Dari Emas ke Energi Hijau:

REVOLUSI PATOKAN NILAI TUKAR MATA UANG DUNIA:

KETAKUTAN AMERIKA DENGAN KESIAPAN CHINA SERTA EROPA DAN KEKUATAN ENERGI BERSIH YANG DIHASILKAN OLEH NEGARA BERKEMBANG DUNIA KE 3:

1. Perubahan Arah Nilai Dunia

Sepanjang sejarah, manusia selalu mencari sesuatu yang nyata dan UNIVERSAL untuk menjadi dasar nilai ekonomi.
Dari EMAS yang berkilau, MINYAK yang menggerakkan dunia, hingga KERTAS yang disebut uang fiat, semuanya mencerminkan satu hal:

KEPERCAYAAN GLOBAL terhadap sumber nilai yang dapat MENOPANG ekonomi.

Namun kini, dunia sedang memasuki babak baru.
Sumber nilai global tidak lagi berasal dari logam mulia atau minyak bumi, melainkan dari sesuatu yang lebih mendasar dan berkelanjutan yaitu ENERGI BERSIH yang menghasilkan LISTRIK.

Kita sedang menyaksikan munculnya era baru:

Green Energy Standard serta ketika listrik menjadi bahasa universal nilai ekonomi.

2. Era Emas: Ketika Nilai diukur dari Kilau Logam

Sebelum abad ke-20, sebagian besar negara beroperasi di bawah Sistem Standar Emas (Gold Standard).
Setiap lembar uang kertas memiliki jaminan fisik berupa emas di bank sentral.
Nilai uang stabil, inflasi rendah, dan perdagangan internasional berlangsung dengan kepercayaan tinggi.

Namun sistem ini memiliki KETERBATASAN dan TIDAK PRODUKTIF:
- Jumlah emas di dunia terbatas dan tidak sebanding dengan pertumbuhan ekonomi.
- Perang Dunia dan krisis besar menyebabkan negara butuh MENCETAK UANG MELEBIHI cadangan emasnya.
- Akhirnya, Amerika Serikat secara resmi meninggalkan standar emas pada tahun 1971 di bawah Presiden Richard Nixon.

Sejak saat itu, emas berhenti menjadi patokan nilai tukar dunia.

3. Era Petrodolar: Ketika Minyak Menjadi Raja

Pasca lepas dari emas, Amerika Serikat melakukan langkah cerdas: membentuk perjanjian dengan Arab Saudi dan negara OPEC agar perdagangan minyak dunia hanya menggunakan Dolar AS.
Inilah awal era Petrodollar System (Sistem Petrodolar).

Minyak menjadi “EMAS HITAM”, dan dolar AS menjadi darah ekonomi global Serta Stabilitas EKONOMI dan Mata Uang NEGARA PENGHASIL MINYAK Seperti Saudi Arabia, Kuwait, Qatar, Oman, Libiya CENDERUNG STABIL, INFLASI STABIL dll

Kekuatan dolar tidak lagi didukung oleh logam, melainkan oleh permintaan minyak yang tak tergantikan. Negara yang ingin membeli minyak wajib memiliki dolar, inilah sumber kekuatan finansial Amerika Serikat selama setengah abad.

Namun sistem ini juga menimbulkan ketergantungan berbahaya:
- Fluktuasi harga minyak memengaruhi seluruh ekonomi dunia.
- Konflik geopolitik di Timur Tengah mengguncang stabilitas global.
- Ketika dunia mulai BERALIH ke energi bersih, fondasi petrodolar pun mulai RETAK.

(Ingat Kemarin Hari Pertama Trump Terpilih jadi Presiden, dia mengatakan “Green Energy is a big lie”)

4. Era Fiat: Ketika Nilai Didasarkan pada Kepercayaan

Setelah emas dan minyak, dunia kini hidup di bawah sistem Uang Fiat (Fiat Currency) yaitu uang yang nilainya TIDAK didukung komoditas fisik, melainkan kepercayaan terhadap PEMERINTAH dan BANK SENTRAL.
(INI AWAL MULA YANG MENJADI SUMBER MALAPETAKA PEMERINGKATAN GLOBAL DENGAN STANDARD GANDA)

Uang fiat memungkinkan fleksibilitas ekonomi:
- Pemerintah bisa menyesuaikan jumlah uang beredar untuk mendukung pertumbuhan.
- Transaksi lintas negara menjadi lebih cepat dan digital.

Namun, sistem ini juga rapuh.
Ketika kepercayaan terhadap pemerintah melemah, nilai mata uang pun anjlok. Krisis finansial global 2008, pandemi COVID-19, dan inflasi pasca-2020 membuktikan bahwa uang fiat bisa kehilangan nilainya dalam semalam.
(Walaupun 80% Krisis Dunia dimulai dengan Pemborosan dan Kegagalan System Financial Amerika)

Artinya: dunia Secara Diam-diam dan Soft kembali mencari patokan NILAI BARU yang nyata, terukur, dan berkelanjutan.

5. Era Green Energy: Ketika Listrik Menjadi Patokan Baru Nilai Dunia

Revolusi Energi dan Lahirnya “Mata Uang Hijau”

Kini kita memasuki era keempat dalam evolusi nilai tukar global, era Green Energy, di mana energi bersih (clean energy) menjadi sumber nilai ekonomi yang baru.

Mengapa energi?

Karena energi adalah basis semua aktivitas ekonomi.
TANPA LISTRIK, EMAS, KERTAS, tidak ada industri, teknologi, atau konektivitas digital.
Semakin efisien dan bersih energi suatu negara, semakin kuat daya saing ekonominya.

Jika di abad ke-20 kekayaan diukur dari cadangan minyak,
maka di abad ke-21 kekuatan ekonomi akan diukur dari kemampuan menghasilkan listrik hijau.
(China dan Sebagaian EROPA sudah Menerapkan hal ini dan 100% Siap secara gradual kearah ini)

6. Komponen Utama Energi Hijau sebagai “Aset Nilai Baru”

PLTA - Pembangkit Listrik Tenaga Air

Sumber daya air menjadi penopang utama energi terbarukan. Stabil, dapat diandalkan, dan berumur panjang. Negara dengan banyak sungai dan bendungan (seperti Indonesia) berpotensi memiliki “cadangan nilai energi” dalam bentuk listrik air.

PLTS - Pembangkit Listrik Tenaga Surya

Energi surya adalah simbol efisiensi masa depan.
Biaya produksinya (LCOE - Levelized Cost of Energy, yaitu biaya rata-rata per kWh selama umur proyek) TERUS MENURUN hingga sekitar USD 0,04/kWh pada 2024.
Artinya, listrik surya sudah menjadi “EMAS DIGITAL” bagi negara yang mampu mengelolanya.
(Australia sudah Menjalankannya… Kekuatan Terbesar Energy dari Surya ada Pada Negara Dunia Ketiga dan Negara Tropis Seperti Afrika dan Sebagaian Asean serta Australia)

PLTB - Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (Angin)

Energi angin melengkapi tenaga surya dengan produksi malam hari.
Kombinasi PLTS dan PLTB (solar-wind hybrid) menjadikan pasokan listrik lebih stabil sepanjang waktu. Inilah bentuk “PORTOFOLIO ENERGY” yang meniru prinsip diversifikasi aset keuangan.
(Banyak Dilakukan oleh Turki dan Negara Skandinavia)

Geothermal - Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi

Panas bumi adalah sumber energi konstan dari perut bumi. Indonesia memiliki cadangan panas bumi terbesar kedua di dunia - potensi luar biasa untuk menjadi green baseload (pasokan energi hijau 24 jam). Dengan memanfaatkan geothermal, Indonesia dapat menjadi “negara PENYIMPAN nilai energi bersih.”

Hydrogen - Energi Universal Masa Depan

Hidrogen hijau (green hydrogen), yang dihasilkan dari air menggunakan listrik terbarukan, adalah bentuk energi yang dapat disimpan, diangkut, dan DIPERDAGANGKAN LINTAS NEGARA.
Dalam skala global, 1 kg hidrogen hijau bisa menjadi satuan nilai energi baru, layaknya SATU BAREL minyak di masa lalu.

7. Dari Energi ke Nilai MONETER: Konsep “Energy-Backed Currency”

Dalam sistem baru ini, kekuatan ekonomi tidak lagi ditentukan oleh cadangan emas atau dolar,
melainkan oleh KAPASITAS PEMBANGKIT ENERGY BERSIH dan BIAYA LISTRIK RATA-RATA NASIONAL.

Semakin murah dan bersih listrik suatu negara, SEMAKIN TINGGI NILAI TUKAR EKONOMINYA.

Contohnya:
- Negara A mampu menghasilkan listrik hijau seharga USD 0,05/kWh,
sementara Negara B masih tergantung pada batu bara seharga USD 0,15/kWh.
- Produk industri Negara A otomatis lebih kompetitif di pasar global.
Dalam konteks makro, BIAYA listrik rendah = NILAI TUKAR kuat.

Di sinilah muncul konsep PPA (Power Purchase Agreement) - atau Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik, kontrak jangka panjang antara produsen dan pembeli listrik. PPA hijau dapat menjadi aset finansial baru, seperti “OBLIGASI ENERGY”, yang nilainya didasarkan pada PRODUKSI LISTRIK BERSIH yang stabil selama puluhan tahun dan DEKARBONISASI.

8. Indonesia: Dari Konsumen Energi ke Pusat Cadangan Energi Hijau Dunia

Indonesia berada dalam posisi strategis untuk menjadi pusat energi hijau Asia Tenggara.
Dengan kombinasi PLTA, PLTS, PLTB, panas bumi, dan hidrogen hijau, Indonesia bisa bertransformasi dari IMPORTIR NILAI menjadi PENCIPTA NILAI global.

Langkah kunci:
A. Percepat proyek PPA jangka panjang dengan model investasi publik-swasta.
B. Bangun jaringan transmisi hijau nasional dan regional (misalnya interkoneksi Sumatera - Jawa - Kalimantan - Sulawesi).
C. Kembangkan KREDIT KARBON dan sertifikat energi hijau (I-REC) untuk memperkuat nilai finansial listrik bersih.
D. Ciptakan “GREEN ENERGY RESERVE FUND” sebagai cadangan energi sekaligus cadangan nilai tukar baru.

9. Kesimpulan: Energi Adalah Emas Baru

Dunia telah bergerak:
Dari emas yang tersimpan di brankas dan TIDAK PRODUKTIF —> ke minyak yang mengalir di tangki yang ada BATASANNYA —> ke uang fiat yang bergantung pada kebijakan dan Menciptakan STANDAR GANDA PEMERINGKATAN —> kini menuju energi bersih yang mengalir dengan BAHAN BAKU YANG GRATIS DIDEPAN MATA TANPA EKSPLORASI HANYA MENYEDIAKAN WADAHNYA SAJA.

“Emas memberi kilau.
Minyak memberi kekuatan.
Uang fiat memberi fleksibilitas.
Tapi energi hijau memberi masa depan.”

Negara yang mampu menghasilkan listrik hijau berbiaya rendah, stabil, dan berlimpah akan menjadi pusat gravitasi ekonomi baru - tempat nilai dunia diukur bukan lagi dari cadangan emas atau dolar,
melainkan dari kapasitas energi bersih dan kemandirian listriknya.

KAPAN ITU ?? Ya Dunia memang Dinamis, Yang Harus kita ingat adalah pada ERA TECHNOLOGY INI:

“BIASANYA YANG BANYAK ORANG DUGA MASIH LAMA, TAPI TIBA-TIBA DATANG LEBIH CEPAT”

(RINGKASAN GLOBAL MAKRO RISET THESIS DKTRL BASIC OUTPUT GREEN ENERGY DAN MONETER)

Husin Ali Alhaddad

Sekedar Tag:
$ADRO $ITMG $PGEO

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy