Berikut “bedah” cepat $DGIK (Nusa Konstruksi Enjiniring) Q3-2025 vs Q2-2025—lengkap dengan valuation, solvency, efektivitas manajemen, CCC, story, dan riwayat GCG.
Ringkasan angka utama (konsolidasian)
•9M25 (s.d. 30 Sep 2025):
Pendapatan Rp627,5 miliar; Laba bruto Rp91,0 miliar; Laba usaha Rp26,0 miliar; Laba bersih Rp32,3 miliar; EPS dasar ±Rp6,29/saham; ekuitas pemilik Rp714,6 miliar.
•6M25 (s.d. 30 Jun 2025):
Pendapatan Rp421,8 miliar; Laba bruto Rp59,2 miliar; Laba usaha Rp17,3 miliar; Laba bersih Rp22,6 miliar.
•Neraca (30 Sep 2025): Kas Rp24,0 miliar; Dana dibatasi Rp16,5 miliar; Piutang usaha Rp187,9 miliar; Tagihan bruto ke pemberi kerja (contract asset) Rp564,3 miliar; Persediaan Rp22,4 miliar; Utang bank jangka pendek Rp253,8 miliar; Utang usaha Rp324,6 miliar.
Perbandingan Q3 vs Q2 (QoQ, estimasi kuartalan)
(Dihitung dari 9M – 6M)
•Pendapatan Q3 ≈ Rp205,7 miliar (naik vs rata-rata kuartal sebelumnya).
•COGS Q3 ≈ Rp174,0 miliar → GPM Q3 ±15,4% (stabil).
•Laba usaha Q3 ≈ Rp8,7 miliar; laba bersih Q3 ≈ Rp9,7 miliar.
•Other income masih jadi penopang; biaya keuangan 9M sudah Rp12,73 miliar (naik tajam yoy) seiring kenaikan pinjaman bank.
Solvency & likuiditas (30 Sep 2025)
•Gross debt ≈ Rp258,3 miliar (utang bank + pembiayaan konsumen). Kas + restricted ≈ Rp40,5 miliar → Net debt ≈ Rp217,8 miliar. Debt/Equity ~0,36x. Interest coverage (EBIT/biaya bunga 9M) ~2,0x (masih aman tapi tidak longgar).
Efektivitas manajemen (9M25, annualized)
•ROE ~6,2% (NI 9M annualized / rata-rata ekuitas).
•ROA ~3,3%.
•Gross margin ~14,5%; Operating margin ~4,1%; Net margin ~5,2% (terbantu pendapatan lain-lain/JV). (Turunan dari laporan 9M25).
Cash Conversion Cycle (Q3-2025, pendekatan konstruksi)
Menggunakan rata-rata saldo Jun–Sep dan metrik kuartalan; piutang diperluas = piutang usaha + contract asset:
•DSO ≈ 304 hari
•DIO ≈ 11 hari
•DPO ≈ 155 hari
•CCC ≈ 160 hari (304 + 11 – 155)
Artinya modal kerja masih “terkunci” lama di proyek (tipikal kontraktor EPC), dan perusahaan memanfaatkan kredit pemasok untuk menahan arus kas keluar. (Hitungan dari angka neraca & laba-rugi Q2–Q3 yang tersaji di atas.)
Valuation “ballpark”
•BVPS (Sep-25) ≈ Rp139/saham (ekuitas pemilik Rp714,6 miliar; saham beredar ≈ 5,14 miliar setelah treasury). EPS 9M ≈ Rp6,29 ⇒ EPS annualized ~Rp8,39.
→ Target berbasis P/B:
0,8x: Rp111 | 1,0x: Rp139 | 1,2x: Rp167.
→ Target berbasis P/E (annualized):
10x: Rp84 | 12x: Rp101 | 15x: Rp126.
Khusus kontraktor yang sarat working capital & leverage, pasar biasanya lebih menimbang P/B dan arus kas proyek dibanding P/E murni.
Story & katalis
Positif:
•Order book/pekerjaan berjalan tercermin di contract asset besar; pendapatan JV & manajemen fee ikut menambah laba.
•Ekuitas naik QoQ (laba ditahan) sehingga gearing turun relatif terhadap kapital.
Risiko/kendala:
•DSO sangat panjang → tekanan arus kas operasional; kas turun signifikan vs awal tahun (Rp108,7 miliar → Rp24,0 miliar).
•Biaya bunga melejit (9M: Rp12,73 miliar) → membatasi ekspansi margin bila suku bunga tinggi/penarikan fasilitas bank berlanjut.
Riwayat GCG (garis besar)
•2017–2018: Perusahaan (sebelumnya PT Duta Graha Indah) terseret kasus KPK dan menjadi salah satu korporasi yang didakwa korupsi—berimbas ke persepsi tata kelola.
•Perseroan menyajikan laman GCG & struktur tata kelola di situs resmi, namun stigma historis tetap jadi perhatian investor institusional saat mengevaluasi risiko non-finansial.
Kesimpulan & aksi
•Kinerja Q3 vs Q2 membaik: revenue & laba naik QoQ; namun cash conversion masih berat dan biaya bunga tinggi.
•Untuk trading: pantau katalis tagihan proyek cair (turunkan DSO), pergerakan utang bank, dan kontrak baru.
•Untuk valuasi: bandingkan harga pasar dengan BVPS Rp139 dan EPS annualized ~Rp8,4. Jika harga <0,8x P/B (±≤Rp111) dengan tanda-tanda DSO membaik, risk-reward makin menarik; di atas 1,2x P/B (±≥Rp167), butuh bukti kuat percepatan penagihan & margin.
$DGIK $IHSG