$APEX THE NEXT ROCKET STOCK POTENSI X10 Jika Pertamina didesak bangun banyak kilang utk mengurangi impor minyak? 馃殌馃殌馃殌馃搱

APEX LK Q2 2025: Antara Rig Ratusan Juta Dolar dan Arus Kas Super Kuat

Banyak investor ritel mungkin belum tahu apa itu APEX. Dari namanya ada yang mengira Apex predator, bahkan ada yang bercanda jangan-jangan bisnis restoran. Padahal APEX adalah singkatan dari PT Apexindo Pratama Duta Tbk, sebuah perusahaan jasa pemboran minyak, gas, dan panas bumi. Sahamnya sudah relisting di BEI sejak 2013 dan kini jadi bagian dari grup Aserra Capital. Bisnis intinya menyewakan rig untuk pemboran onshore maupun offshore, lengkap dengan layanan pendukung seperti cementing dan logging. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Kalau dibongkar laporan keuangannya per Juni 2025, terlihat bahwa aset terbesar perusahaan ada di rig pengeboran dengan nilai USD166,5 juta. Inilah tulang punggung bisnis APEX. Di sisi lain, beban utang jangka panjang dari restrukturisasi PKPU masih cukup besar, USD104,9 juta. Meski begitu jumlah ini sudah menurun dibanding akhir 2024 yang masih USD114,1 juta. Yang menggembirakan, kas perusahaan melonjak dari USD11,9 juta di akhir 2024 menjadi USD22,7 juta di pertengahan 2025.

Pendapatan enam bulan pertama 2025 tercatat USD41,2 juta. Mayoritas datang dari jasa pemboran dengan swampbarges menyumbang laba kotor segmen USD7,79 juta dan jack-up USD7,69 juta. Namun ada masalah besar, hampir seluruh revenue atau 96,86 persen hanya dari satu pelanggan yakni Pertamina Hulu Mahakam. Tahun lalu masih ada kontribusi Medco dan Pertamina Hulu Kaltim, tapi tahun ini praktis hilang sehingga ketergantungan makin ekstrem.

Di sisi biaya operasional, perbaikan dan pemeliharaan rig menyedot USD6,35 juta sementara gaji dan kesejahteraan karyawan mencapai USD4,64 juta. Kabar baiknya kedua pos ini berhasil ditekan, membuat COGS turun 3,5 persen dan SGA turun 2,5 persen dibanding periode sama tahun lalu. Efisiensi ini langsung terasa ke profitabilitas.Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx

Laba bruto naik menjadi USD11,9 juta dengan gross margin yang membaik dari 24,7 persen menjadi 27,8 persen. Operating margin juga ikut naik dari 7,8 persen ke 11,4 persen. Laba bersih meski hanya USD751 ribu tetap melompat 124 persen dari tahun sebelumnya. Net profit margin pun naik dari 0,79 persen ke 1,75 persen. Salah satu pendorong utama adalah hilangnya beban depresiasi aset hak guna yang tahun lalu masih tercatat USD1,43 juta.

Arus kas juga menunjukkan sinyal positif. Cash flow operasi bersih tembus USD16,26 juta, naik 46 persen dari tahun lalu. Dengan aset lancar USD69,47 juta yang jauh di atas liabilitas jangka pendek USD14,77 juta, modal kerja perusahaan dalam kondisi sangat aman. Ditambah kas yang lebih tebal, APEX jelas punya buffer likuiditas yang jauh lebih baik untuk mengelola utang maupun investasi baru.

Kontrak baru jadi kunci cerita ke depan. Kontrak rig Tasha dengan Pertamina Hulu Mahakam bernilai USD119,7 juta untuk 42 bulan, hampir tiga kali lipat total pendapatan enam bulan terakhir. Selain itu ada kontrak rig Raisis USD25 juta dan rig Maera USD22,2 juta. Pipeline kontrak ini menjamin pendapatan jangka menengah, membuat outlook perusahaan lebih stabil.

Meski begitu risiko tetap mengintai. Konsentrasi pelanggan yang terlalu dominan jelas jadi titik lemah. Kalau kontrak PHM bermasalah, revenue bisa langsung anjlok. APEX juga mencatat cadangan penurunan nilai aset tetap USD15,3 juta karena utilisasi rig belum maksimal. Tambah lagi risiko kurs, karena pendapatan dalam dolar sementara biaya banyak dalam rupiah. Fluktuasi 10 persen nilai tukar bisa menggeser laba sebelum pajak lebih dari USD1,28 juta.

Namun keunggulan APEX tidak sedikit. Kas yang membengkak, efisiensi biaya yang mempertebal margin, serta kontrak jangka panjang bernilai besar menjadi modal utama. Struktur modal juga lebih stabil setelah restrukturisasi PKPU dan konversi OWK jadi saham yang meringankan beban utang. Dengan arus kas operasi yang kuat, ruang manuver perusahaan semakin leluasa.

Dari kacamata investor, APEX kini berada di titik transisi menarik. Ada kombinasi antara fundamental yang membaik dan risiko konsentrasi yang besar. Jika perusahaan berhasil diversifikasi klien dan meningkatkan utilisasi rig, peluang untuk memperkuat laba sangat terbuka. Tahun 2026 bisa jadi babak baru, dengan cerita margin lebih tebal, utang makin ramping, dan ketergantungan pada satu klien mulai berkurang.Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Kalau lihat valuasi APEX, cukup unik. Dari satu sisi perusahaan ini terlihat berat karena membawa utang besar hasil restrukturisasi PKPU, tapi di sisi lain ia punya mesin kas yang sangat kuat dari operasional. APEX atauadalah perusahaan jasa pemboran minyak, model bisnisnya fokus pada rig pengeboran, baik lepas pantai dengan swampbarges dan jack-up, maupun darat. Rig inilah yang jadi aset terbesar dengan nilai USD166,5 juta.

Di balik kekuatan aset, ada beban pinjaman jangka panjang USD104,9 juta. Jumlah ini memang masih besar, tapi sudah menurun 7,5% dari akhir 2024 yang mencapai USD119,1 juta. Dari sisi revenue, APEX membukukan USD41,24 juta di paruh pertama 2025, dengan kontribusi laba kotor terbesar datang dari segmen swampbarges USD7,79 juta. Operasi utamanya jelas terkonsentrasi di Indonesia lewat kontrak dengan BUMN migas, khususnya Pertamina Hulu Mahakam yang menyumbang hampir 97% dari total pendapatan.

Laba bersih semester pertama 2025 tercatat USD751 ribu, melonjak 124% dari tahun lalu. Laba bruto naik ke USD11,9 juta. Biaya terbesar masih di perbaikan dan pemeliharaan rig USD6,35 juta serta gaji karyawan USD4,64 juta. Berkat efisiensi, COGS turun 3,5% dan SGA turun 2,5%. Imbasnya margin menguat. Gross margin naik ke 27,8% dari 24,7% dan operating margin naik ke 11,4% dari 7,8%. Net margin memang tipis, 1,75%, tapi lebih baik dibanding 0,79% tahun lalu.

Yang paling menonjol adalah arus kas. Cash flow operasi bersih mencapai USD16,26 juta, naik 45,8% dari tahun lalu. Kas juga hampir dua kali lipat, dari USD11,9 juta menjadi USD22,7 juta. Aset lancar mencapai USD69,47 juta, jauh di atas liabilitas jangka pendek USD14,77 juta. Ini membuat posisi likuiditas APEX sangat kuat.

Kalau dihitung valuasi, dengan harga saham Rp145 dan jumlah saham beredar 3,54 miliar lembar, kapitalisasi pasar APEX hanya Rp514 miliar atau sekitar USD31 juta. Dengan utang bersih USD93,3 juta, nilai perusahaan atau EV berada di USD124,3 juta. Dari sini keluar rasio-rasio penting. PER 20,6 kali, cukup tinggi karena laba bersih kecil. PBV 0,47 kali, artinya saham diperdagangkan jauh di bawah nilai buku. EV/EBITDA 6,2 kali, relatif moderat. Yang menarik EV/CFO hanya 3,8 kali dan EV/FCF 4,4 kali, sangat rendah untuk perusahaan dengan arus kas besar.

Inilah dualitas APEX. Dari sisi kas, ia sangat undervalued. Bayangkan, payback period pakai CFO hanya 0,95 tahun dan pakai FCF hanya 1,1 tahun. Investor bisa balik modal dari kas operasi kurang dari dua tahun. Tapi kalau pakai laba bersih, butuh lebih dari 20 tahun. Pasar menilai rig APEX kurang produktif, tercermin dari impairment USD15,3 juta, sehingga PBV didiskon dalam.

Faktor yang memberi harapan adalah kontrak baru. Rig Tasha dikontrak Pertamina Hulu Mahakam senilai USD119,7 juta untuk 42 bulan. Nilainya hampir tiga kali lipat total pendapatan enam bulan terakhir. Ada juga kontrak Raisis USD25 juta dan Maera USD22,2 juta. Pipeline kontrak ini bisa menjamin utilisasi rig dan pendapatan lebih stabil ke depan.

Tantangan besar tetap ada. Ketergantungan pada satu klien mencapai 96,9%. Kalau kontrak terganggu, revenue bisa runtuh. Aset inti juga masih tertekan, utilisasi rig rendah. Risiko kurs menambah tekanan karena pendapatan USD tapi biaya banyak dalam Rupiah. Perubahan 10% kurs bisa menggeser laba sebelum pajak lebih dari USD1,28 juta.Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Solusi untuk memperbaiki valuasi ada beberapa. Pertama, tingkatkan utilisasi rig dan balikkan impairment. Kedua, jaga efisiensi biaya agar margin tidak kembali tipis. Ketiga, terus kurangi utang dengan penjualan aset non produktif dan pelunasan dipercepat. Keempat, diversifikasi pelanggan agar tidak hidup-mati hanya dengan Pertamina Hulu Mahakam.

Kalau langkah-langkah ini berhasil, pasar akan lebih percaya bahwa aset APEX benar-benar produktif. PBV bisa naik berkali-kali dan valuasi akan mencerminkan kekuatan kas yang sekarang sudah terbukti. APEX adalah contoh perusahaan dengan aset berat tapi juga mesin kas yang kuat, tinggal bagaimana manajemennya meyakinkan investor bahwa nilai rig mereka sepadan dengan harga saham di pasar dan dapat proyek Pertamina lagi utk drilling banyak.

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor

$BEEF $FAST.

Read more...
2013-2025 Stockbit 路AboutContactHelpHouse RulesTermsPrivacy