$WSBP: Equity Minus, Tapi Sudah Masuk Hitungan Mundur
Banyak yang masih lihat WSBP pakai kacamata lama: ekuitas minus, rugi, dan dianggap mati suri. Padahal ini bukan saham aneh macam $DADA, kalau dibaca lebih dalam, posisi sekarang bukan tanda bahaya, tapi tanda transisi. Laporan Q3 2025 justru menunjukkan arah perbaikan makin jelas.
Pendapatan usaha sudah tembus Rp1,17 triliun, naik tajam dari tahun lalu. Efisiensi besar-besaran berjalan: beban pabrik idle turun dari Rp64 miliar ke Rp19 miliar, beban administrasi berkurang lebih dari 20%, dan pembayaran CFADS tahap I–VI (total Rp541 miliar) semua tepat waktu. Ini bukti restrukturisasi berjalan disiplin dan kreditor percaya pada manajemen.
Masalah ekuitas minus sekitar Rp1,7 triliun sebenarnya hanya soal waktu. Setelah konversi utang Tranche D senilai Rp1,55 triliun menjadi saham selesai, ekuitas otomatis akan mendekati nol bahkan positif. Proses ini masih berjalan dan kemungkinan selesai pada akhir 2026.
Kalau Danantara (BPI) masuk lewat injeksi aset atau merger, bisa lebih cepat mungkin sudah terlihat di laporan 2026 Q2.
Perombakan komisaris dan komite audit yang baru disetujui OJK juga jadi tanda WSBP sedang disiapkan menjelang RUPSLB bulan depan, yang kabarnya akan membuka jalan restrukturisasi besar dan integrasi dengan WTON di bawah klaster beton BUMN.
Simulasi sederhana:
Base Case (Q42026–Q12027): Konversi Rp1,55T tuntas → ekuitas netral, valuasi teoretis ±Rp50.
Optimistis (Q2 2026): Tambahan injeksi Danantara ±Rp2T → ekuitas positif, target harga Rp150–200.
Super Bullish (2026): Merger $WTON–WSBP + revaluasi aset → PBV naik ke 1x, potensi harga Rp300–450.
Jadi ini bukan lagi pertanyaan “apakah bisa pulih”, tapi “kapan ekuitasnya berubah hijau”. Dan bagi yang sudah duduk di bawah Rp30, waktu kini berpihak pada mereka yang sabar menunggu babak kebangkitan WSBP dimulai.