Kinerja Laba Bersih GJTL Naik 249% QoQ, Apa Penyebabnya?

Kinerja GJTL posisi sembilan bulan pertama 2025 masih terjadi penurunan kinerja secara yoy, dimana pendapatan perusahaan mengalami penurunan sebesar 2% dari Rp13,4 triliun menjadi Rp13,1 triliun, laba kotornya turun 15% menjadi Rp2,49 triliun, dan laba bersihnya turun hingga 20% menjadi Rp789,6 miliar.

Penurunan kinerja dari sisi pendapatan sejalan dengan masih lesunya daya beli masyarakat Indonesia dan ekonomi global yang belum pulih, dimana GJTL sendiri juga melakukan penjualan ke luar negeri.

Sedangkan laba bersih yang turun disebabkan karena kenaikan biaya bahan baku, kalau melihat harga karet sepanjang tahun ini memang lebih tinggi jika dibandingkan periode yang sama tahun 2024.

Namun secara kuartalan (Q3 2025 vs Q2 2025) ada kenaikan laba bersih yang signifikan sebesar 249%, kenaikan yang signifikan tersebut utamanya terdorong oleh keuntungan selisih kurs dari sebelumnya yang mencatat kerugian kurs posisi Q2 2025 (April - Juni 2025).

Dari sisi pendapatan dan laba kotor juga ada kenaikan masing-masingnya mencatatkan kenaikan sebesar 12% dan 24% secara qoq.

Kalau melihat industri mobil di Indonesia juga masih terjadi penurunan, dimana penjualan mobil dari sisi wholesales turun 11,3% secara yoy posisi Januari - September 2025 menjadi 561.819 unit, dibandingkan periode yang sama tahun 2024 sebesar 633.660 unit.

Kondisi kenaikan kinerja laba bersih GJTL yang signifikan secara kuartalan ini tentu saja cukup bagus karena memperlihatkan adanya pemulihan kinerja. Jika ini bisa terus lanjut naik ke depannya maka akan positif bagi perusahaan.

Hingga akhir bulan September 2025, terpantau juga bahwa Lo Kheng Hong masih memegang saham GJTL yang mencapai 194,26 juta lembar saham (5,575%).

Holder GJTL masih mau lanjut hold gak nih?

👉 Join ke channel Telegram buat dapetin insight lainnya! Klik link di bio.

Disclaimer: Konten ini dibuat dengan tujuan informasi dan edukasi, bukan merupakan rekomendasi untuk jual, beli, atau hold suatu saham. Keputusan investasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab masing-masing investor.

$GJTL $IHSG $ASII