$MDIY LK Q3 2025: Growth at All Cost
Request member External Comunity Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community menggunakan kode: A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Strategi bisnis MDIY ini sudah mirip dengan startup. Bukan startup aplikasi yang bakar duit untuk subsidi ongkir, tapi startup ritel fisik yang obsesinya satu hal dulu yaitu ngegas jumlah gerai secepat mungkin dan percaya bahwa laba yang tebal akan datang belakangan. Kalau ACES selama ini dianggap raja ritel modern, MDIY lagi memainkan versi yang lebih agresif dari playbook yang sama. Bedanya, MDIY menggabungkan ekspansi gerai gila-gilaan, ketergantungan impor di atas 70%, dan timing yang kurang bersahabat karena dolar menguat dan Purbaya mengetatkan pintu impor di bea cukai. Ini kombinasi yang bisa menjadikan laporan keuangan tampak cantik di sisi pertumbuhan, tetapi bikin investor yang peduli efisiensi mulai mengernyitkan dahi. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Secara angka, cerita growth MDIY memang menggoda. Dalam 9 bulan 2025, penjualan naik sekitar 17,27% year on year dari kurang-lebih 4,9 triliun Rupiah di 9M 2024 menjadi sekitar 5,8 triliun Rupiah di 9M 2025. Secara kuartalan juga mulus. Q1 2025 pendapatan sekitar 1,8 triliun Rupiah, Q2 naik menjadi sekitar 1,9 triliun, Q3 menembus kisaran 2,0 triliun. Ini pola yang disukai semua fund manager, grafik polos menanjak dari kiri bawah ke kanan atas. Di belakang angka penjualan, ekspansi fisik benar-benar ngebut. Akhir 2024 MDIY punya 961 toko. Q1 2025 sudah menjadi 1.021 gerai, Q2 naik ke 1.086, dan Q3 tembus 1.154. Artinya dalam 9 bulan mereka menambah sekitar 193 gerai, setara kenaikan jumlah toko di kisaran 6% per kuartal. Ini gaya startup yang sedang mengejar dominance, bukan gaya ritel matang yang fokus memerah laba dari jaringan yang sudah mapan.
Masalahnya, ketika kita turunkan ke level unit economics per gerai, euforia mulai berkurang. Pendapatan per gerai per kuartal nyaris tidak naik. Di Q1 2025, rata-rata pendapatan per toko sekitar 1,77 miliar Rupiah. Q2 naik sedikit menjadi sekitar 1,78 miliar, lalu Q3 malah turun tipis lagi ke sekitar 1,77 miliar per gerai. Artinya setiap tambahan gerai baru belum membawa daya jual yang lebih tinggi dibanding toko lama, hanya menambah volume secara agregat. Ini ciri klasik ekspansi yang masih dalam fase ramp up, di mana jaringan melebar tetapi produktivitas rata-rata toko belum benar-benar naik. Di atas kertas angka pertumbuhan revenue terlihat manis, tetapi per unit gerai sebenarnya MDIY masih jalan di tempat.
Di sisi biaya, efek strategi seperti startup ini jauh lebih terasa. Beban pokok penjualan selama 9 bulan naik sekitar 16% sejalan dengan pertumbuhan pendapatan, sehingga gross margin masih bertahan di sekitar 55% lebih sedikit. Permasalahan serius ada di level beban operasional. Beban umum dan administrasi melonjak hampir 28% year on year, jauh di atas pertumbuhan penjualan. Dua komponen yang paling menyiksa adalah depresiasi aset hak-guna toko dan gaji karyawan. Depresiasi sewa toko naik lebih dari 40% karena penambahan ratusan gerai baru otomatis memicu beban depresiasi yang besar setiap bulan, terlepas toko itu sudah padat pengunjung atau baru setengah hidup. Di saat yang sama, beban gaji dan tunjangan juga naik lebih dari 20% seiring penambahan karyawan untuk mengisi toko baru. Kombinasi ini menciptakan negative operating leverage, situasi di mana penjualan tumbuh tetapi laba bersih tidak ikut lari. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Hasil akhirnya terlihat jelas di bawah. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk selama 9 bulan hanya naik sekitar 0,76% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Penjualan naik hampir seperlima, tetapi laba bersih nyaris tidak bergerak. Secara kuartalan Q2 sempat terlihat sebagai titik paling efisien, dengan net margin sekitar 14,5% dan laba bersih per gerai sekitar 258 juta Rupiah per kuartal. Namun di Q3, meskipun laba bersih nominal masih naik sedikit, jumlah gerai yang bertambah membuat laba per gerai turun ke kisaran 246 juta dan net margin turun menjadi sekitar 14%. Investor yang jeli akan melihat pola gelombang. Setiap gelombang pembukaan toko di awal periode membuat margin tertekan, lalu ketika toko itu mulai matang pendapatan per gerai membaik sebentar, sebelum gelombang ekspansi berikutnya kembali mendilusi margin. Polanya sangat menyerupai startup yang terus mengejar pertumbuhan user, bukan perusahaan ritel mapan yang obsesinya sudah bergeser ke profitabilitas.
