imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$SMCB LK Q3 2025: Korban Free Float BEI

Request Member External Community Pintar Nyangkut kali ini muncul dari rasa heran kolektif. Bagaimana mungkin SMCB, saham pertama yang pernah tercatat di Bursa Efek Indonesia, saham bersejarah yang menandai kelahiran pasar modal modern Indonesia pada 10 Agustus 1977, kini malah disuspend. Ini bukan sekadar cerita saham semen. Ini simbol. SMCB adalah saksi pertama ketika bursa Indonesia membuka lembar sejarah. Tapi ironisnya, saham pertama di negeri ini justru dihukum karena pelanggaran administratif sepele, bukan karena gagal bayar, bukan karena rugi, melainkan karena free float di bawah 7,5%. Request tersebut disampaikan di External Comunity Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community menggunakan kode: A38138 https://stockbit.com/post/13223345

Bursa yang dulu dibangun untuk mendorong perekonomian kini justru terjebak pada birokrasi angka. BEI seakan kehilangan orientasi. Suspend SMCB bukan karena masalah keuangan, tapi karena terlalu taat aturan. Sementara saham-saham spekulatif, yang jelas-jelas tidak punya bisnis riil, justru dibiarkan beredar liar setiap hari. Bahkan ada anggota DPR yang iseng bicara bahwa free float idealnya 40%. Kalau itu diterapkan, hampir semua anak usaha BUMN akan otomatis keluar dari bursa. Apa ini logika pasar atau logika kosmetik? Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Padahal kalau kita bicara fundamental, SMCB ini masih sangat sehat. Pendapatan memang turun 9,9% menjadi 7,88 triliun rupiah. Tapi laba bersih justru naik 12,3% menjadi 474,52 miliar rupiah. Ini bukan prestasi kecil di industri semen yang sedang lesu berat. Pasar semen nasional sedang jenuh, overcapacity di mana-mana, perang harga di level distributor dan kontraktor semakin brutal. Tapi SMCB berhasil bertahan dan malah menaikkan profit. Bagaimana caranya? Bukan dengan menambah penjualan, tapi dengan menjadi efisien sampai ke tulang sumsum.

Beban pokok pendapatan turun 12,84%. Artinya mereka menekan biaya produksi jauh lebih cepat daripada penurunan revenue. Harga batu bara, logistik, dan distribusi bisa dikendalikan. Beban bunga juga menyusut 32,45% karena utang jangka panjang berhasil dikurangi. Laba tumbuh bukan karena pasar membaik, tapi karena perusahaan lebih disiplin daripada kompetitor. Ini bukan pertumbuhan yang indah di atas kertas, tapi hasil perang bertahan hidup.

Namun kalau kita bongkar arus kas, muncul masalah serius. Arus kas operasi anjlok 45,76% jadi 924,98 miliar rupiah. Laba akrual memang naik, tapi kas riil menurun tajam. Ini sinyal ada sesuatu yang tidak sinkron. Biasanya hal seperti ini muncul karena piutang yang belum tertagih atau karena pelanggan menunda pembayaran. Dan ketika dilihat lebih dalam, pelanggannya ternyata bukan perusahaan sembarangan, melainkan induknya sendiri, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. $SMGR Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Sebanyak 83,53% penjualan SMCB berasal dari SIG. Dengan kata lain, hampir seluruh pendapatan perusahaan bergantung pada satu entitas. Ini seperti hidup dengan satu paru-paru. Aman selama SIG sehat, tapi kalau SIG batuk sedikit saja, SMCB bisa ikut sesak napas. Risiko konsentrasi seperti ini berbahaya karena perusahaan kehilangan independensi. Di sisi lain, SIG memberi jaminan formal untuk menopang anak usahanya agar tidak melanggar financial covenant perbankan. Jadi dari sisi going concern, aman. Tapi dari sisi kemandirian bisnis, berbahaya.

Secara struktur keuangan, SMCB tergolong sangat rapi. Liabilitas neto turun dari 1,99 triliun ke 1,30 triliun. Gearing ratio hanya 0,10 kali, salah satu yang terendah di sektor semen. CAPEX juga dipangkas 67,4% menjadi 171,33 miliar rupiah. Ini menandakan perusahaan sedang menghemat luar biasa. Positifnya, arus kas bebas masih positif di 753,66 miliar rupiah. Tapi negatifnya, investasi jangka panjang dan pertumbuhan kapasitas ikut tertunda. Kalau efisiensi berlanjut tanpa ekspansi, perusahaan bisa terlalu konservatif dan kehilangan daya saing di masa depan.

Dari sisi valuasi, saham ini sudah masuk kategori murah yang tidak wajar. PBV hanya 0,54 kali, PER 11 kali, EV/FCF 8,26 kali, dan PEG ratio 0,9 kali. Kalau ini perusahaan independen dengan risiko rendah, harganya bisa dua kali lipat dari sekarang. Tapi pasar bukan bodoh. Diskon besar itu adalah refleksi risiko struktural. Ketergantungan pada induk membuat pasar sulit menilai potensi jangka panjangnya. Investor lebih melihat SMCB sebagai alat produksi SIG, bukan entitas yang bisa menciptakan nilai sendiri. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Kalau dibandingkan kompetitor, posisi SMCB tetap unggul. INTP punya kas besar tapi margin terus menurun. SMBR masih terjebak rugi dan utang tinggi. SMCB justru satu-satunya pemain yang efisien dan tetap untung di tengah badai industri. Tapi di bursa, efisiensi tidak selalu dihargai. Yang dihargai adalah likuiditas dan persepsi. Dan itulah kenapa suspend akibat free float terasa seperti penghinaan. Perusahaan efisien malah dikurung, sementara saham tanpa fundamental dibiarkan menipu publik dengan rumor.

Suspend SMCB bukan sekadar keputusan administratif. Ini simbol bahwa BEI lebih peduli pada penampilan daripada substansi. Mereka menghukum perusahaan sehat karena kurang saham publik, tapi tidak berani menindak emiten yang mempermainkan harga saham tiap hari. Ini seperti polisi lalu lintas yang menilang mobil karena tidak pakai sabuk pengaman, tapi membiarkan truk tanpa rem meluncur di tanjakan. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Dari sisi investor, SMCB adalah paradoks. Bagi value investor, ini harta karun. Murah, efisien, didukung induk besar, dan punya arus kas bebas positif. Tapi bagi trader, ini saham yang mati suri. Tidak akan bergerak sampai BEI membuka suspend dan SIG memperbaiki struktur kepemilikan publik. Jika free float diperluas, harga saham ini bisa melonjak signifikan karena valuasinya saat ini terlalu rendah dibanding nilai bukunya. Tapi kalau aturan tetap kaku dan suspend berlarut, risiko delisting makin besar.

SMCB bukan korban kegagalan bisnis, tapi korban sistem yang kehilangan arah. Suspend-nya bukan karena lemah, tapi karena kuat di aspek yang salah. Ia kuat di efisiensi, disiplin, dan tata kelola, tapi lemah di kosmetik regulasi. BEI menghukum perusahaan yang benar hanya karena tidak memenuhi angka formal, sementara membiarkan saham-saham fiktif bebas berkeliaran. Ini bukan lagi soal free float, tapi soal kredibilitas bursa.

Ironisnya, saham pertama yang menandai lahirnya pasar modal Indonesia kini justru jadi simbol betapa absurdnya pasar itu sendiri. Dulu SMCB membuka gerbang bursa. Sekarang, bursa menutup pintu untuknya. Dan selama BEI lebih sibuk menghitung persentase saham beredar daripada menghitung nilai perusahaan sesungguhnya, maka pesan yang dikirim ke investor jelas: di negeri ini, logika pasar sudah resmi disuspend. Upgrade Skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$INTP

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy