Hadiah atau Jebakan?
Ketika pemerintah menyerahkan aset sitaan senilai triliunan, enam smelter dan bahan mentah kepada Timah ($TINS), pasar langsung heboh. Ceritanya bagus, korupsi diberantas lalu BUMN diperkuat. Kelihatannya TINS dapat alat produksi baru gratis, janji produksi melonjak, dan harga timah bisa lebih stabil. Tapi sebagai investor, kita tahu, barang gratis itu biasanya ada biaya tersembunyi. Ini bukan murni hadiah, ini tanggung jawab besar yang dibungkus angka keren.
Angka Rp6-7 triliun itu yang paling bikin silau. Angka ini seperti jangkar yang membuat kita fokus pada potensi untung tanpa melihat risikonya. Coba kita realistis. Enam smelter sitaan itu dulunya pasti dijalankan dengan cara curang. Artinya, kondisinya belum tentu bagus. Smelter-smelter ini butuh uang dan waktu untuk diperbaiki agar bisa legal, ramah lingkungan, dan nyambung dengan sistem TINS. Kita harus siap dengan biaya perbaikan (capex) yang tak terduga. Bisakah TINS menampung enam smelter bermasalah ini tanpa membuat laporan keuangannya sakit di awal?
Masalahnya bukan cuma operasional. TINS sekarang dapat tugas ganda, dia harus jadi pemain utama sekaligus polisi industri timah. Aset-aset ini adalah bukti buruknya tata kelola selama ini. Penyerahan aset tidak otomatis menghentikan penambangan ilegal yang sudah mendarah daging di sana. Justru, dominasi TINS bisa memicu munculnya cara-cara curang baru di sekitarnya. TINS bukan cuma mengelola pabrik, tapi juga membersihkan lumpur yang sangat tebal. Itu pekerjaan politik dan sosial yang sangat melelahkan.
Yang paling membuat investor berkhayal adalah janji tentang rare earth yang nilainya konon jauh lebih besar. Ini adalah faktor spekulasi paling kuat. Rare earth itu seperti tiket lotre yang membuat kita lupa pada bisnis utama yang biasa-biasa saja. Tapi kita harus bertanya, apakah TINS punya teknologinya, izinnya, dan rencana bisnis yang jelas untuk mengolah harta karun ini dalam waktu dekat? Menambang timah beda jauh dengan memproses rare earth, itu urusan teknologi mahal dan rumit.
Kesimpulannya, TINS menerima dua sisi mata uang. Satu sisi memberi potensi dominasi pasar. Sisi lainnya memberi risiko biaya tersembunyi untuk memperbaiki aset yang sudah usang, tekanan untuk menertibkan industri, dan bahaya mengikuti janji rare earth mentah-mentah. Pasar cuma melihat potensi untung dan nilai aset. Investor yang bijak harus melihat kerumitan di balik layar dan bertanya, apakah timah yang dibersihkan ini benar-benar menguntungkan atau cuma gimmick yang dibungkus harapan. Jawabannya ada pada laporan biaya perbaikan TINS di kuartal berikutnya.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
$ANTM $INCO