Saham sektor asuransi bukanlah sektor yang populer di Indonesia. Rata-rata sahamnya juga tidak likuid, meski ada yang rutin bagi dividen seperti $ASDM dengan yield yang juga menarik.

Namun, ada satu momen yang membuat saham asuransi booming, yakni kebijakan harus menambah modal dari OJK dalam dua tahap 2026 dan 2028.

Hal ini pernah terjadi di saham-saham bank kecil ketika OJK naikkan modal inti minimum dari Rp100 miliar menjadi Rp3 triliun. Ditambah, kala itu bertepatan dengan booming saham bank digital.

Untuk tahap pertama, perusahaan asuransi dan sebagainya harus menyesuaikan ekuitas minimum pada 31 Desember 2026. Dengan ketentuan:

1. Perusahaan Asuransi minimal Rp250 miliar

2. Perusahaan Reasuransi minimal Rp500 miliar

3. Perusahaan asuransi syariah minimal Rp100 miliar

4. Perusahaan reasuransi syariah minimal Rp200 miliar

Nantinya, skala modal yang lebih besar ditargetkan per kelas-nya pada Desember 2028. Dengan ketentuan:

Pertama, untuk KPEE 1 dengan skala modal perusahaan asuransi yang lebih kecil:

1. minimal Rp500 miliar untuk perusahaan asuransi
2. minimal Rp1 triliun untuk perusahaan reasuransi
3. minimal Rp200 miliar untuk perusahaan asuransi syariah
4. minimal Rp400 miliar untuk perusahaan reasuransi syariah

Kedua, untuk KPPE 2 dengan skala bisnis asuransi yang lebih besar wajib memenuhi ekuitas minimum sebagai berikut:

1. minimal Rp1 triliun untuk perusahaan asuransi
2. Minimal Rp2 triliun untuk perusahaan reasuransi
3. minimal Rp500 miliar untuk perusahaan asuransi syariah
4. Minimal Rp1 triliun untuk perusahaan reasuransi syariah

Dalam memenuhi target itu, ada beberapa cara yang bisa dilakukan oleh perusahaan asuransi.

1. Melakukan dengan cara organik lewat tren kenaikan laba bersih secara bertahap dan menghentikan pembagian dividen sementara
2. Melalui private placement
3. Melalui right issue

Ulasan 3 saham asuransi yang harus tambah modal hingga akhir 2026 dibahas di sini: https://cutt.ly/er3EhziQ

$VINS $AHAP