Untung dari Ayam, Berkat Pemerintah
Cerita tentang Japfa Comfeed Indonesia ($JPFA) saat ini terdengar begitu bagus. JPFA adalah pemain besar di industri unggas, menguasai 20,8% pasar pakan ternak dan 25,0% pasar bibit ayam, lalu tiba-tiba mendapat dua bantuan besar dari pemerintah. Wajar jika kita memprediksi laba bersihnya akan naik pada 2025. Angka ini memang bagus, tapi di baliknya ada pertanyaan penting. Seberapa kuat sebuah bisnis kalau untungnya sangat bergantung pada keputusan pemerintah yang bisa berubah-ubah?
Pertama, pasokan sengaja dibuat langka. Dengan membatasi impor bibit indukan (GPS) pada 2024, pemerintah secara langsung mengatur pasokan di industri ini. Karena perlu waktu 18 bulan dari bibit unggul sampai jadi ayam potong, efeknya baru akan terasa penuh di pasar pada akhir 2025 hingga 2026. Ini seperti mengatur pasar agar menguntungkan pemain besar seperti JPFA. Harga ayam dan bibitnya kemungkinan besar akan naik, dan hanya pemain dengan produksi besar yang akan untung besar. Tapi keuntungan dari aturan pemerintah ini ada risikonya, aturannya bisa berubah kapan saja.
Kedua, selain pasokan yang diatur, permintaan juga ikut dibantu. Ini datang dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) dari pemerintah, yang rencananya menjangkau 83 juta orang pada akhir 2025. Program ini menjadi semacam jaring pengaman yang membuat penjualan lebih pasti. Buat perusahaan yang biasa menghadapi harga naik-turun, ini jelas sebuah keuntungan besar. Tapi permintaan dari program pemerintah ini tidak selalu bisa diandalkan. Program ini bergantung pada uang negara, kemauan politik, dan pelaksanaannya di lapangan yang disebut masih butuh perbaikan.
Di tengah bantuan pemerintah ini, menariknya JPFA seperti mencoba membuat jalan amannya sendiri. Mereka meluncurkan Olagud, sebuah merek ayam premium. Dengan bekerja sama dengan Garuda Indonesia dan restoran Kitchenette, JPFA mencoba membuat cerita baru. Cerita tentang kualitas, bukan cuma jumlah, tentang merek yang kuat, bukan sekadar barang dagangan biasa. Divisi ini bahkan diramal akan tumbuh 20% dan menjadi sumber pemasukan baru bagi perusahaan. Ini adalah cara membangun pelanggan setia, sesuatu yang tidak bisa didapat dari aturan pemerintah.
Jadi, ada dua cerita utama yang membuat saham JPFA dinilai seperti sekarang. Cerita pertama, yang didukung kebijakan pemerintah, terlihat menjanjikan untung besar dalam waktu singkat. Cerita ini gampang dimengerti. Cerita kedua, soal usaha JPFA sendiri, adalah proses yang lebih pelan dan tidak terlalu kelihatan. Cara ini tidak memberikan hasil cepat, tapi tujuannya membangun bisnis yang lebih mandiri. Cerita mana yang lebih kita yakini akan menentukan cara kita menilai saham ini. Ini juga soal pandangan kita tentang seperti apa bisnis yang bagus itu seharusnya.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
$CPIN $MAIN