imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Berikut rangkuman analisis untuk $KKGI (PT Resource Alam Indonesia Tbk) berdasarkan data yang tersedia, mencakup valuation, solvency, efisiensi manajemen (termasuk CCC), story / GCG, serta perbandingan Q2 2025 vs Q3 2025. Karena data lengkap terbatas, beberapa aspek hanya bisa dianalisis dengan catatan hati-hati.

1. Valuation

Data & rasio terkini

•Untuk Q2 2025: tercatat PER ~ 108,38× dan PBV ~ 0,71×.

•Untuk Q3 2025: tercatat PER ~ 107,87× dan PBV ~ 0,71×, BVPS ~ Rp 518,68.

•Untuk tahun 2024 keseluruhan: PER ~ 3,02× dan PBV ~ 0,76×.

•Rasio harga terhadap penjualan (P/S) ~ 0,54×.

•EV/EBITDA untuk Q2 2025 ~ 33,74×.

•Rasio “Value Enterprise terhadap EBITDA” historis ~ 3-4× (untuk data sebelumnya).

Interpretasi

•PER dan PBV untuk Q2/Q3 2025 sangat tinggi (lebih dari 100×) → menunjukkan bahwa laba bersih sangat kecil, sehingga rasio PER melonjak.

•PBV ~0,71× berarti harga pasar berada di bawah nilai buku (BVPS), yang bisa menunjukkan “diskon” atau ekspektasi yang rendah terhadap prospek ke depan.

•P/S ~0,54× menunjukkan perusahaan diperdagangkan kurang dari setengah kali pendapatan – ini sering mencerminkan ekspektasi rendah pertumbuhan atau risiko tinggi.

•EV/EBITDA yang tinggi (~33×) untuk Q2 2025 menunjukkan valuasi terhadap arus kas perusahaan (EBITDA) sangat mahal dibandingkan performa saat itu.

•Kontras dengan tahun 2024: PER ~3× yang jauh lebih rendah dan margin yang jauh lebih baik, menunjukkan bahwa kondisi operasi di 2024 jauh lebih sehat.

Kesimpulan Valuation

Valuasi saat ini terlihat kurang menarik jika melihat PER dan EV/EBITDA yang sangat tinggi. Namun PBV <1x bisa menjadi sinyal bahwa pasar memberi ekspektasi rendah terhadap pertumbuhan maupun profitabilitas ke depan. Jika manajemen bisa memperbaiki kinerja, maka ruang upside mungkin ada, tetapi risiko sangat besar bila kinerja tetap lemah.

2. Solvency (kemampuan keuangan dan utang)

Data

•Untuk Q2 2025: Total Aset ~ Rp 3.108,1 miliar, Utang Jangka Pendek ~ Rp 381,1 miliar, Utang Jangka Panjang ~ Rp 164,0 miliar, Ekuitas ~ Rp 2.563,0 miliar.

•Debt/Equity untuk Q2 2025 tercatat ~ 0,21.

•Untuk Q3 2025: Total Aset ~ Rp 3.064,3 miliar, S.T Debt ~ Rp 307,3 miliar, L.T Debt ~ Rp 163,5 miliar, Ekuitas ~ Rp 2.593,4 miliar. Debt/Equity ~ 0,18.

•Untuk tahun 2024: Debt/Equity ~ 0,30.

•Sumber lain: “Total debt/equity (mrq) ~ 1,33%”.

Interpretasi

•Rasio utang terhadap ekuitas (D/E) sangat rendah (< 0,3) → perusahaan memiliki utang relatif kecil dibanding ekuitas → gambaran solvabilitas jangka panjang yang cukup baik.

•Penurunan D/E dari ~0,30 (2024) ke ~0,18 (Q3 2025) menunjukkan pengurangan beban utang relatif terhadap ekuitas → kondisi keuangan menjadi lebih aman dari sisi struktur utang.

•Dengan utang relatif kecil, tekanan beban bunga juga kecil (dilaporkan interest expensi untuk Q2 2025 hanya Rp 1,2 miliar)

Catatan Risiko

•Walau utang kecil, profitabilitas sangat tipis, sehingga kemampuan untuk menghasilkan kas bebas atau buffer keuangan yang kuat masih terbatas.

•Aset tetap besar tapi margin operasional dan net profit margin sangat kecil (lihat bagian berikut) → jika kinerja operasional melemah, maka utang walaupun kecil bisa menjadi beban.

Kesimpulan Solvency

Secara struktural KKGI dalam hal solvabilitas tampak cukup aman, utang rendah dan ekuitas besar. Namun solvabilitas hanya satu sisi — profitabilitas dan arus kas juga penting untuk menilai kesehatan keuangan menyeluruh.

3. Efektivitas Manajemen dan Modal Kerja (termasuk CCC)

Data dan metrik

•Terdapat data “CCC” sbb : DIO = 41,66 hari, DSO = 25,09 hari, DPO = 34,30 hari. (Data berasal dari Stockbit )

•Maka: CCC = DIO + DSO − DPO = 41,66 + 25,09 − 34,30 = 32,45 hari (artinya modal kerja tertahan selama ~32 hari).

•Margin Q2 2025: gross margin ~ 15,1 % (Revenue Rp 1.156,1 miliar – Gross profit Rp 180,7 miliar)

•Margin Q3 2025: gross margin ~ 15,9 % (Revenue Rp 1.828,9 miliar – Gross profit Rp 290,1 miliar)

•Net margin Q3 2025 ~ 0,9 % (Net profit Rp 17,1 miliar atas revenue Rp 1.828,9 miliar)

•Net margin Q2 2025 ~ 1,4 % (Net profit Rp 16,7 miliar atas revenue Rp 1.156,1 miliar)

Interpretasi

•CCC ~ 32 hari: artinya setelah perusahaan membeli bahan/menjalankan produksi → membutuhkan ~32 hari untuk mengonversi ke kas bersih setelah mempertimbangkan piutang dan utang ke pemasok. Bukan angka yang sangat buruk, tetapi dalam industri tambang dan komoditas, CCC yang lebih rendah tentu lebih baik (lebih cepat kas berputar).

•DIO (41,66 hari) menunjukkan persediaan atau bahan/modal tersimpan cukup lama; DSO (25,09 hari) menunjukkan piutang tak terlalu lama tertahan; DPO (34,30 hari) menunjukkan pembayaran ke pemasok cukup cepat dibanding DIO + DSO.

•Margin yang sangat tipis (net ~0,9–1,4 %) menunjukkan efektivitas operasional sangat terbatas ― artinya dari setiap Rp 100 diperdapat hanya ~Rp 1 yang menjadi laba bersih setelah biaya.

•Meskipun gross margin sedikit membaik dari 15,1% → 15,9% di Q3, tetapi peningkatan sangat kecil; dan kenaikan revenue dari Q2→Q3 (Rp 1.156 miliar → Rp 1.828,9 miliar) tidak secara proporsional meningkatkan margin atau laba bersih secara signifikan.

Catatan efisiensi manajemen

•Perusahaan tampak cukup mengelola piutang dan utang dengan baik, tetapi persediaan masih memakan waktu cukup lama (DIO ~41 hari) → bisa jadi terkait karakter bisnis tambang (cadangan, produksi, ekspor) yang memerlukan waktu.

•Margin rendah menunjukkan bahwa manajemen menghadapi tekanan biaya, harga komoditas, atau efisiensi rendah.

•Untuk memperbaiki efektivitas ke depan, pengurangan DIO dan DSO serta perpanjangan DPO (secara wajar) bisa membantu mengurangi CCC dan memperbaiki arus kas operasional.

Kesimpulan Efektivitas Manajemen

Manajemen modal kerja berada di posisi moderat, tetapi efektivitas operasional secara keseluruhan sedang cukup lemah mengingat margin yang sangat rendah dan potensi tekanan biaya/komoditas.

4. Story / GCG / Riwayat & Tantangan

Story / latar belakang

•KKGI berdiri pada 1981 dengan nama ‎PT Kurnia Kapuas Utama Glue Industries, bergerak di perekat kayu; kemudian 1991 IPO; tahun 2003 berganti menjadi ‎PT Resource Alam Indonesia Tbk (KKGI) dan diversifikasi ke tambang batubara.

•Segmen utama: pertambangan batubara (ekspor ke China ~78%, India ~9,6%, Korea ~8,2%).

•Dalam laporan tahunan 2023, perusahaan menyebut menghadapi penurunan harga komoditas batu bara sebagai tantangan utama.

GCG / Tata Kelola

•Dari laporan tahunan dan profil perusahaan, perusahaan menyebut “Menjadi perusahaan dengan tata kelola yang baik” sebagai misi.

•Saya tidak menemukan data publik terperinci yang menyebut penilaian GCG terbaru atau predikat tertentu untuk Q3 2025 (misalnya penilaian independen, rating GCG) yang mudah diakses.

•Catatan: ada peringatan investor bahwa hasil Q3 sangat mengecewakan dan menimbulkan “sinyal buruk” terhadap perusahaan tambang sejenis.

Tantangan & perhatian

•Industri batubara global menghadapi tekanan harga dan regulasi (energi bersih) → ini berdampak pada margin KKGI.

•Profitabilitas sangat turun dibanding periode lalu (Q3 2024 laba bersih Rp 574 miliar vs Q3 2025 hanya Rp 17,1 miliar) — penurunan drastis.

•Arus kas operasional dan efisiensi biaya menjadi perhatian besar.

•Dengan margin tipis, perusahaan jadi sangat tergantung pada kondisi harga komoditas, biaya produksi, dan eksposur ekspor.

Kesimpulan Story / GCG

KKGI memiliki latar belakang bisnis yang tertata dan struktur yang jelas, diversifikasi dari perekat kayu ke tambang batubara. Dari sisi GCG tidak ada laporan besar yang mengindikasikan pelanggaran atau skandal besar publik (setidaknya dari yang tersedia). Namun tantangan utama adalah eksternal (harga batubara, eksport, regulasi) serta internal (margin rendah, efisiensi) yang membuat “story” ke depan menjadi penuh risiko.

5. Bandingan Q2 2025 vs Q3 2025

Kuartal, Revenue, Gross Margin, Net Profit, Net Margin, Debt/Equity dan Catatan:
•Q2 2025| Rp 1.156,1 miliar| ~15,1%| Rp 16,7 miliar| ~1,4%| ~0,21| Margin dan laba sangat tipis
•Q3 2025| Rp 1.828,9 miliar| ~15,9%| Rp 17,1 miliar| ~0,9%| ~0,18| Revenue naik signifikan tapi net margin turun

Analisis perbandingan

•Revenue naik signifikan (+ ~58%) dari Q2 ke Q3 (Rp 1.156 → Rp 1.828,9 miliar).

•Gross margin sedikit membaik (15,1% → 15,9%) namun tidak secara proporsional terhadap revenue naik.

•Net profit naik hanya sedikit (16,7 → 17,1 miliar) walaupun revenue naik besar → net margin turun (~1,4% → ~0,9%).

•Debt/Equity sedikit membaik (dari ~0,21 → ~0,18) → struktur utang sedikit lebih baik.

•Efisiensi operasional masih sangat terbatas karena kenaikan revenue tidak berbanding lurus dengan laba bersih.

Implikasi

•Kenaikan revenue bagus secara nominal, tetapi laba bersih hampir stagnan → artinya peningkatan biaya atau margin yang tergerus.

•Margin net yang di bawah 1% sangat tipis → menunjukkan risiko operasional tinggi.

•Struktur keuangan membaik sedikit dari sisi utang → hal positif.

•Untuk investor: Q3 memperlihatkan bahwa meskipun volume/pendapatan bisa tumbuh, perusahaan belum mampu “mengkonversi” pertumbuhan pendapatan tersebut ke dalam laba yang signifikan.

6. Catatan tentang CCC dan relevansinya

Data: DIO 41,66 hari; DSO 25,09 hari; DPO 34,30 hari → CCC ~ 32,45 hari. Ini adalah ukuran seberapa cepat perusahaan bisa mengubah modal kerja menjadi kas. Karena data kecil dari kategori tambang sulit dibandingkan langsung industri lain, namun beberapa insight:

•CCC positif berarti modal kerja tertahan (tidak negatif) → artinya perusahaan tidak menerima pembayaran lebih cepat dari pembayaran ke pemasok (yang kalau CCC negatif bisa jadi keunggulan).

•Dengan CCC ~ 32 hari, berarti modal kerja terikat selama ~1 bulan sebelum jadi kas → untuk industri tambang mungkin masih dalam batas toleransi, namun lebih cepat akan lebih baik.

•Karena margin sangat tipis, perusahaan harus sangat efisien dalam modal kerja untuk menjaga arus kas. Logikanya, jika CCC bisa diperpendek maka tekanan arus kas akan lebih kecil.

•Jadi dari sisi efektivitas manajemen modal kerja: “cukup”, namun tidak menunjukkan keunggulan manajemen dalam mengonversi operasi ke kas.

7. Kesimpulan

✓Kesimpulan

•Struktur keuangan (solvency) KKGI cukup sehat dari sisi utang rendah.

•Namun efektivitas operasional dan profitabilitas sangat lemah — margin tipis, laba bersih sangat kecil meskipun revenue naik.

•Valuasi terlihat kurang menarik, mengingat PER sangat besar dan EV/EBITDA pun tinggi — pasar tampaknya memberi penalti karena risiko tinggi dan profitabilitas rendah.

•Story bisnis memiliki potensi (cadangan, ekspor), namun juga menghadapi tantangan besar (harga batubara, regulasi, efisiensi).

•Dari Q2 ke Q3 2025 — ada pertumbuhan revenue, tapi tidak diikuti oleh pertumbuhan laba bersih yang memadai → manajemen masih belum “membuktikan” pemulihan yang kuat.

•CCC menunjukkan manajemen modal kerja moderat, tapi tidak istimewa.


$KKGI $IHSG

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy