Saya sudah sering cerita tentang prinsip-prinsip Peter Lynch, terutama tentang retail investor vs smart money. Salah satu prinsip Peter Lynch yang sudah teruji oleh zaman, dan masih on point sampai hari ini adalah bahwa yang disebut-sebut "smart money" itu sebenarnya sama sekali tidak smart

Satu-satunya keunggulan yang dimiliki "smart money" adalah mereka bisa menggiring sentimen investor retail untuk menjadi exit liquidity mereka

Sedangkan bagi Peter Lynch, investor yang punya keunggulan terbesar justru adalah investor retail yang bisa menemukan peluang di lapangan yang tidak dilirik oleh smart money yang hanya melihat data-data tanpa menjadi praktisi di lapangan

Inilah pentingnya buy what you know dan tidak keluar dari circle of competence

Saya kasih satu contoh bagaimana saya mempraktikkan prinsip mbah saya ini

1. Circle of competence saya adalah business transformation dan business process reengineering. Salah satu tools transformasi paling core di era sekarang adalah cloud computing

Makanya salah satu conviction terbesar saya adalah di kompetitor kantor saya, yaitu MTDL. Atasan dan mantan atasannya atasan saya adalah bekas MTDL, saya masih kenal sama beberapa CEO anak usaha MTDL, dan saya pernah makan malam langsung sama direktur investasi MTDL beberapa tahun sebelum saya membeli saham pertama saya

Story di sini sederhana, data center itu adalah sekumpulan komputer, dan komputer dengan spek data center di Indonesia hanya bisa didapatkan dari dua sumber: Synnex, anak usaha utama MTDL; dan distributor Synnex, yaitu reseller yang at the end of the day ngambil hardware-nya dari Synnex. Pengecualian untuk data center afiliasi RRT, mereka bisa bawa hardware dari kampung halaman mereka sendiri

Story ini cukup linear, nothing special. Tapi scuttlebutt bottom-up yang saya lakukan, sebagaimana mandat dari mbah saya Lynch, tidak berhenti sampai di sini

2. Sebagaimana circle of competence saya, saya paham bahwa revolusi industri yang datang dalam waktu paling segera adalah vibe coding, dan vibe coding ini akan semakin meningkatkan demand data center, terutama di negara di mana data center belum terlalu saturated

Lalu apakah saya akan invest di pure-play data center? Saya pernah nitip sendal beberapa kali, tapi ternyata bukan itu story yang membuat conviction terkuat. Story linear saya sudah cukup di "selling shovels in a gold rush" play yaitu Synnex. DCII, selain bukan barang baru, story linear-nya juga sudah lebih terwakili karena toh kalau mereka mau ekspansi ataupun peremajaan, bakalan ngambil hardware dari Synnex juga

Saya mencari story yang tidak linear, dan masih di awal ekspansi, sehingga hanya sebagian kecil smart money yang sudah melirik, dan yang sudah melirik pun belum tertarik menggoreng

Ini story yang nggak akan dilirik oleh bandarmology, juga nggak akan dilirik oleh yang ngaku "investor" tapi cuma melihat data kinerja kuartalan, or worse, cuma melihat corporate action terakhir

Padahal story ini SANGAT mudah dan sederhana, bagi yang buy what you know dan tetap di dalam circle of competence-nya

STTelemedia, salah satu portfolio usaha Singtel (TLKM-nya Singapur), sedang ekspansif di STTelemedia Global Data Centers. Data centers di Singapura yang cuma segede DKI, udah saturated, jadi paham dong ke mana target ekspansi mereka berikutnya?

Yap

Di mana data center-nya dibangun? Ini masuk prinsip scuttlebutt, karena saya alumni, dulu pernah kerja di kawasan $DMAS

Siapa kontraktor yang membangun? Pfft easy peasy $TOTL

Now the cherry on top. Fasilitas apa yang pasti dibutuhkan oleh engineers data centers-nya di dalam sana? Masa iya nggak $TOTO 馃ぃ

Tinggal susun portfolionya. Siapa yang akan paling diuntungkan? Jadikan core portfolio

Siapa yang cuma kecipratan berkahnya? Titip sendal, cicil selot-selot jadi satellite

Jadi, story apa yang kamu dapatkan dari buy what you know? Coba cerita di kolom komentar 馃憞馃徑 kali aja saya tertarik haka ye kan

Read more...

1/5

testestestestes
2013-2025 Stockbit 路AboutContactHelpHouse RulesTermsPrivacy