Di titik ini, risiko makro mulai ikut menekan. Sekitar tiga perempat pembelian barang MDIY pada 9M 2025 berasal dari impor. Pada saat yang sama dolar bergerak dari sekitar 16.162 Rupiah di akhir 2024 ke sekitar 16.588 Rupiah di awal 2025. Dengan barang dagangan yang mayoritas impor, setiap pelemahan Rupiah langsung mengangkat biaya perolehan persediaan. Di atas kertas gross margin masih bisa dipertahankan, tetapi caranya adalah dengan menaikkan harga ke konsumen atau menerima tekanan volume. Yang lebih mengganggu adalah efeknya di neraca. Nilai persediaan barang dagangan naik dari sekitar 1,9 triliun Rupiah di akhir 2024 menjadi sekitar 2,4 triliun Rupiah di akhir September 2025. Modal kerja terkunci di rak toko dan gudang. Penyisihan persediaan usang juga naik dari sekitar 11,7 miliar menjadi sekitar 15,3 miliar Rupiah. Ini tanda dini bahwa sebagian stok yang dibeli mahal berisiko tidak laku dengan harga yang cukup untuk menutup biaya dan beban operasional.
Kalau kita geser ke arus kas, nuansa startup terasa lebih kuat. Secara teknis kualitas laba MDIY bagus. Laba bersih 9M sekitar 790 miliar Rupiah, sedangkan kas dari aktivitas operasi sekitar 1,0 triliun Rupiah. Rasio kas operasi terhadap laba sekitar 1,27 kali, artinya laba memang didukung transaksi tunai, bukan permainan akrual. Namun cerita berubah ketika masuk ke free cash flow. Dari kas operasi sekitar 1 triliun tadi, hampir 640 miliar dihabiskan untuk belanja modal dan akuisisi aset tetap. Di sisi pendanaan, perusahaan masih harus mengeluarkan ratusan miliar untuk bayar pinjaman bank dan sewa. Di atas semuanya, ada satu pos besar yang membuat kas makin kering yaitu pembayaran pajak sekitar 500 miliar Rupiah, jauh lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Hasil akhirnya saldo kas turun dari sekitar 673 miliar menjadi hanya sekitar 367 miliar Rupiah. Kas turun sekitar 45%. Secara kasar, modelnya mirip startup yang sudah mampu menghasilkan kas dari operasi, tetapi hampir semua kas tersebut langsung dihabiskan untuk ekspansi dan kewajiban, sehingga free cash flow yang benar-benar bebas sangat tipis. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Dari sudut pandang efisiensi, Q2 2025 bisa dianggap sebagai cuplikan masa depan terbaik MDIY. Di kuartal itu, pendapatan per toko masih sekitar 1,78 miliar per kuartal, tetapi laba bersih per gerai mencapai titik tertinggi sekitar 258 juta Rupiah. Net margin pun menyentuh sekitar 14,5%. Di titik ini, kombinasi jumlah gerai dan produktivitas toko berada di posisi yang paling seimbang, wave pembukaan gerai sebelumnya sudah mulai matang, sedangkan gelombang gerai baru berikutnya belum sepenuhnya menekan margin. Simulasi yang menarik muncul ketika efisiensi kuartal ini dijadikan patokan. Dengan 1.154 gerai dan kinerja selevel Q2 yang dijaga konsisten selama setahun penuh, pendapatan tahunan bisa mendekati 8,2 triliun Rupiah dan laba bersih sekitar 1,19 triliun Rupiah. Dengan kapitalisasi pasar sekitar 26 triliun Rupiah di harga 1.035, itu implikasinya price to earnings sekitar 22 kali. Untuk emiten ritel dengan pertumbuhan laba single digit dan ketergantungan impor tinggi, ini bukan angka murah.
Sekarang bayangkan skenario yang lebih agresif yang jelas sedang dibayangkan sebagian pelaku pasar. Misalnya MDIY suatu saat berhasil mencapai 2.000 gerai dengan produktivitas per toko dan margin seefisien Q2 2025. Secara matematika, pendapatan tahunan bisa melonjak ke kisaran 14,2 triliun Rupiah dan laba bersih tembus lebih dari 2 triliun. Di level laba seperti itu, dengan harga saham yang sama, price to earnings turun menjadi sekitar 12,5 kali dan valuasi langsung terlihat jauh lebih masuk akal. Ini menjelaskan mengapa pasar masih mau membayar mahal hari ini. Investor tidak sedang membeli MDIY versi 1.154 toko yang labanya stagnan, tetapi membeli mimpi MDIY versi 2.000 toko dengan margin puncak. Polanya betul-betul pola startup, harga saham merefleksikan kondisi masa depan yang ideal, bukan kondisi keuangan saat ini.
Pertanyaan pentingnya, seberapa besar hambatan untuk sampai ke sana. Hambatan pertama jelas negative operating leverage. Selama ritme pembukaan toko tetap agresif sementara produktivitas gerai baru belum bisa melampaui rata-rata lama, setiap gelombang ekspansi akan kembali menekan margin dan laba per toko. Hambatan kedua datang dari risiko harga dan kurs. Dengan lebih dari 75% pembelian berasal dari impor, setiap pelemahan Rupiah atau pengetatan kebijakan impor seperti pengetatan pengawasan bea cukai di era Purbaya bisa memukul COGS dan memaksa manajemen memilih antara mengorbankan margin atau volume penjualan. Hambatan ketiga adalah modal kerja dan persediaan. Persediaan yang terus menggelembung berarti kas terus nyangkut di rak. Kalau rotasi stok tidak dipercepat dan manajemen tidak disiplin menahan pembelian, cadangan kerugian persediaan berpotensi membengkak dan pelan-pelan menggerogoti laba. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Di sisi lain, ada juga faktor pendukung yang membuat MDIY tidak bisa serta-merta dicap berbahaya. Neraca dari sisi utang masih relatif aman. Rasio net debt terhadap EBITDA berada di kisaran 0,37 kali, jauh di bawah batasan covenant bank di 2,25 kali. Artinya secara kredit, perusahaan punya ruang bernapas lebar untuk mengelola fluktuasi kas dan tetap mendapatkan pembiayaan dari perbankan. Gross margin sekitar 55% juga menunjukkan posisi harga yang kuat, konsumen tampaknya masih bersedia membayar mark up yang cukup tinggi untuk barang rumah tangga yang dijual. Basis pelanggan pun sangat terdiversifikasi, tidak ada satu pun pelanggan yang menyumbang di atas 10% penjualan, begitu juga di sisi pemasok. Struktur seperti ini mengurangi risiko guncangan dari satu pihak yang terlalu dominan.
Bagi investor, dilema MDIY cukup jelas. Di satu sisi, ini perusahaan yang sudah terbukti mampu menumbuhkan penjualan hampir 20% setahun, menjaga gross margin tebal, dan menghasilkan kas operasi yang lebih besar dari laba. Di sisi lain, laba bersih nyaris tidak tumbuh, kas menurun tajam, dan valuasi di harga sekarang menuntut skenario sukses yang sangat optimistis yaitu ekspansi jaringan besar dengan efisiensi mendekati puncak Q2 yang bertahan lama. Value investor yang disiplin akan melihat price to earnings di kisaran dua puluhan, price to book beberapa kali lipat ekuitas, free cash flow tipis, lalu mengangkat alis dan berkata ini mahal. Growth investor mungkin akan berkata lain, bahwa kita sedang membeli platform ritel yang masih di tengah fase scale up, dan ketika gerai mencapai titik jenuh, laba bisa meledak dan membuat valuasi sekarang terlihat masuk akal.
Pada akhirnya, MDIY saat ini posisinya lebih mirip startup ritel yang sudah lewat fase pembuktian produk, tetapi belum masuk fase panen laba. Kalau investor masuk di harga sekarang, secara praktis mereka sedang bertaruh bahwa manajemen mampu mengubah negative operating leverage menjadi positive operating leverage sebelum faktor eksternal seperti kurs, kebijakan impor, dan daya beli masyarakat Indonesia menutup peluang tersebut. Kalau target 2.000 gerai tercapai dengan efisiensi mendekati Q2 2025, pasar akan melihat mereka sebagai pemenang. Kalau sebaliknya, laba bersih terus stagnan sementara persediaan dan kas tetap tegang, saham seperti ini sangat rentan terhadap re rating turun yang dalam. Untuk investor ritel yang sering lupa membedakan antara pertumbuhan penjualan dan pertumbuhan laba, MDIY adalah ujian apakah mereka benar-benar membaca laporan keuangan atau hanya jatuh cinta pada cerita ekspansi. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$ACES $LPPF
