PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk $MPMX. Sampai kuartal III 2025, performanya mirip kuda balap yang kehilangan tapak di turunan: masih lari, tapi sudah kehilangan traksi. Pendapatan bersih terkoreksi sekitar 3,12% yoy, dan yang bikin kita garuk kepala, laba bersih anjlok 7,64%. Artinya, margin yang dulu lumayan kini makin terkikis.
Masalah utamanya? Entitas asosiasi di bisnis pembiayaan—anak usaha yang seharusnya bantu tarik beban, justru jadi pemberat di punggung. Dari laporan keuangan 9M25, bagian rugi dari entitas asosiasi makin dalam. Bahasa kasarnya, investasinya di sektor pembiayaan itu seperti punya anak yang tiap bulan harus ditanggung biaya rumah sakitnya—nggak bangkrut, tapi nguras energi dan kas.
Padahal, unit-unit lain seperti distribusi motor lewat PT Mitra Pinasthika Mulia (MPMulia) dan asuransi lewat MPM Insurance masih jalan stabil. Tapi dampaknya kalah besar dibanding beban di pembiayaan. Di saat pendapatan lagi turun, biaya umum dan administrasi malah naik 2,6%. Ini kayak lagi sepi order tapi tetap pasang AC penuh dan nambah karyawan. Efisiensinya belum kelihatan.
Kalau kita tarik ke konteks makro, memang bukan cuma MPMX yang ngos-ngosan. Sektor otomotif nasional lagi melambat, kredit konsumen juga ketat. Data Gaikindo nunjukin penjualan motor dan mobil belum balik ke level pre-pandemi, sementara pembiayaan masih dibayangi risiko non-performing loan. Dalam situasi begini, mestinya MPMX menahan nafsu operasional dan fokus pada segmentasi yang margin-nya tebal, bukan malah mempertahankan beban tetap tinggi.
Namun di sisi lain, kita juga mesti jujur: neraca MPMX masih sehat. Kas dan setara kas per September 2025 masih di atas Rp1,3 triliun, dan total ekuitas sekitar Rp6,2 triliun, menandakan bantalan modal yang cukup tebal buat bertahan di musim paceklik. Utang juga terkendali—liabilitas total masih sekitar Rp2,6 triliun, alias debt to equity ratio di bawah 0,5x. Secara finansial, ini bukan perusahaan yang megap-megap, cuma lagi kelelahan di tanjakan.
Lalu gimana prospeknya? Tahun ini, manajemen sudah melakukan pengalihan sebagian saham hasil buyback dan pengurangan modal disetor, sesuai laporan resmi ke OJK pada Juli 2025. Ini langkah bersih-bersih struktur modal, dan bisa dibaca sebagai sinyal bahwa MPMX mulai merapikan capital base-nya, mungkin juga menyiapkan ruang buat aksi korporasi baru. Tapi efek jangka pendeknya tetap: likuiditas berkurang, earning per share masih stagnan.
Strength-nya, MPMX punya portofolio otomotif yang lengkap: dari distribusi motor, asuransi, sampai pembiayaan. Ekosistemnya sudah nyambung dari hulu ke hilir.
Weakness-nya, diversifikasi ini justru bikin beban manajemen berat; satu unit tekor bisa makan laba konsolidasi. Efisiensi masih PR besar.
Opportunity-nya, momentum transisi ke kendaraan listrik dan digitalisasi layanan otomotif bisa jadi titik balik kalau mereka gesit—apalagi MPMX sudah mulai digitalisasi di kanal ritel dan servis purna jual.
Threat-nya, sektor pembiayaan masih berisiko tinggi dan pasar otomotif nasional lagi flat. Kalau BI tetap hawkish dan kredit macet naik, margin MPMX bisa terus ditekan.
Jadi, buat Sobat investor yang pegang saham ini, ini bukan cerita perusahaan mau tenggelam, tapi cerita perusahaan yang harus diet ketat. Fundamental masih ada, tapi mesin perlu tune-up besar. Kalau manajemen berani restrukturisasi agresif di anak usaha yang rugi dan tekan biaya nonproduktif, MPMX bisa balik ngacir. Tapi kalau terus jalan di mode autopilot, ya siap-siap aja jadi saham value trap yang cuma manis di neraca tapi pahit di bottom line.