$ADMG LK Q3 2025: Mahluk Apa Ini?
Request member External Comunity Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community menggunakan kode: A38138 https://stockbit.com/post/13223345
ADMG adalah perusahaan yang sangat asing bagi warga Stockbit. Kalau warga Stockbit ditanya tahu ndak saham $DADA $CBRE PIPA NINE PACK, biasanya responnya cepat dan penuh teori. Tapi kalau ditanya, tahu ndak ADMG? Mungkin langsung ditanya balik, jin dari planet mana itu? Padahal kalau dibuka pelan tetapi jujur, ADMG bukan jin, melainkan pabrik bahan baku yang diam-diam nongol di baju, karpet, kasur, botol, cairan pendingin mesin, sampai sebagian produk rumah tangga di Indonesia. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Nama resminya PT Polychem Indonesia Tbk. Perusahaan ini main di industri petrokimia yang sangat siklus, dengan dua dunia besar, yaitu dunia kimia dan dunia poliester. Pabrik kimia berlokasi di Merak, Banten, sedangkan fasilitas poliester berada di Karawang. Dari sisi produk, ADMG memproduksi ethylene glycol dan turunannya, juga berbagai produk poliester. Mono ethylene glycol atau MEG dipakai sebagai bahan baku poliester dan cairan pendingin mesin, di ethylene glycol atau DEG dipakai untuk resin poliester tidak jenuh, minyak rem, dan aditif, sedangkan tri ethylene glycol atau TEG dipakai di pengeringan gas alam dan aplikasi kimia lain. Di sisi poliester, ADMG punya kapasitas untuk memproduksi polyester chips, benang poliester, engineered plastic dan resin, serta polyester staple fiber. Produk ini kemudian mengalir ke pabrik pemintalan, penenun, dan produsen barang konsumer, lalu berubah wujud menjadi pakaian, karpet, kasur, mainan, sepatu olahraga, sampai tekstil rumah tangga. Jadi kalau ditarik ke kehidupan sehari-hari, ADMG ini sebenarnya ikut hadir di lemari pakaian dan di garasi, hanya saja namanya tidak pernah dipromosikan di iklan televisi.
Kalau hanya membaca brosur, ADMG kelihatan seperti emiten industri strategis yang menopang ekosistem tekstil dan plastik nasional. Masalahnya, ketika angka laporan keuangan dibuka, langsung kelihatan bahwa ini bukan jenis bisnis nyaman yang marginnya tebal dan bebas drama. Penjualan bersih tahun 2020 sekitar 152,7 juta dolar, naik cukup manis menjadi sekitar 190,2 juta dolar di 2021. Setelah itu grafiknya membengkok turun, 2022 jatuh ke sekitar 142,8 juta dolar, lalu 2023 makin menyusut ke sekitar 104,8 juta dolar. Di 2024 ada pantulan kecil ke sekitar 109,7 juta dolar. Lalu dalam 9 bulan pertama 2025, penjualan sudah mencapai sekitar 106,3 juta dolar, naik tajam sekitar 36% dibanding 9M 2024 yang hanya sekitar 78,1 juta dolar. Dari sisi topline, 2025 tampak seperti fase pemulihan volume dan harga, seolah bisnisnya bangkit lagi setelah beberapa tahun dipukul siklus. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Masalah muncul ketika angka margin kotor mulai dilihat. Tahun 2023, gross margin justru negatif sekitar minus 1,87%, artinya secara rata-rata perusahaan menjual barang di bawah total beban pokok penjualan. Tahun 2024 mulai positif tipis sekitar 0,94%. Di 9M 2024 bahkan sempat membaik ke sekitar 3,30%, tetapi 9M 2025 turun sedikit ke sekitar 3,06%. Dalam bahasa warung, penjualan memang jalan, uang kas berputar, tetapi setiap seribu rupiah penjualan hanya menyisakan margin kotor yang sangat tipis. Sedikit saja harga bahan baku naik atau pelanggan menekan harga jual, margin itu bisa hilang total. Dan karena bahan baku mereka mengikuti harga komoditas global, yang dipengaruhi harga minyak, konflik Rusia Ukraina, ketegangan geopolitik, sampai perang harga industri Tiongkok, posisi ADMG di tengah pusaran itu jauh dari kata nyaman.
Namun di sisi struktur pendanaan, ADMG punya satu keunggulan yang tidak dimiliki semua emiten siklikal. ADMG tidak menjadi budak utang berbunga. Liabilitas jangka pendek perusahaan didominasi utang usaha ke pemasok yang sifatnya tanpa bunga. Per 31 Desember 2024, utang usaha sekitar 31,89 juta dolar, lalu naik menjadi sekitar 35,66 juta dolar per 30 September 2025, naik sekitar 11,8% year to date. Piutang usaha bersih pada periode yang sama naik lebih agresif, dari sekitar 10,04 juta dolar ke 16,11 juta dolar, lompat sekitar 60,4%. Kas dari pelanggan selama 9 bulan juga naik, dari sekitar 77,28 juta dolar menjadi sekitar 101,40 juta dolar, naik sekitar 31,2%. Kas di neraca ikut menggemuk dari sekitar 7,36 juta dolar menjadi sekitar 13,00 juta dolar. Artinya apa? Secara kas, bisnis ini masih hidup, bahkan cukup kuat. Arus kas operasi masih positif, kas bertambah, dan pendanaan operasional banyak mengandalkan utang kepada pemasok yang tidak berbunga. Dari sudut pandang kreditur lembaga keuangan, ADMG termasuk perusahaan yang tidak merepotkan, karena tidak ada beban bunga besar dan tidak ada covenant bank yang bisa meledak sewaktu-waktu.
Sayangnya, masalah ADMG bukan di bank, melainkan pada dua kubu lain yang memegang leher perusahaan, yaitu pelanggan dan vendor. Di sisi pelanggan, konsentrasinya sangat ekstrem. Pada 30 September 2025, sekitar 86% dari total piutang usaha menempel hanya pada 5 pelanggan besar. PT Sayap Mas Utama misalnya, menyumbang sekitar 3,21 juta dolar piutang di 3M 2025, 4,81 juta dolar di 6M 2025, dan menjadi kontributor revenue sekitar 29,0% di 9M 2025, kira kira 30,8 juta dolar. Tahun sebelumnya, 9M 2024, kontribusinya sekitar 18,0% atau 14,0 juta dolar, dengan piutang 2024 sekitar 1,87 juta dolar dan 2023 sekitar 1,03 juta dolar. PT Multi Indomandiri bahkan lebih besar di sisi piutang, sekitar 4,40 juta dolar di 3M 2025, 5,84 juta dolar di 6M 2025, menyumbang sekitar 26,4% revenue 9M 2025 atau kurang lebih 28,0 juta dolar, dan sekitar 21,4% revenue 9M 2024 atau 16,7 juta dolar. Piutang dari Multi Indomandiri sekitar 1,97 juta dolar di 2024 dan 1,23 juta dolar di 2023. Ada juga PT Aktif Indonesia Indah yang piutangnya sekitar 1,84 juta dolar di 3M 2025 dan 1,72 juta dolar di 6M 2025, menyumbang sekitar 15,4% revenue 9M 2025 atau 16,3 juta dolar dan sekitar 16,0% revenue 9M 2024 atau 12,5 juta dolar, dengan piutang 2,35 juta dolar di 2024 dan 1,64 juta dolar di 2023. Di lapisan berikutnya ada PT Indo Sukses Sentra Usaha dengan piutang sekitar 1,99 juta dolar di 3M 2025, 2,06 juta dolar di 6M 2025 dan piutang 1,44 juta dolar di 2024 serta 0,64 juta dolar di 2023. Ditambah PT KAO Indonesia Chemicals dengan piutang sekitar 0,72 juta dolar di 3M 2025 dan 0,86 juta dolar di 6M 2025, dengan piutang sebelumnya sekitar 0,97 juta dolar di 2024 dan 0,92 juta dolar di 2023. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Dengan struktur seperti ini, jelas pelanggan bukan hanya sekadar klien, tetapi juga sumber risiko terbesar. Kalau lima nama ini sehat, bayar tepat waktu, dan tidak memaksa diskon berlebihan, bisnis ADMG berjalan. Tetapi kalau salah satu dari mereka tersandung masalah keuangan, menunda pembayaran, atau mengurangi volume, dampaknya langsung terasa di piutang, kas, sampai laba. Manajemen memang berusaha mengelola risiko dengan evaluasi kredit berkelanjutan dan asuransi penjaminan, tetapi secara prinsip, kalau 86% piutang bergantung pada lima entitas, mereka lah yang memegang remote pengatur harga dan syarat pembayaran. ADMG boleh saja membuat perhitungan, tetapi saat negosiasi, pihak yang menguasai volume tetap duduk di kursi yang lebih tinggi.
Di sisi vendor, gambarnya juga tidak menenangkan. ADMG sangat bergantung pada beberapa pemasok untuk bahan baku utama. Nama terbesar, PT Ecogreen Oleochemicals, secara konsisten muncul sebagai pemasok yang menguasai porsi pembelian. Nilainya sekitar 56,54 juta dolar di 2021, 65,56 juta dolar di 2022, 37,31 juta dolar di 2023, 52,83 juta dolar di 2024, dan naik menjadi sekitar 60,77 juta dolar di 9M 2025. Persentase kontribusinya terhadap total bahan baku yang digunakan melonjak dari sekitar 48,74% di 2023 menjadi sekitar 63,93% di 2024 dan tembus sekitar 72,1% di 9M 2025. Di masa lalu ada Marubeni Asean Pte Ltd yang juga besar, dengan pembelian sekitar 42,48 juta dolar di 2021, 44,38 juta dolar di 2022, 39,12 juta dolar di 2023, dan 29,78 juta dolar di 2024, namun di 9M 2025 porsinya turun di bawah 10% sehingga tidak lagi dicatat sebagai vendor utama. Ada juga Kolmar Singapore, PT Mitsubishi Chemical Indonesia, dan PT Chandra Asri Petrochemical di periode sebelumnya, tetapi tren terbaru menunjukkan konsentrasi semakin berat ke Ecogreen.
Buat perusahaan, ini pedang bermata dua. Di satu sisi, hubungan jangka panjang dengan satu pemasok bisa berarti logistik yang lebih mudah dan suplai yang lebih stabil. Di sisi lain, begitu satu pemasok menguasai lebih dari 70% bahan baku, daya tawar berbalik. Jika Ecogreen menaikkan harga atau mengubah syarat kredit, ADMG tidak punya banyak opsi selain menerima atau mengorbankan kapasitas produksi. Kondisi 9M 2025 sudah memberi sinyal itu. Bahan baku yang digunakan naik dari sekitar 53,55 juta dolar di 9M 2024 menjadi sekitar 84,21 juta dolar di 9M 2025, naik sekitar 57%, sementara penjualan naik sekitar 36% dan gross margin malah turun sedikit. Artinya, kenaikan harga bahan baku tidak bisa sepenuhnya dialihkan ke pelanggan. Margin jadi korban. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kalau angka piutang usaha dan arus kas diteliti lagi, kelihatan bahwa ADMG bermain di zona berbahaya namun terukur. Piutang naik sekitar 60,4% year to date, sementara penjualan naik 36% dan kas dari pelanggan naik 31,2%. Sebagian investor akan langsung panik karena piutang tumbuh lebih cepat dari kas, tetapi di sini konteksnya penting. Perusahaan memang sedang memacu penjualan, terutama ke pelanggan besar, sehingga piutang otomatis mengembang. Kas tetap masuk cukup besar, terbukti dari kenaikan kas di neraca. Namun fakta bahwa piutang lari paling kencang menunjukkan modal kerja yang terikat di pelanggan makin besar. Kalau ekonomi melemah atau ada satu pelanggan besar yang goyah, ADMG terancam bukan hanya dari sisi laba, tetapi juga dari sisi likuiditas.
Pola modal kerja sendiri sebenarnya cukup rapi. Per September 2025, utang usaha sekitar 35,66 juta dolar lebih besar daripada piutang usaha sekitar 16,11 juta dolar. Secara sederhana, pemasok secara kolektif membantu membiayai operasional ADMG lebih besar daripada pelanggan yang belum membayar. Dan karena utang usaha ini tidak berbunga, biaya pendanaan jangka pendek praktis nol. Untuk model bisnis yang marginnya tipis, kemampuan memakai neraca pemasok sebagai sumber pembiayaan adalah keunggulan yang tidak boleh disepelekan. Di saat banyak perusahaan sibuk membayar bunga pinjaman, ADMG lebih sibuk menjaga relasi dengan pemasok agar term pembayaran tetap longgar.
Selain dinamika pelanggan dan vendor, ada satu bab yang sering dilupakan yaitu perubahan struktur bisnis internal. Beberapa tahun lalu, segmen poliester masih punya peran penting. Pada 2020, penjualan segmen poliester sekitar 42,10 juta dolar atau sekitar 27,57% dari total penjualan. Tahun 2021 turun menjadi sekitar 34,61 juta dolar atau 18,20%. Setelah itu, grafiknya jatuh bebas. Tahun 2022 hanya sekitar 3,11 juta dolar atau 2,18%, lalu 2023 nyaris nol dengan penjualan sekitar 6.893 dolar saja, kontribusinya bukan lagi persen, tetapi koma kecil. Di 9M 2024 dan 9M 2025, segmen ini sudah 0%, benar-benar tidak menyumbang penjualan eksternal. Ini bukan sekadar keputusan akuntansi, ini cermin fakta bahwa pabrik poliester di Karawang sudah dihentikan sementara sejak September 2021 karena kondisi pasar yang jelek, kelebihan stok, efek pandemi, dan turbulensi harga bahan baku. Penghentian itu dilanjutkan lagi pada Maret 2022, dan sampai 9M 2025 manajemen masih menulis kalimat bahwa mereka sedang mengkaji alternatif terbaik untuk pabrik tersebut. Terjemahan kasarnya pabrik ini menjadi aset tidur yang menunggu nasib. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kebalikannya, segmen ethylene glycol dan petrokimia berubah menjadi tulang punggung tunggal. Di 2020, penjualan segmen ini sekitar 110,61 juta dolar atau 72,43% dari total penjualan. Tahun 2021 naik menjadi sekitar 155,58 juta dolar atau 81,80%. Tahun 2022 sekitar 139,66 juta dolar atau 97,82%. Tahun 2023 sekitar 104,80 juta dolar dan kontribusinya lebih dari 99,99%. Di 9M 2024 dan 9M 2025, segmen ini menyumbang 100% penjualan eksternal, masing masing sekitar 78,13 juta dolar dan 106,27 juta dolar. Capex juga mengikuti arah yang sama. Tahun 2023, belanja modal sekitar 1,11 juta dolar dan dialokasikan seluruhnya ke segmen ethylene glycol dan petrokimia, sementara poliester dibiarkan tertidur. Dari sisi strategi, ini logis. Perusahaan memilih mengalirkan modal ke segmen yang masih bisa menghasilkan penjualan daripada memaksa hidupkan bisnis poliester di tengah oversupply global dan tekanan Tiongkok.
Lalu bagaimana dengan prospek ke depan? Kalau memakai kacamata optimis, narasinya kurang lebih seperti ini. ADMG sudah melewati masa tergelap, yaitu ketika poliester mampet, penjualan turun tajam, dan gross margin sempat negatif. Mereka sekarang fokus ke satu segmen yang memang masih bisa bernafas, yaitu petrokimia ethylene glycol. Penjualan 9M 2025 naik sekitar 36%, gross margin tetap positif sekitar 3%, kas bertambah, dan tidak ada utang berbunga besar yang menghantui. Kalau siklus petrokimia berbalik naik karena permintaan barang konsumer dan industri global menguat, terutama kalau Tiongkok tidak terlalu agresif membanjiri pasar dengan kapasitas berlebih, utilisasi pabrik ADMG di Merak bisa dinaikkan dan leverage operasional bisa bekerja. Biaya tetap pabrik terbagi ke volume yang lebih besar, sehingga margin bersih bisa naik jauh lebih cepat daripada penjualan. Di atas itu, pabrik poliester di Karawang masih menjadi call option. Kalau, suatu saat, harga poliester global dan kondisi hilir tekstil membaik, kapasitas yang sekarang tidur bisa dihidupkan kembali. Itu bisa memberi tambahan volume dan fleksibilitas produk jika dikelola dengan disiplin. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Namun kalau memakai kacamata pesimis, gambarnya langsung berubah menjadi cerita perusahaan price taker yang terjebak di antara dua kekuatan besar. Di hulu, pemasok seperti Ecogreen memegang lebih dari 70% bahan baku, memberikan mereka kuasa untuk mengatur harga beli ADMG. Di hilir, lima pelanggan besar memegang sekitar 86% piutang dan porsi besar penjualan, memberikan mereka kuasa untuk menetapkan harga jual dan term pembayaran. Gross margin yang hanya 3% bisa lenyap hanya karena sedikit pergeseran di salah satu sisi saja. Di industri petrokimia yang selalu rawan oversupply, terutama dari pemain raksasa seperti Tiongkok, ancaman itu sangat nyata. Kalau harga jual turun sedikit sementara harga bahan baku tidak ikut turun, laba bisa menguap dan ADMG kembali ke mode bertahan hidup seperti 2023, ketika gross margin negatif sekitar 1,87%. Ditambah lagi, piutang yang naik 60,4% sementara kas dari pelanggan naik 31,2% dan penjualan naik 36% menunjukkan risiko kredit yang menggelembung. Jika satu saja pelanggan besar mulai bermasalah, impairment piutang akan langsung menggerus laba dan memperlemah neraca.
Lalu bagaimana kalau memakai sudut pandang bandar dan trader spekulatif yang memang mencari saham nyeleneh? Di sini ADMG tiba-tiba terlihat seperti bahan bakar yang siap dinyalakan narasi. Perusahaan punya aset pabrik yang nyata di Merak dan Karawang, punya sejarah penjualan ratusan juta dolar, punya neraca yang relatif bersih dari pinjaman berbunga jangka panjang, dan punya kinerja yang sangat volatil dari tahun ke tahun. Di fase siklus bawah, valuasi pasar seringkali jatuh lebih dalam daripada kerusakan fundamentalnya. Di fase siklus naik, sedikit saja berita pemulihan margin atau perbaikan permintaan global sudah bisa mendorong harga saham naik jauh lebih agresif daripada kenaikan laba per lembar saham. Apalagi bagi ritel yang memang belum hafal nama ADMG, cerita turnaround industri petrokimia bisa disulap menjadi narasi baru yang terdengar segar, meskipun risikonya tetap tinggi.
Jadi pada akhirnya, ADMG ini apa buat investor? ADMG bukan jin dari planet jauh, tetapi pabrik bahan baku yang berada di lorong sempit antara pemasok raksasa dan pelanggan besar, dengan produk yang nyata dan bermanfaat, tetapi beroperasi di industri yang keras dan sangat siklus. Secara keuangan, ADMG menunjukkan tanda positif, seperti pemulihan penjualan, gross margin yang kembali positif, kas yang menguat, dan ketiadaan utang berbunga besar. Di sisi lain, konsentrasi pelanggan dan vendor yang ekstrem, margin yang tipis, dan ketergantungan total pada satu siklus petrokimia membuat profil risikonya tinggi. Untuk investor yang suka kenyamanan dan stabilitas, ADMG mungkin terasa seperti terlalu banyak variabel berbahaya dalam satu emiten. Tetapi bagi investor yang mengerti dinamika siklus komoditas, paham cara membaca neraca perusahaan manufaktur dengan working capital negatif yang sehat, dan sanggup menerima risiko operasi tinggi demi potensi kenaikan valuasi di fase siklus naik, ADMG bisa dibaca sebagai kasus klasik perusahaan siklikal yang sedang mencoba bangkit, bukan dari nol, tetapi dari reputasi yang nyaris tidak dikenal ritel, padahal produknya nyangkut di kehidupan sehari hari jauh lebih dekat dari nama saham yang ramai di timeline Stockbit. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/4



