Apa itu PE Ratio?
PE Ratio = Harga Saham ÷ EPS (laba per saham).
Jadi PE Ratio itu nunjukin:
- Kalau kamu beli 1 lembar saham di harga sekarang, butuh berapa kali laba untuk nutupin harga yang kamu bayar.
- Bisa dianggap kayak ngitung berapa tahun balik modal, walaupun sebenarnya nggak sesederhana itu (karena laba bisa naik/turun).
Contohnya saham-saham dibawah ini:
Contoh 1: $BBRI (Bank Rakyat Indonesia)
- Harga saham: Rp3.980
- EPS: Rp374
- PE Ratio = 3.980 ÷ 374 = 11x
Artinya: dengan harga sekarang, butuh kira-kira 11 tahun laba untuk nutupin harga saham (anggap laba tetap).
Contoh 2: $GOTO (GoTo Gojek Tokopedia)
- Harga saham: Rp56
- EPS: minus (rugi)
- PE Ratio = ❌ nggak bisa dihitung, karena perusahaan masih rugi.
Jadi saham-saham startup sering punya PE yang negatif.
Contoh 3:
Saham $SIDO (Sido Muncul)
- Harga saham: Rp535
- EPS: Rp39
- PE Ratio = 535 ÷ 39 = 14x
Kalau dibandingin BBRI (11x), SIDO sedikit lebih “mahal” padahal nilai rupiahnya lebih kecil.
Sederhananya gini :
- Bayangin kamu mau beli warung kopi ☕:
- Harga warung: Rp120 juta
- Laba bersih setahun: Rp10 juta
PE Ratio = 120 juta ÷ 10 juta = 12x
Artinya: butuh 12 tahun laba buat nutupin modal beli warung.
Sekarang bandingin sama warung sebelah:
- Harga Rp500 juta
- Laba setahun Rp100 juta
PE Ratio = 5x → lebih cepat balik modal → “lebih murah”.
Jadi PE Ratio membantu bandingin value antar warung (perusahaan), bukan cuma lihat harga jualnya.
Hal Penting tentang PE Ratio
1. Beda sektor, beda standar.
- Bank (kayak BBRI, BBCA) wajar PE 10–20x.
- Startup/tech (kayak GOTO) bisa nggak punya PE (karena rugi) atau bisa sangat tinggi.
- Consumer goods (kayak SIDO, UNVR) wajar PE agak tinggi karena bisnis stabil.
2. PE rendah ≠ selalu bagus.
Bisa jadi karena prospek bisnis jelek → makanya saham dihargai murah.
3. PE tinggi ≠ selalu jelek.
Kadang investor mau bayar lebih mahal karena yakin laba akan tumbuh cepat di masa depan.
4. Tren EPS penting.
Kalau EPS naik konsisten, PE bisa jadi terlihat mahal tapi sebenarnya wajar (karena laba makin besar tiap tahun).
Intinya
PE Ratio = berapa kali laba yang kamu bayar saat beli saham.
Jadi semacam alat ukur saham murah/mahal relatif terhadap laba perusahaan.
Harus selalu dibandingkan dengan:
- Sejarah PER perusahaan itu sendiri.
- PER rata-rata sektor.
- Prospek pertumbuhan bisnisnya.
Jadi, jangan cuma lihat harga saham per lembar.
Harga Rp50 bisa jadi “mahal”, sedangkan Rp5.000 bisa jadi “murah”, tergantung PE Ratio-nya.
Jangan lupa follow akun ini, biar bisa sama2 belajar mengenal istilah dalam Saham Secara Sederhana