https://stockbit.com/post/13223345

Mulai dulu dari inti bisnisnya. MBAP dan entitas anak masih berporos pada pertambangan, perdagangan, dan perindustrian batubara dengan tambang utama di Malinau, Kalimantan Utara, yang sudah produksi sejak 2008. Di bawahnya ada PT Baradinamika Mudasukses (BDMS) yang juga pegang IUP di Malinau, lalu deretan anak usaha yang mulai meluas ke energi dan agrikultur. PT Mitramuda Makmur (MMM) bergerak sebagai kontraktor tambang, sudah komersial sejak 2022. PT Mitrajasa Sentosa Cemerlang (MJSC) baru mulai jasa pertambangan di 2025. Di sisi non batubara, ada PT Mitradelta Bahari Pratama (MBP) untuk pertambakan udang, sudah komersial sejak 2024, sementara PT Malinau Hijau Lestari (MHL) dan PT Mitra Alam Malinau Lestari (MAML) masih tahap pengembangan perkebunan. Untuk energi terbarukan, PT Mitra Malinau Energi (MME) disiapkan sebagai pembangkit listrik tenaga biomassa, dan MBAP juga punya ventura bersama PT Masdar Mitra Solar Radiance (MMSR) di bisnis penyewaan mesin dan peralatan tenaga surya. Jadi struktur grupnya sudah jelas, batubara di tengah, dikelilingi satelit jasa tambang, udang, kebun, biomassa, dan solar. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Di laporan keuangan sembilan bulan 2025, sumber duit MBAP masih sangat batubara. Total pendapatan sebelum eliminasi sekitar 123,7 juta USD, dengan penjualan batubara ke pihak ketiga sekitar 98,9 juta USD. Jasa kontraktor pertambangan menyumbang sekitar 24,7 juta USD, penanganan batubara 2,23 juta USD, jasa pengeboran dan eksplorasi 0,59 juta USD, dan penjualan udang baru 0,15 juta USD. Di luar itu, ada penghasilan keuangan 3,45 juta USD dari bunga kas dan deposito, artinya neraca masih gemuk kas dan ini yang dipakai membiayai eksperimen diversifikasi sambil tetap nyaman bayar dividen.

Masalahnya, kalau segmennya dibedah, kelihatan betapa rapuhnya mesin lama. Segmen batubara mencatat pendapatan 98,9 juta USD tapi laba bruto cuma 5,3 juta USD, gross margin sekitar 5,36%. Laba usaha malah negatif sekitar 2,4 juta USD, jadi operating margin -2,44%. Artinya, setiap 100 USD penjualan batubara, setelah bayar biaya produksi dan biaya operasional, grup justru rugi di level operasi. Kontrak batubara memang masih ada, IUP sudah diperpanjang sepuluh tahun pada 2022, tapi secara profitabilitas ini bukan lagi sapi perah yang gemuk, lebih mirip kuda tua yang masih dipaksa lari.

Kontras dengan itu, segmen jasa pertambangan tampil sebagai bintang baru. Pendapatan 24,7 juta USD, laba bruto 5,15 juta USD, laba usaha 4,71 juta USD. Gross margin sekitar 20,83% dan operating margin 19,05%. Secara angka, laba operasi jasa tambang hampir sama besar dengan total laba bruto dari batubara, padahal ukuran pendapatannya jauh lebih kecil. Ini menjelaskan kenapa manajemen agresif membesarkan MMM dan MJSC, karena di tengah harga batubara yang fluktuatif, jasa tambang ke pihak berelasi seperti PT Baramulti Suksessarana Tbk memberi cashflow yang jauh lebih stabil. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Segmen agrikultur malah kebalikannya. Pendapatan 148.922 USD dari penjualan udang, tapi laba bruto negatif 542.212 USD, gross margin sekitar -364%. Setelah biaya operasi, rugi usaha melebar jadi 841.477 USD. Di sini kelihatan wajah asli diversifikasi tahap awal, duit sudah keluar untuk tambak dan peralatan, tapi skala masih kecil dan efisiensi operasi belum kebentuk. MHL dan MAML di perkebunan masih development stage, MME di biomassa juga belum komersial, sehingga secara konsolidasi agrikultur lebih banyak menggerus laba daripada menambah.

Di tengah peta itulah Proyek Wood Pellet berdiri. Di neraca, proyek ini muncul sebagai aset tetap dalam penyelesaian dengan biaya perolehan 24,82 juta USD per 30 September 2025, baru sekitar 69% dari target. Manajemen memperkirakan proyek selesai akhir 2025, yang artinya kontribusi pendapatan baru akan terasa penuh di 2026 ke depan. Di luar laporan keuangan, pemberitaan di media menyebut total capex proyek wood pellet dan infrastruktur pendukung, termasuk kebun energi dan dermaga, bisa tembus sekitar 70 juta USD, dengan sebagian besar dibiayai pinjaman bank sindikasi dan sisanya dari kas internal. Kalau angka ini yang dipakai, berarti MBAP menaruh satu blok aset setara seperempat sampai sepertiga total ekuitasnya ke satu lini bisnis baru yang belum terbukti.

Supaya tidak analisis di ruang hampa, perlu lihat dulu liga wood pellet di luar negeri. Contoh ekstrem yang pertama adalah Enviva di Amerika Serikat, produsen industrial wood pellet yang dulu digadang sebagai pemain terbesar dunia untuk memasok utilitas listrik di Eropa dan Jepang. Di atas kertas, model bisnisnya rapi, kontrak jangka panjang take or pay, volume besar, semua terdengar aman. Namun data terbaru menunjukkan profit margin sekitar -56,96%, operating margin -42,17%, ROE -6,19%, dan ROA sekitar -27,11%. Dengan struktur utang yang berat dan biaya kayu yang naik, Enviva akhirnya masuk Chapter 11 pada 2024. Di sini pelajaran yang paling keras, bisnis pellet bisa berubah dari narasi energi hijau yang seksi menjadi lubang hitam yang menggerus ekuitas kalau pricing dan leverage salah. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Di ujung lain spektrum, ada Drax di Inggris. Drax bukan produsen pellet murni, tapi utilitas listrik yang mengkonversi PLTU batubara menjadi pembangkit biomassa dan sekaligus punya segmen produksi pellet di Amerika Utara. Marjin grup Drax secara laporan keuangan jauh lebih sehat, gross margin di kisaran seperempat omzet dan net margin positif satu digit, dengan ROE dua digit. Kuncinya, mereka tidak hanya jual pellet, tapi juga menikmati tarif listrik yang didukung kebijakan pemerintah dan integrasi vertikal dari hulu ke hilir, sehingga volatilitas harga pellet lebih teredam di level konsolidasi. Produsen efisien seperti Graanul Invest di Baltik juga dilaporkan bisa membukukan net margin dua digit dengan biaya bahan baku rendah karena integrasi dengan industri kayu lokal, meskipun detail ROE ROA tidak seterbuka emiten publik.

Dari benchmark itu, pola kasarnya mulai kelihatan. Bisnis pellet murni tanpa subsidi dan tanpa integrasi kuat cenderung bermain di gross margin sekitar 20 sampai 35%, operating margin 10 sampai 20%, dan net margin sehat biasanya hanya 5 sampai 12% jika semua berjalan lancar. Begitu harga jual turun sedikit atau biaya kayu dan logistik naik, marjin bisa cepat tergerus sampai nol atau negatif. Di titik itu, struktur utang menjadi faktor pembeda antara sekadar tahun buruk dan kecelakaan sistemik seperti yang terjadi di Enviva.

Sekarang tarik ke MBAP. Berdasarkan informasi proyek, kapasitas wood pellet sekitar 150 ribu ton per tahun, pasar utama Jepang dan mungkin Korea. Untuk proyeksi sederhana, kita anggap utilisasi setelah ramp up 90% atau 135 ribu ton per tahun. Harga jual pellet ke utilitas Jepang dalam beberapa tahun terakhir bergerak di kisaran ratusan USD per ton, naik turun tergantung kontrak dan siklus. Kita buat tiga skenario harga jual referensi 110 USD, 130 USD, dan 150 USD per ton, mewakili fase lemah, normal, dan kuat. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Untuk biaya, kita pakai asumsi konservatif yang masih masuk akal. Cost of goods sekitar 95 USD per ton yang mencakup biomassa dari kebun energi, energi, tenaga kerja, pemeliharaan, dan logistik lokal ke pelabuhan. Beban operasional non produksi, seperti gaji manajemen pabrik, sertifikasi, dan overhead, kita set 15 USD per ton. Total investasi proyek diasumsikan 70 juta USD, dengan 50 juta USD berupa utang bank berbunga 4% per tahun, sehingga beban bunga sekitar 2 juta USD per tahun, sisanya 20 juta USD ekuitas. Pajak kita pakai 22% sebagai proksi.

Di skenario harga rendah 110 USD per ton, pendapatan pellet sekitar 14,85 juta USD. COGS 95 USD per ton berarti laba kotor 2,03 juta USD, gross margin 13,6%. Setelah OPEX 15 USD per ton, laba usaha praktis nol, operating margin 0%. Beban bunga 2 juta USD langsung mengubahnya jadi rugi sebelum pajak sekitar 2 juta USD, net margin sekitar -13,5%. Dengan aset proyek 70 juta USD, ROA sekitar -2,9% dan ROE sekitar -10%. Itu artinya kalau siklus harga pellet masuk fase jelek dan MBAP tetap terikat kontrak harga rendah sementara biaya biomassa naik, proyek pellet bisa menjadi drag ke laba konsolidasi, bukan penolong.

Skenario harga dasar 130 USD per ton sedikit lebih menarik tapi masih jauh dari kata seksi. Pendapatan naik jadi 17,55 juta USD. Laba kotor 4,73 juta USD, gross margin 26,9%. Setelah OPEX, laba usaha sekitar 2,7 juta USD, operating margin 15,4% yang mirip benchmark pellet segment milik industri besar. Setelah bunga dan pajak, laba bersih sekitar 0,55 juta USD, net margin hanya 3,1%. ROA sekitar 0,8% dan ROE sekitar 2,7%. Angka ini menunjukkan bahwa di harga yang wajar sekalipun, wood pellet versi MBAP lebih cocok disebut diversifikasi hijau dengan profit tipis, bukan mesin ROE tinggi. Kalau dibandingkan dengan usaha jasa tambang MBAP yang operating margin hampir 19% dan laba usahanya 4,71 juta USD hanya dari 24,7 juta USD pendapatan, pellet tampak inferior secara return. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Baru di skenario harga tinggi 150 USD per ton proyek wood pellet mulai terlihat menarik. Pendapatan melonjak ke sekitar 20,25 juta USD. Dengan COGS yang sama, laba kotor 7,43 juta USD, gross margin 36,7%. Setelah OPEX, laba usaha 5,4 juta USD, operating margin 26,7%. Setelah bunga dan pajak, laba bersih kira-kira 2,65 juta USD, net margin 13,1%. Di level ini, ROA sekitar 3,8% dan ROE sekitar 13,3%. Itu setara atau sedikit di atas ROE konsolidasi MBAP sekarang dan masih di bawah ROA perusahaan global yang matang seperti Drax. Namun perlu diingat, skenario harga tinggi ini mensyaratkan MBAP bisa mengunci kontrak jangka panjang di harga ekspor yang berada di ujung atas range, sementara pasar pellet global justru menunjukkan tren harga turun beberapa tahun terakhir ketika suplai dari Vietnam dan produsen lain melimpah.

Proyeksi wood pellet MBAP di tiga skenario itu bercerita seperti ini. Di harga rendah, proyek berpotensi menjadi lubang rugi yang memotong laba batubara dan jasa tambang. Di harga menengah, proyek hidup, tapi margin bersih tipis dan ROE hanya beberapa titik persen. Di harga tinggi, proyek mulai layak disebut mesin laba tambahan, tapi tetap bukan pengganti batubara dalam hal kontribusi absolut ke laba bersih grup. Dengan volume 135 ribu ton, bahkan di skenario tertinggi sekalipun laba bersih pellet sekitar 2,65 juta USD masih kalah besar dibanding potensi pemulihan tipis saja di marjin batubara atau ekspansi lebih jauh di jasa tambang.

Dari sisi profil risiko, pellet MBAP punya beberapa kelebihan dibanding contoh buruk seperti Enviva. MBAP punya kebun energi sendiri lewat MHL dan MAML sehingga biaya feedstock lebih bisa dikontrol, dan grup masih ditopang kas dan penghasilan bunga yang besar. Namun kelemahannya juga jelas. Skala 150 ribu ton relatif kecil dibanding pemain global yang kapasitasnya ratusan ribu sampai jutaan ton, sehingga fixed cost per ton cenderung lebih tinggi, dan ruangan untuk salah harga lebih sempit. Utang 50 juta USD di atas proyek yang sangat sensitif terhadap harga jual juga membuat investor perlu disiplin menagih transparansi kontrak penjualan, indeks harga yang dipakai, serta strategi lindung nilai. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Kalau pakai asumsi realistis harga di kisaran 130 USD per ton, proyek ini berpotensi menyumbang laba bersih tambahan hanya sekitar setengah juta USD per tahun dengan net margin sekitar 3% dan ROE sekitar 3%. Kalau harga sangat bersahabat di zona 150 USD per ton, laba bisa naik ke 2 sampai 3 juta USD per tahun, net margin dua digit dan ROE di atas 10%. Namun itu pun tetap menjadikan pellet sebagai mesin laba nomor dua atau tiga di grup, di bawah jasa pertambangan yang marjinnya sudah terbukti, bukan pengganti penuh untuk batubara yang sedang melemah.

Buat investor, pesan pentingnya sederhana tapi agak pahit. Wood pellet MBAP layak dinilai sebagai opsi pertumbuhan hijau dan alat mitigasi risiko jangka panjang ketika batubara makin tertekan, tetapi secara murni finansial, proyeksi marjinnya kemungkinan besar berada di bawah profil bisnis batubara di masa jaya dan sedikit di bawah jasa tambang yang sekarang jadi primadona. Kalau ekspektasi disetel seolah pellet akan tiba-tiba mendongkrak laba MBAP berkali lipat, itu terlalu optimistis. Kalau ekspektasi diposisikan bahwa pellet adalah satu dari beberapa kaki baru yang membuat MBAP tidak mati ketika batubara makin kurus, sambil tetap mengandalkan jasa tambang sebagai mesin kas utama, itu jauh lebih masuk akal.

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy