imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$DNAR LK Q3 2025: Bank Turnaround Atau Hanya Satu Fase Keberuntungan Siklus Kredit?

Request member External Comunity Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community menggunakan kode: A38138 https://stockbit.com/post/13223345

DNAR adalah salah satu bank lokal yang jatuh ke tangan orang Korea, sama seperti BBKP, tetapi kadar dramanya jauh lebih jinak. Kalau $BBKP identiknya dengan tumpukan masalah lama yang bikin investor migren, DNAR lebih mirip bank yang sudah disuntik modal besar duluan lalu beberapa tahun seperti bingung mau diapakan modal segede itu. Menariknya, di laporan keuangan terbaru, angka laba dan kualitas aset mulai kelihatan rapi, sementara harga sahamnya masih diperlakukan pasar seolah ini bank kecil yang tidak penting. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Secara neraca, DNAR itu bukan bank ecek ecek. Total aset sekitar 13,2 triliun rupiah per September 2025, dengan kredit bersih sekitar 9,3 triliun, penempatan di BI dan bank lain sekitar 0,9 triliun, dan surat berharga di kisaran 1,4 triliun. Ekuitasnya sekitar 3,76 triliun. Itu level modal yang untuk ukuran bank sekelas DNAR sudah masuk kategori kelewatan tebal. Nilai buku per saham sekitar 220 rupiah, sementara harga di pasar hanya 122. Artinya pasar cuma mau membayar sekitar 0,55 kali nilai buku. Diskon sekitar 45 % untuk bank yang CAR nya hampir 47 % adalah sinyal keras bahwa pasar menghargai DNAR sebagai bank yang kuat di neraca tetapi belum dipercaya di sisi laba.

Kalau disisir dari sisi pendanaan, barulah terlihat kenapa pasar tidak terlalu romantis. Dana pihak ketiga sekitar 7,9 triliun, tetapi komposisinya miring ke arah yang menyakitkan margin. Giro dan tabungan hanya sekitar 1,47 triliun, sedangkan deposito berjangka sekitar 5,75 triliun atau sekitar 72 % dari total DPK. CASA ratio di kisaran 18,6 % itu level yang bisa dibilang jelek untuk bank yang ingin margin stabil. Artinya DNAR hidup dari dana mahal. Sementara itu LDR bersih sekitar 117 %, menandakan kredit lebih besar daripada DPK. Sisanya ditopang pinjaman yang diterima sekitar 550 miliar. Jadi dari awal kelihatan paradoksnya. Modal di atas kertas sangat tebal, tetapi struktur pendanaan dan likuiditas membuat bank ini seperti pelari maraton yang kuat paru paru tetapi dipaksa lari dengan ransel berat di punggung. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Risiko likuiditasnya juga tidak bisa diabaikan. Di bucket jatuh tempo kurang dari satu bulan, liabilitas jangka pendek sekitar 4,8 triliun, sementara aset yang jatuh tempo di horizon yang sama hanya sekitar 1,4 triliun. Gap seperti ini berarti manajemen treasury harus rajin main juggling di pasar uang. Selama akses ke pasar antar bank dan instrumen likuid lain terbuka, ini bisa dikelola. Tetapi buat investor, angka ini menjelaskan kenapa meskipun CAR tinggi, pasar tetap memberi diskon. CAR mengukur kekuatan modal terhadap risiko kredit dan operasional. Likuiditas harian dan struktur dana tidak otomatis terselamatkan hanya karena CAR besar.

Menariknya, di sisi kualitas aset, DNAR justru lumayan rapi. NPL gross sekitar 2,36 % dan NPL net sekitar 1,22 %, keduanya membaik dibanding tahun sebelumnya dan jauh di bawah batas 5 % yang biasa dipakai regulator sebagai garis merah kasar. Coverage ratio pencadangan terhadap NPL gross sekitar 180 %. Artinya untuk setiap 1 rupiah kredit bermasalah, bank sudah menyiapkan cadangan hampir 1,8 rupiah. Di sini kelihatan wajah lain DNAR. Bank ini tidak terlihat seperti bom waktu kredit. Mereka memang punya portofolio restrukturisasi sekitar 484 miliar yang berpotensi naik kelas jadi NPL, tetapi bantalan CKPN plus modal yang tebal membuat risiko ini lebih mirip luka memar daripada peluru di kepala.

Kisah laba juga sudah tidak sesuram beberapa tahun lalu. Tahun 2020 laba sekitar 7,9 miliar dengan EPS sekitar 0,68. Tahun 2021 laba naik ke sekitar 17,5 miliar dengan EPS 1,24. Tahun 2022 laba naik pelan ke 13,2 miliar tapi EPS turun ke 0,78 karena jumlah saham sudah terdilusi sampai sekitar 17 miliar lembar akibat serangkaian PUT. Tahun 2023 laba naik ke sekitar 28,6 miliar dengan EPS 1,68. Tahun 2024 laba tembus hampir 50 miliar dengan EPS 2,93. Lalu di 9 bulan 2025, laba melompat ke sekitar 123,2 miliar. Dibagi 17,0 miliar saham, EPS 9M sekitar 7,23. Kalau angka ini diannualisasi secara konservatif, DNAR sudah bukan bank yang EPS nya nol koma lagi. Ini sudah masuk kelas bank kecil yang mulai sanggup menghasilkan laba yang terlihat di layar kalkulator. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Begitu angka EPS 7,23 ini masuk ke rumus valuasi, dinamika persepsi bisa berubah total. Di harga 122, PER berbasis EPS penuh 2024 memang masih di sekitar 41,6 kali. Untuk bank dengan CASA rendah dan LDR tinggi, angka itu terasa berlebihan. Tetapi kalau pakai EPS 9M 2025 yang diannualisasi, PER turun ke kira kira 16,9 kali. Bukan murah, tetapi jauh dari kategori tidak masuk akal. Dengan kata lain, koreksi data valuasi membuat DNAR pindah dari narasi bank bermodal jumbo dengan laba tipis dan PER ratusan, menjadi bank bermodal jumbo dengan laba yang mulai masuk akal tetapi belum dipercaya sepenuhnya.

