imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$SUNI Kinerja sektor hulu migas Tanah Air tampaknya tengah memasuki fase ekspansi produktif. Hal ini tidak hanya terlihat dari aktivitas eksplorasi dan produksi (E&P) yang semakin intensif, tetapi juga dari geliat permintaan produk pendukung, khususnya pipa OCTG (Oil Country Tubular Goods). Di tengah momentum tersebut, dua entitas yang bergerak di rantai nilai migas — PT Elnusa Tbk (ELSA) dan PT Sunindo Pratama Tbk (SUNI) — kini menjadi sorotan pasar.
Dari laporan keuangan Elnusa per 30 September 2025, tercatat adanya lonjakan pendapatan di segmen “Jasa penunjang migas” menjadi Rp 1,128 triliun dibandingkan Rp 772 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Secara quarter-on-quarter (QoQ), kenaikan ini menandakan pertumbuhan hampir 30–40%, yang sebagian besar disumbang oleh aktivitas penjualan dan jasa pipa OCTG serta fabrikasi terkait pengeboran migas.
Segmen ini, sebagaimana dijelaskan dalam catatan Informasi Segmen (Catatan 34), meliputi jasa penguliran, perdagangan pipa OCTG, pembuatan ulir (threading), hingga penyewaan kapal dan telekomunikasi VSAT untuk proyek eksplorasi migas. Dengan kata lain, aktivitas di sektor ini sangat erat kaitannya dengan permintaan pipa dan layanan teknis yang menjadi core business SUNI.
🔧 Elnusa Fabrikasi Konstruksi (EFK)
Momentum positif Elnusa tidak bisa dilepaskan dari anak usahanya, PT Elnusa Fabrikasi Konstruksi (EFK), yang menjadi pemain strategis dalam rantai pasok OCTG nasional. Berdasarkan press release resmi Elnusa (ELSA), EFK telah menandatangani kontrak dengan PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) untuk memasok lebih dari 35.000 material tubing OCTG selama periode 24 bulan, dengan sistem Call of Order dan target pengiriman pertama pada Agustus 2024.
Lebih menarik lagi, pada Oktober 2025, kapasitas produksi EFK dilaporkan meningkat menjadi 65.000 joints OCTG, hampir dua kali lipat dari proyek sebelumnya. Produksi tersebut tidak hanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan domestik, tetapi juga untuk ekspor ke kawasan Asia dan Afrika. Artinya, permintaan terhadap pipa OCTG kini berada dalam tren naik yang signifikan.

🤝 Hubungan Strategis SUNI dan Elnusa
Keterkaitan antara SUNI dan Elnusa bukan hanya spekulasi. Berdasarkan laporan perusahaan SUNI sendiri, mereka memiliki strategic partnership dengan PT Elnusa Fabrikasi Konstruksi, Jiangsu Jinshi Machinery Group (JMP), dan PT Kris Setia Utama. Kolaborasi ini memungkinkan SUNI untuk menjadi bagian dari rantai suplai OCTG nasional — baik sebagai penyedia seamless pipes maupun produsen ulir (threading) yang dibutuhkan oleh proyek-proyek seperti milik PHR.
Dalam laporan tahunan SUNI, Elnusa Fabrikasi Konstruksi bahkan masuk sebagai pelanggan utama (third party) yang menyumbang sekitar 26% dari total penjualan konsolidasian pada 2024, menandakan hubungan bisnis yang kuat dan berkelanjutan.
Dengan ELSA mencatat pertumbuhan kuat di jasa penunjang migas dan pipa OCTG, serta EFK yang memperluas kapasitas produksi, maka SUNI berpotensi ikut menikmati multiplier effect dari peningkatan aktivitas tersebut — baik dalam bentuk kontrak suplai langsung maupun kolaborasi teknis di bawah kemitraan strategis yang telah terjalin.
Potensi Peningkatan Aset SUNI di Masa yang Akan Datang
Salah satu katalis utama pertumbuhan PT Sunindo Pratama Tbk (SUNI) dalam beberapa tahun mendatang terletak pada ekspansi fasilitas produksinya melalui proyek pembangunan Plant 2 PT Rainbow Tubulars Manufacture (RTM) yang berlokasi di Batam. Berdasarkan laporan keuangan interim per 30 Juni 2025, perusahaan mencatat aset dalam penyelesaian sebesar Rp340.510.874.991, yang mencerminkan aktivitas pembangunan fisik pabrik dan pengadaan mesin-mesin produksi untuk lini OCTG (Oil Country Tubular Goods).
Proyek tersebut telah mencapai tahap penyelesaian finansial sebesar 60–70%, menandakan progres yang substansial menuju penyelesaian penuh pada tahun 2026. Secara strategis, Plant 2 RTM ini dirancang untuk meningkatkan kapasitas produksi pipa seamless dan threaded tubing — dua produk utama yang banyak digunakan dalam aktivitas pengeboran dan eksploitasi migas di Indonesia, terutama di proyek-proyek hulu milik Pertamina Hulu Rokan (PHR) dan afiliasi lainnya.

🏭 Dampak Strategis dari Plant 2 RTM Batam
Penyelesaian proyek Plant 2 akan membawa dampak langsung terhadap peningkatan kapasitas aset produktif SUNI sekaligus memperkuat posisi perusahaan sebagai salah satu produsen OCTG lokal terbesar di Indonesia. Beberapa poin strategisnya meliputi:
1. Peningkatan nilai aset tetap (fixed asset):
Setelah proyek selesai dan direklasifikasi dari akun “aset dalam penyelesaian”, nilai aset tetap SUNI akan meningkat secara signifikan, yang berpotensi mendorong total aset perusahaan ke level di atas Rp1 triliun, tergantung pada komposisi pembiayaan dan revaluasi mesin produksi.
2. Peningkatan kapasitas produksi nasional:
Dengan tambahan fasilitas baru di Batam, kapasitas produksi pipa OCTG SUNI berpotensi meningkat hingga dua kali lipat dari kapasitas eksisting, sehingga mampu memenuhi permintaan yang meningkat dari proyek-proyek hulu migas domestik maupun ekspor regional.(sesuai yang dikatakanpak freddy tidak menutup kemungkinan melakukan ekspor Kembali Ketika pabrik baru mulai beroprasional, PUBEX 12/6/2025)

📈 Outlook: Prospek Penjualan SUNI ke Depan
Melihat data hingga kuartal III-2025, sektor hulu migas tengah mengalami rebound operasional. Proyek pengeboran, terutama di blok-blok besar seperti Rokan dan Mahakam, kembali menggeliat seiring peningkatan kebutuhan energi domestik dan global.
Bila tren ini berlanjut, permintaan OCTG — baik untuk pipa casing, tubing, maupun coupling — akan terus meningkat. Dengan posisi SUNI sebagai salah satu pionir seamless OCTG lokal dan mitra EFK, potensi kenaikan penjualan SUNI secara QoQ bisa mencapai 25–35%, sejalan dengan peningkatan utilisasi kapasitas EFK dan proyek-proyek hulu Pertamina Group.
Selain itu, kebijakan pemerintah yang mendorong Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan pengurangan impor OCTG juga menjadi katalis penting bagi produsen lokal seperti SUNI. Dengan pasar domestik yang mulai bergeser dari impor ke produksi nasional, SUNI berpeluang besar untuk mengamankan pangsa pasar jangka panjang.

🔚 Kesimpulan
Data dari Laporan Keuangan Elnusa (ELSA) dan press release EFK–PHR menunjukkan bahwa aktivitas hulu migas Indonesia sedang memasuki fase ekspansi yang solid. Permintaan OCTG meningkat tajam, kapasitas produksi dalam negeri bertambah, dan sinergi antarperusahaan migas nasional semakin kuat.
Dalam konteks ini, SUNI berada di posisi strategis untuk memanfaatkan momentum tersebut — baik melalui kemitraan dengan Elnusa Fabrikasi Konstruksi maupun melalui peningkatan kapasitas produksinya sendiri. Jika tren pertumbuhan pendapatan segmen jasa penunjang migas ELSA (+30% QoQ) menjadi indikator, maka SUNI berpotensi “kecipratan” efek positif dari peningkatan aktivitas EFK dan proyek PHR yang kini menjadi motor utama permintaan OCTG nasional.
Dengan kata lain, di tengah geliat ekspansi hulu migas nasional, SUNI tidak sekadar penonton tapi calon pemain yang siap mencetak pertumbuhan berkelanjutan.
artikel baru selesai eh lk muncul duluan

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy