Berikut analisis ringkas & terfokus untuk $MSIE (PT Multisarana Intan Eduka Tbk) — Q3 / 9M 2025: laporan keuangan, valuasi, solvabilitas, efektivitas manajemen, cerita (story) & catatan GCG. Saya ambil sumber utama dari laporan konsolidasian Q3-2025 (IDX / pdf) dan ringkasan pasar. Semua angka adalah untuk periode 9 bulan yang berakhir 30 Sep 2025 kecuali dinyatakan lain.
Ringkasan singkat (takeaway)
•MSIE melaporkan rugi bersih sekitar Rp 385,33 juta untuk 9M25, berbalik dari laba Rp 473,56 juta pada 9M24.
•Pendapatan naik menjadi Rp 5,083 miliar (9M25) vs Rp 4,799 miliar (9M24), tetapi beban umum & administrasi naik kuat sehingga menekan laba.
•Neraca relatif konservatif: Aset total ≈ Rp 124,393 miliar; Ekuitas ≈ Rp 112,340 miliar; Total liabilitas ≈ Rp 12,053 miliar (leverage rendah).
Angka kunci (9M25 — dari Laporan Q3-2025)
•Pendapatan: Rp 5.083.331.385.
•Laba bruto: Rp 3.502.442.485.
•Laba/(Rugi) bersih: (Rp 385.334.686) (rugi).
•Aset total: Rp 124.392.998.685. Ekuitas total: Rp 112.339.995.061. Liabilitas total: Rp 12.053.003.624.
Rasio & interpretasi (perhitungan dari angka di atas)
(Nilai dibulatkan untuk kemudahan baca)
•Gross margin = 3.502 / 5.083 ≈ 68.9% → margin kotor tinggi (sewa properti biasanya margin kotor kuat).
•Current ratio = Aset lancar / Liabilitas lancar = 4.596 / 1.694 ≈ 2.71x → likuiditas jangka pendek baik.
•Debt / Equity (leverage) = 12.053 / 112.340 ≈ 0.11x → struktur modal konservatif, utang rendah terhadap ekuitas.
•ROA ≈ −0.31% (rugi kecil relatif terhadap total aset). ROE ≈ −0.34% (rugi terhadap ekuitas) → profitabilitas negatif tetapi margin kehilangan relatif kecil terhadap ukuran aset/ekuitas.
•Asset turnover = Pendapatan / Aset total ≈ 5.083 / 124.393 ≈ 0.041x (sekitar 4% per tahun skala pro-rata) — karakteristik industri properti/sewa (turnover rendah).
•Interest coverage: laba sebelum pajak/biaya keuangan negatif (perusahaan rugi operasional), sehingga tidak cukup menutup biaya keuangan (coverage < 1). Biaya keuangan relatif kecil (±Rp161 juta).
Valuasi pasar (ringkasan)
•Market cap & trading: data pasar menunjukkan kapitalisasi yang kecil (order puluhan-ribu hingga ratusan-miliar rupiah tergantung sumber dan harga saham terkini). Contoh sumber pasar melaporkan market cap sekitar Rp 75–120 miliar (data pasar tertunda; periksa harga real-time di broker). Karena perusahaan rugi 9M25, P/E tidak bermakna; P/B dapat dihitung kasar: jika market cap ≈ Rp 75,9 miliar dan ekuitas ≈ Rp 112,34 miliar → P/B ≈ 0.68x (diskon terhadap nilai buku).
Implikasi valuasi: perusahaan diperdagangkan di bawah nilai buku menurut snapshot pasar (P/B < 1) — hal ini bisa mencerminkan pasar melihat prospek profitabilitas rendah/risiko terkait konsentrasi pendapatan atau likuiditas perdagangan saham.
Solvency & likuiditas — gambaran
•Likuiditas jangka pendek baik (current ratio ~2.7x; kas/Deposito tersedia meskipun kas relatif kecil dibandingkan aset).
•Beban bunga kecil tapi perusahaan masih mencatat rugi operasional sehingga tidak menutup beban keuangan (interest coverage negatif). Jika beban bunga tetap rendah dan liabilitas tidak meningkat, solvabilitas jangka menengah tampak aman — selama tidak ada tekanan besar pada arus kas.
Efektivitas manajemen (operasional & biaya)
•Positif: pendapatan naik YoY (Rp 5,083 miliar vs Rp 4,799 miliar), gross margin tinggi → manajemen cukup efektif dalam menghasilkan margin kotor dari aset sewa.
•Tantangan: beban umum & administrasi naik signifikan (didorong kenaikan biaya operasional dan pajak final), sehingga menekan margin bersih dan menyebabkan rugi. Kenaikan biaya G&A ~33% disebutkan di analis pasar. Ini menunjukkan ada ruang perbaikan cost control.
•Rasio profitabilitas (ROA/ROE) negatif — artinya sampai 9M25 manajemen belum berhasil mengubah kenaikan pendapatan menjadi laba bersih.
Story / bisnis model & risiko khusus
•Model utama: MSIE fokus pada penyewaan gedung untuk infrastruktur pendidikan (terutama menyewakan properti ke Yayasan Intan Eduka / IPH School). Pendapatan sangat bergantung pada sewa (kontrak jangka panjang).
•Risiko konsentrasi: sebagian besar pendapatan berasal dari pihak terkait/kontrak ke yayasan (related-party). Ketergantungan pada satu penyewa atau grup afiliasi meningkatkan risiko operasional & GCG (potensi konflik kepentingan jika tidak transparan). Laporan mencatat transaksi terkait dan pengungkapan—tanda bahwa isu ini diungkapkan, tetapi menjadi faktor pemantauan penting bagi investor.
•Aset properti & revaluasi: perusahaan memiliki properti investasi besar (nilai tercatat signifikan) — ini mendukung neraca yang kuat tetapi juga membuat profitabilitas operasional bergantung pada manajemen biaya dan tingkat okupansi/sewa.
Good Corporate Governance (GCG) — riwayat & catatan
•Dokumentasi publik (prospektus IPO 2023, laporan GCG di situs/IDX) menunjukkan perusahaan mengadopsi kerangka GCG (komposisi Dewan Komisaris/Direksi, piagam, pengungkapan terkait transaksi afiliasi).
•Catatan governance penting untuk investor: pengungkapan transaksi dengan pihak terkait (sewa ke yayasan) ada di laporan — hal yang baik karena transparan — tetapi tetap memerlukan pengawasan (mis. apakah harga sewa wajar? apakah ada perlakuan khusus terhadap kas/garansi?). Tidak ada indikasi sanksi/masalah hukum publik yang besar dalam pencarian singkat ini.
Kesan & rekomendasi singkat untuk investor (non-nasihat hukum/keuangan)
•Positif: neraca sehat (ekuitas kuat vs utang rendah), pendapatan tumbuh, aset properti besar → ada basis nilai (book value) yang kuat.
•Perhatian utama: profitabilitas turun jadi rugi pada 9M25 karena lonjakan biaya G&A dan beban pajak final; ketergantungan pada pihak terkait (sewa ke yayasan) meningkatkan risiko konsentrasi dan isu GCG.
•Jika Anda mempertimbangkan beli/hold: periksa dua hal utama secara real-time sebelum keputusan:
(a) harga saham & valuasi pasar sekarang (market cap / P/B) dan likuiditas perdagangan; (b) rincian kontrak sewa (durasi, klausul kenaikan sewa, eksposur terhadap pihak terkait). Karena P/B < 1 menurut snapshot, saham bisa menarik bagi investor nilai — tetapi risiko operasional / pendapatan konsentrasi harus diakui.
$MSIE $IHSG