Menkeu Purbaya optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia di Q4 2025 naik lagi jadi 5,67% yoy, setelah sebelumnya hitungan target di 5,5%.
Pertumbuhan terakhir di Q2 adalah 5,12%, jadi ada penambahan 0,55%.
Seberapa besar tambahan 0,55% itu ?
Kita lihat PDB atas dasar harga konstan (ADHK) Q4 2024 tahun lalu adalah Rp 3.296,74 triliun.
Kalikan saja 0,55% dengan Rp 3.296,74 triliun, didapatlah Rp 18,13 triliun.
Rp 18,13 triliun itu masih berdasarkan harga konstan untuk menghitung growth supaya tidak bias karena pengaruh inflasi.
Aslinya PDB atas dasar harga berlaku (ADHB) terakhir nilainya sekitar 1,75 kali lipat dari ADHK.
Tapi bisa naik ke 1,77 kali karena ada unsur inflasi.
Maka, Rp 18,13 triliun x 1,77 = Rp 32 triliun.
Tambahan yang terjadi di perekonomian adalah Rp 32 triliun, tercipta di satu kuartal Q4 2025 saja.
..................................
Besar atau kecil Rp 32 triliun itu ?
Ya kalau ibarat perusahaan itu ukurannya mirip-mirip $JPFA lah yang market cap dan total asetnya sekitaran itu.
Punya karyawan 30 ribu orang.
Nah ceritanya di Q4 2025 ada perusahaan sebesar itu hadir di perekonomian Indonesia.
Tapi jangan lupa, Rp 32 triliun itu 'tambahan' pertumbuhan.
Harus kejar base pertumbuhan 5,12% dulu yang setara PDB Rp 298,8 triliun.
(5,12% x 3.296,74 x 1,77).
Sudah tumbuh segitu, harus tambah lagi Rp 32 triliun biar jadi 5,67%, sehingga total pertumbuhan sekitar Rp 330 triliun di Q4 2025.
Karena namanya pertumbuhan, maka capaian PDB ADHB Q4 2024 yang sebesar Rp 5.674,93 triliun itupun harus dipertahankan dulu.
Maka total PDB ADHB Q4 2025 barulah bisa mencapai Rp 6.005,7 triliun.
(5.674,93 + 298,8 + 32).
Nambahnya kelihatan gak gede-gede banget Rp 32 triliun itu, tapi perjuangannya sulit.
Harus pertahankan 5.675, tambah 299, lalu tambah lagi 32 馃
.....................................
Itulah mengapa pertumbuhan ekonomi Indonesia stagnan di 5% bertahun-tahun, dan masyarakat tidak terlalu merasakan dampaknya.
Ketika ada satu sektor usaha yang naik, sektor yang lain melempem.
Konsumsi (C), investasi (I), belanja pemerintah (G), dan ekspor (E) juga sulit mempertahankan kekompakan pertumbuhannya.
Misalnya C bagus, nanti G nya kurang.
G nya bagus, I nya bagus, eh E nya kurang.
Begitu terus.
Ini yang disebut Menkeu Purbaya sebagai mesin ekonomi yang pincang.
Secara agregat ekonomi memang tumbuh, tapi banyak subsidi silangnya. Kekuatan yang satu menutupi kelemahan yang lain.
Jadi mau nambah pertumbuhan 0,55% yang 'cuma' setara perusahaan JPFA dalam satu kuartal pun gak kesampean.
Sekalinya tercapai gak konsisten, jadi wajar kalau masyarakat tidak benar-benar merasakan.
...................................
Kalau konsisten pertumbuhan ekonomi 0,55% lebih tinggi, itu beda cerita.
Dapat tambahan perusahaan sebesar JPFA setiap kuartal, artinya ada empat JPFA dalam setahun, tentu terasa ke perekonomian.
Kemudian capaian pertumbuhan tahun ini akan menjadi dasar perhitungan pertumbuhan tahun depan.
Jadi walaupun persennya sama 0,55%, tapi tahun depan nominalnya jadi lebih besar lagi (compounding).
Dari semula empat JPFA setahun, lama-lama jadi empat $CPIN setahun, lebih besar lagi ukurannya.
Apalagi laju pertumbuhan naik jadi 6% -> 7% -> 8%, gak kebayang lagi itu segede apa, bakal banyak orang kaya baru 馃
...................................
Sudah nampak hilal tercapainya pertumbuhan 5,67% di Q4.
Sektor usaha yang dianggap paling suram, tekstil dan rokok, sudah dapat angin segar.
Semua sektor usaha mulai gerak maju. Bukan subsidi silang lagi.
Begitupun konsumsi, belanja pemerintah, investasi, ekspor, semua digerakkan bareng.
Konsumsi baru saja diberi stimulus BLT Rp 900 ribu untuk 35 juta keluarga, plus ragam stimulus lainnya (beras, magang berpenghasilan, cash for work).
Belanja pemerintah dipercepat di akhir tahun. Menkeu sudah 'safari' ke tiap kementerian (MBG, perumahan, pekerjaan umum jadi yang pertama dikejar).
Investasi diperbaiki iklim investasi, realisasi investasi masih bagus, walaupun FDI lemah tapi DDI kuat.
Ekspor diperkuat dengan deal CEPA dengan EU dan Kanada, deal tarif dengan US, dll.
Emiten di $IHSG akan merasakan manfaatnya secara hampir merata, hampir semua sektor diuntungkan.
Kalau semua adil naik kinerjanya, pertumbuhan ekonomi tinggi barulah benar tercapai.
..........................
Tapi kalau mau dipilih sektor apa yang paling potensial di antara hampir semua yang dapat angin segar ?
Next postingan bakal dibahas.
Intinya yang bisa memenuhi 3 unsur ini
1. Sejalan dengan program pemerintah.
2. Paling dapat manfaat dari naiknya daya beli masyarakat dan private sector.
3. Selaras dengan peluang makro global.
Itu yang diuntungkan.
https://cutt.ly/Or355QB7
Kaya bersama Purbaya is real 馃殌
1/5




