imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Mari kita bedah salah satu statement yang paling umum dibeokan di stream stockbit: "dividen 5-10% mana cukup buat ngelawan inflasi?"

Pertama kita bedah inflasi dulu. Inflasi itu ada inflasi barang atau jasa spesifik, ada inflasi luas atau umum. Inflasi luas atau umum itu inflasi yang ada di pengumuman realisasi inflasi BI, dan di statistik BPS. Tapi inflasi ini biasanya nggak menggambarkan barang atau jasa spesifik, misalnya harga mobil, UKT, dll.

Saya pribadi lebih sering menggunakan BI rate itu sendiri sebagai acuan, karena realisasi inflasi BI dan statistik BPS terlalu optimis, sedangkan kalau pakai barang atau jasa tertentu terlalu cherry-picking, jadi saya ambil jalan tengahnya.

Either way, pertama, sebelum membeo, harus jelas dulu inflasi mana yang dimaksud, dan apakah itu benar-benar barang atau jasa yang memiliki makna paling mendasar bagi lawan bicara.

Kedua kita bedah cara menghitung dividend yield. Yield, mau itu dividend, mau itu bond, yield itu selalu merupakan fungsi inverse harga. Harga naik yield turun, harga turun yield naik. Kupon per SBN, dan dividend per share, itu bukan sesuatu yang naik turun setiap bulan, dia selalu ditetapkan sebelum ia dibagikan. Kalau dia menarik, tentu aset tersebut akan diburu, yang membuat harganya naik, dan menekan yield. Sebaliknya, kalau dia tidak menarik, maka dia akan dijual, yang membuat harganya turun, dan menaikkan yield.

Makanya kalau kamu baca berita, "emiten ini akan bagikan dividen jumbo, cek jadwalnya," maka yield di berita itu adalah yield saat pengumuman. Kalau beritanya, "dividen emiten ini cair hari ini," maka yield di berita itu adalah yield pada hari pembagian dividen. Dua yield ini akan beda, karena harga itu dinamis akan lari ke sana kemari.

Misalnya yield saat pengumuman adalah 10%, lalu karena investor tertarik, banyak yang beli sehingga harga menguat 5%, yield saat cum date jadi 5%. Begitu pula sebaliknya, yield saat pengumuman 5%, lalu karena tidak menarik, banyak investor yang take profit, harga tertekan 5%, yield saat ex date jadi 10%.

Inilah sebabnya, bagi shareholder, dividend yield yang dibicarakan di publik itu TIDAK bermakna. Yang bermakna bagi mereka hanya yield on cost, dan ini tidak bisa menjadi acuan dalam perbincangan di stream, karena cost basis setiap shareholder berbeda-beda.

Misalnya yield on cost saat pertama kali dapat dividen adalah 10%. Ini ada banyak skenario yang bisa terjadi:

1. Perusahaan bertumbuh, payout ratio tetap, harga tetap, investor tidak akumulasi tambahan -> yield on cost akan naik mengikuti pertumbuhan perusahaan. Ada yang bilang fundamental is dead, EBITDA bertumbuh belum tentu diapresiasi market, tapi ini TIDAK ngaruh untuk skenario ini, karena walaupun harga sisiran nggak ke mana-mana, selama EPS bertumbuh dan payout ratio tetap sama, yield on cost PASTI naik. Ini yang terjadi pada $BSSR

2. Perusahaan stagnan, payout ratio tetap, harga merosot, investor terus akumulasi -> yield on cost akan naik karena cost basis turun, yang artinya seiring berjalannya waktu, modal yang dibutuhkan untuk mendapatkan dividen yang sama lebih murah, PLUS tunai yang dibagikan lebih besar karena aset yang kita akumulasi juga lebih besar seiring berjalannya waktu. Ini yang terjadi pada $AADI

3. Perusahaan tertekan, bisa karena headwind, bisa karena restrukturisasi, dll., payout ratio tetap, harga merosot. Dalam skenario ini, yang paling harus diperhatikan adalah rasio utangnya. Jika rasio utang negligible atau limit menuju nol, ini bisa jadi menarik untuk banyak aliran investor. Karena selain memiliki dividend play, bagi Grahamist ini jadi deep value, bagi Lynchist ini jadi turnaround story. Makanya bagi Grahamist, saham-saham yang rutin membagikan dividen tapi TIDAK punya utang pasti selalu jadi no-brainer. Ini adalah antitesis dari perusahaan dengan rasio utang selangit tapi nggak pernah bagi dividen. Ada? Banyak

Banyak orang yang biasa asbun "dividend trap", tanpa tahu berapa cost basis orang yang diajak bicara. Saya tahu beberapa user stockbit yang postingannya selalu penuh drama dan bully, padahal saya pernah lihat sekali saham yang dia hold, average-nya berapa, value-nya berapa, dan di broker mana, dari situ saya tahu dia beli dari kapan, bahwa dia udah akumulasi dari zaman stockbit belum kerjasama sama sinarmas, dan dia udah nggak perlu average up karena yield on cost dia udah lebih dari cukup untuk Fat FIRE

Lalu bagaimana jika yield on cost saat pertama kali dapat dividen 5% atau kurang? Ada beberapa checklist juga yang bisa kamu cek:

1. Payout ratio-nya berapa? Misalnya payout ratio di atas 50% tapi yield on cost cuma 5% atau kurang, maka ada dua peluang:
a. Emang perusahaannya lagi batuk-batuk
b. Sebelumnya ada tailwind yang bikin dia rally besar, dan kebetulan kamu belinya di pucuk
Skenario A butuh paham prinsip-prinsip Ben Graham kalau mau hold, kalau nggak paham-paham amat better rotasi ke yang lain. Skenario B bisa "diobati" dengan cara DCA sampai cost basis kita turun

2. Kalau payout ratio di bawah 50%, artinya sebagian besar cash itu ditahan. Yang perlu kamu cek adalah itu cash ditahan untuk apa? Di sini pentingnya kualitas manajemen yang diajarkan oleh Philip Fisher. Dalam konteks di Indonesia, ini bisa dicirikan melalui aktivitas keterbukaan informasi. Misalnya $IPCC, dia dividen jumbo, cash rich pula, tapi bukan hanya dia rajin keterbukaan informasi, dia bahkan punya akun stockbit resmi yang aktif juga, jadi kita bisa lihat itu cash dipake buat apa aja, entah peremajaan fasilitas, dll., tanpa menghabiskan berjam-jam untuk analisis lapkeu padahal profesi kamu nggak butuh CFA. Tapi kalo hobi sih bagus, dulu saya nemu banyak hidden gems dari sini kaya JTPE

Kalau kita kombinasikan antara semua poin yang sudah kita bahas: dividen rutin + rasio utang rendah + free cash flow sehat + laba yang ditahan (yang tidak dibagikan sebagai dividen) direinvestasikan secara incremental (sehingga nggak butuh leverage dalam bentuk apapun untuk ekspansi), maka hanya tinggal menunggu waktu sampai emiten tersebut dilirik oleh market yang lagi pada FOMO sama perusahaan-perusahaan yang nggak pernah bagi dividen, rasio utang selangit, rasio valuasi serba negatif

Market yang lagi FOMO akan bilang perusahaan yang bagi dividen, tidak punya utang, dan punya rasio valuasi yang wajar itu, "perusahaan declining, tidak growth," hingga, "dividen 5-10% mana cukup buat ngelawan inflasi?" pasti nggak akan melirik IPCC pas masih 700an, TAPG pas masih 800an, dsb.

Saking asbunnya, mereka bilang banyak perusahaan yang bagi dividen, tidak punya utang, dan punya rasio valuasi yang wajar itu, "the next UNVR," padahal kalau pas tarif trump batch 1 beli UNVR, hari ini udah half bagger

Mereka mengira dividen 10% itu bikin miskin karena kalah sama inflasi, tapi mereka nggak tahu bahwa hanya dengan CUKUP membaca, multibagger yang rutin bagi dividen itu BANYAK.

Yang membedakan hanyalah, dividen itu predictable, konsisten dengan track record manajemen perusahaan masing-masing, dan setelah diumumkan, maka keuntungan yang akan kita dapatkan sudah PASTI baik jumlah maupun tanggalnya. Beda sama capital gain yang kalau saya ditanya apakah IPCC dan TAPG akan multibagger saya bisa bilang iya, tapi kalau ditanya sampai berapa bagger dan kapan, saya nggak bisa jawab karena saya nggak tahu.

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy