imageProfile
Potential Junk
Potential Spam



Pengalaman orang memang berbeda-beda. Di FB saya mengenal seorang trader saham. Dia berprinsip trading for living. Selain itu ia juga kadang nulis di Kontan selain nulis di blog pribadinya. Dengan prinsipnya di atas itu trading for living kayaknya ia memang hidup dari trading saham. Saya perhatikan di SB ini ada juga yang berprinsip seperti itu. Yah, setiap orang punya pilihan masing2. Dengan prinsipnya itu dia jadi sering keluar masuk, buy-sell, buy-sell secara aktif.

Dalam salah satu pengakuannya di statusnya di FB ia mengaku tahun 2018 rugi sekitar 30%. Ketika ia menulis di FB tentang kondisi pasar dan tindakannya yang keluar masuk ada teman FB-nya berkomentar, kira-kira begini komentarnya: Ngapain keluar-masuk Pak, saya pegang INKP sudah floating profit puluhan persen. Kondisi IHSG 2018 kalau menurut saya side ways dalam gerak side ways itu ada gelombang turun yang membuat trader bisa loss alias rugi. Berbeda dengan kondisi setengah bulan terakhir di tahun 2019 ini yang bisa dikatakan bullish dimana investor maupun trader banyak yang untung.

Antara menjadi trader atau investor saham adalah pilihan. Namun bagi yang masih bekerja sebagai karyawan atau memiliki penghasilan di luar bursa saham saya rasa lebih baik kalau menjadi investor atau penabung saham dari pada trader. Kecuali karyawan terkena PHK, dengan pesangon dan tabungan sekitar 250 jt mungkin kondisi itu membuatnya memilih menjadi trader dan berusaha untuk survive dengan prinsip trading for living. LKH menjadi investor karena awalnya masih sebagai karyawan. Ketika LKH memutuskan untuk resign saya rasa dana hasil investasinya sudah cukup untuk mandiri namun prinsip-prinsip investasi LKH dengan analisa fundamental emiten masih ia terapkan.

Menjadi trader atau investor adalah sebuah pilihan tergantung kondisi masing-masing orang. Seorang yang terkena PHK dan hanya memiliki modal dari pesangon dan tabungan sebesar Rp 250 juta tidak mungkin dipaksa menjadi penabung saham karena hal itu dirasakan bahwa perkembangan dananya sangat lambat. Yang cocok baginya adalah trader. Bagi karyawan atau yang memiliki income lain di luar bursa saham contoh berikut ini bisa memberikan gambaran pentingnya menabung saham. Seorang penabung saham yang melakukan akumulasi tabungannya di saham $ADMF selama beberapa tahun di harga terendah dari November 2004 sd November 2008 kemudian ia membiarkan tabungannya itu entah karena ia mengakumulasi emiten lain atau kesulitan keuangan maka setelah tabungan sahamnya itu dibiarkan mengendap sampai 10 tahun, pada tahun 2018 ia memperoleh hasil yang luar biasa. Katakanlah selama 4 tahun dari 2004 sd 2008 itu ia menanamkan uangnya total sebesar Rp 400 juta di harga average Rp 1.500,- karena hanya membeli di saat harga terkoreksi, maka tahun 2018 atau 10 tahun kemudian ketika ADMF membagikan dividen sebesar Rp 704,50 per saham maka dividend yield yang diterimanya sudah mencapai 47% atau Rp 187,9 juta.

Dividen sebesar Rp 187,9 juta itu adalah fresh money yang diperoleh tanpa menjual tabungan sahamnya atau dengan kata lain itu adalah passive income. Sementara asetnya berkembang juga yang awalnya hanya Rp 400 juta menjadi Rp 2,45 M di harga ADMF sebesar Rp 9.200,- atau naik 6 kali lipat lebih. Sementara kalau ia jual di harga Rp 9.200,- kemudian didepositokan hasilnya hanya Rp 147 juta per tahun dan hasil deposito ini akan tetap sekitar itu selama 10 tahun yang akan datang. Nah, bagi karyawan atau yang memiliki income dari bisnis lain pertanyaan menohok dari pengguna Facebook di atas patut direnungkan: ngapain Pak keluar masuk. Kalau mengendapkan sahamnya minimal 10 tahun kita bisa menghasilkan passive income yang luar biasa kenapa harus keluar masuk?

Read more...
2013-2024 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy