Okay, sekarang coba gue buat narasi base on data seperti ini. 24 Juni s/d 19 Nov 2025 broker paling agresif beli:
XL (Asing / institusi besar) 15,1B
BR (Asing / institusi) 4,9B
YP (Indo – retail besar / semi institusi) 2,6B
XA (asing) 1,7B
Yang jual besar:
ZP (ritel)
YU (ritel)
YB (ritel)
IN (ritel/prop kecil)
Interpretasi:
Asing dan institusi besar masuk
Ritel yang buang barang
See!?
“smart money masuk waktu ritel panik.”
Note: saya ambil data dari tgl 24 Juni s/d 19 Nov 2025 karena ini posisi kenaikan setelah perusahaan sudah memenuhi kewajiban keterbukaan informasinya pada 9 Mei 2025.
Fase sebelum Juli
Harga sideway tipis -> volatilitas rendah -> akumulasi senyap
Fase Juli s/d Agustus
Break out dari base -> volume meningkat -> awal uptrend.
Fase September
Puncak rally: candle hijau panjang, harga melewati upper Bollinger Band, RSI tinggi.
Ini fase markup, smart money sudah siap tarik harga.
Fase Oktober–November
Healthy correction -> konsolidasi -> Bollinger mulai menyempit lagi.
Ini fase re-accumulation, bukan downtrend (cek jg average price dari masing2 broker besar yg masih megang). Ciri-cirinya: Harga gak turun dalam, Lower band gak ditembus, Candle kecil-kecil, RSI kembali ke zona netral (ideal untuk next leg up).
Ada satu pola yang gak pernah berubah di pasar saham. Kalau ritel panik, big player masuk pelan-pelan. Dan kalau big player masuk… harga biasanya nggak lama-lama di bawah. Itu yang lagi kejadian.
DYOR
$PBRX
1/2