Lalu kenapa pasar tetap memberi PBV 0,55 kalau laba mulai membaik? Di sini faktor sejarah dan model bisnis bicara. Ekuitas 3,7 triliun itu bukan lahir dari laba yang menumpuk puluhan tahun seperti bank besar mapan. Modal itu sebagian besar hasil serangkaian PUT di harga tinggi, di kisaran 170 per saham. Investor lama masih ingat bahwa uang segunung itu sempat beberapa tahun mengendap tanpa ROE yang menarik. EPS nol koma bertahun tahun setelah suntikan modal besar menanamkan impresi bahwa manajemen tahu caranya mengumpulkan uang dari pasar modal, tetapi belum terbukti konsisten mengolahnya menjadi laba yang signifikan. Pasar tidak mudah lupa.

Di sisi lain, ada risiko yang tidak muncul langsung di rasio seperti CAR dan NPL, yaitu restrukturisasi dan perkara hukum. Portofolio kredit restrukturisasi yang mendekati setengah triliun rupiah adalah potensi NPL masa depan. Selama debitur masih patuh bayar dan bisnis mereka pulih, semua baik baik saja. Tetapi sejarah perbankan di Indonesia penuh contoh bahwa tidak semua kredit restrukturisasi berakhir bahagia. Lalu ada deretan kasus perdata dan PKPU yang membuat DNAR harus sering bolak balik pengadilan. Manajemen memang menyatakan yakin tidak perlu membentuk provisi untuk perkara perkara ini dan beberapa gugatan besar sudah dimenangkan. Namun buat investor, deretan perkara ini tetap menambah lapisan noise di atas cerita fundamental yang sebetulnya mulai membaik. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Jadi pada titik ini DNAR berada di persimpangan. Dari satu sisi, kita melihat bank dengan CAR hampir 47 %, coverage NPL tebal, NPL gross terjaga di sekitar 2,3 %, nilai buku per saham di atas 220 rupiah, EPS yang melonjak ke kisaran 7 rupiah per saham, dan harga saham yang cuma 122. Semua itu mendukung narasi bahwa ini bank yang secara struktur sebenarnya sangat aman dari sudut pandang solvabilitas. Dari sisi lain, CASA tetap rendah, LDR tinggi, gap likuiditas jangka pendek negatif, portofolio restrukturisasi besar, dan histori beberapa tahun di mana modal segede gunung hanya menghasilkan laba yang pas pasan. Itu semua mendukung narasi bahwa pasar punya alasan logis untuk tetap memberi diskon.

Buat investor yang agresif, saham seperti ini terasa menggoda. Mereka akan melihat PBV 0,55 dan EPS yang mulai lari, lalu mengatakan bahwa ini kesempatan membeli bank recap versi Korea dengan harga sisa. Kalau tren laba 2025 bisa dipertahankan, mereka akan berargumen bahwa PER 16,9 kali untuk bank dengan CAR 46,8 % dan BVPS 220 adalah salah harga yang suatu saat akan dikoreksi. Di kepala mereka, DNAR bisa berubah dari bank kecil yang disepelekan menjadi cerita turnaround manis, apalagi kalau manajemen bisa menaikkan CASA dan menurunkan ketergantungan pada deposito mahal.

Sebaliknya, investor yang defensif akan membaca angka yang sama dengan kacamata berbeda. Mereka melihat struktur pendanaan yang mahal sebagai penyakit kronis, bukan gejala sementara. Mereka akan fokus pada fakta bahwa ekuitas sudah tebal sejak beberapa tahun lalu, tetapi baru sekarang EPS mulai kelihatan menarik. Buat mereka, pasar tidak sedang bodoh. PBV 0,55 dan PER belasan hanya mencerminkan kompromi. Modal yang aman dihargai, tetapi track record monetisasi modal masih dianggap belum layak dibayar penuh. Mereka akan menunggu bukti beberapa tahun ke depan, bukan hanya satu fase laba bagus. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Pada akhirnya, DNAR hari ini adalah saham yang menggantung di tengah. Terlalu murah untuk disebut sampah, terlalu banyak catatan kaki untuk disebut berlian. Neraca dan permodalan memberi bantalan yang luar biasa tebal. Laba mulai menunjukkan bahwa mesin bisnis bisa berputar. Tetapi struktur dana, likuiditas jangka pendek, restrukturisasi, dan sejarah dilusi membuat pasar memilih bersikap sinis dulu baru percaya kalau bukti sudah konsisten. Di harga 122, yang dibeli bukan cuma angka di laporan keuangan, tetapi juga pertanyaan besar. Apakah manajemen Korea di DNAR akan tercatat sebagai salah satu contoh sukses menghidupkan bank kecil Indonesia, atau hanya contoh lain bahwa modal besar tidak otomatis menjamin lahirnya bank yang efisien dan menguntungkan?

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy