‎Investasi di $BTEK jangan lihat fundamentalnya saat ini, kalian pasti kecewa. Tapi, ini kan soal conviction. Gak percaya, nih rangkumannya:

‎1.  Pofitabilitas?
‎Perusahaan mencatat rugi besar dengan EPS negatif (TTM -15,88), margin ekstrem negatif (gross margin -416%, net margin -431%), serta ROE -179% dan ROA -19% yang menunjukkan modal dan aset justru tergerus rugi.

‎2. Dari sisi valuasi?
‎Saham ini tergolong mahal karena PBV 3,95x dan PSR 3,42x, padahal kinerja masih merugi. Indikator seperti PE Ratio negatif dan EV/EBITDA juga menandakan valuasi tidak didukung profitabilitas. Untuk pertumbuhan, pendapatan anjlok tajam (-92,58% YoY), gross profit bahkan minus lebih dalam, sementara net income hanya “tampak membaik” karena rugi mengecil, bukan laba. Efisiensi rendah terlihat dari asset turnover yang hanya 0,12x.

‎3. Solvabilitas?
‎Beban utang sangat tinggi dengan DER 5,74x, liabilities/equity 8,27x, dan financial leverage 9,27x. Altman Z-Score -1,38 menandakan perusahaan berada di zona distress, sementara interest coverage negatif menunjukkan tidak mampu menutup beban bunga dengan operasi. Arus kas juga rapuh, dengan CFO (TTM) -17 B dan free cash flow -25 B, artinya perusahaan belum mandiri secara finansial dan masih mengandalkan pembiayaan eksternal.

‎Secara umum, meski likuiditas jangka pendek terlihat aman (current ratio 4,67), secara keseluruhan BTEK menghadapi risiko tinggi: rugi besar, revenue turun drastis, valuasi overvalued, beban utang berat, dan arus kas negatif. Apa yg di harapkan dari fundamental begitu?

‎Tapi ini soal conviction. Ada beberapa pertimbangan realistis melalui beberapa "sinyal" dari internal Indonesia maupun internasional yg bikin kenapa centang ijo pun hold?

‎1. Proyek INDOCACAO
‎Kolaborasi Indonesia-Prancis untuk Kakao berkelanjutan pada tgl 18 Sept 2025, Kementerian PPN/Bappenas bersama CIRAD (Prancis) dan Kedubes Prancis meluncurkan proyek INDOCACAO di Jakarta. Proyek ini, didanai oleh Kemenlu Prancis dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM), berfokus pada penguatan produsen kecil kakao, khususnya perempuan dan pemuda, selama 2025–2027. Tiga tujuan utama: (1) Memperkuat produsen kecil kakao (fokus perempuan dan pemuda); (2) Memodernisasi rantai pasok untuk nilai tambah dan daya saing; (3) Meningkatkan keberlanjutan sesuai RPJPN 2025–2045 dan RPJMN 2025–2029. Mitra meliputi Kementan, Puslitkoka, INSTIPER, serta swasta seperti Asosiasi Cocoa Beans Indonesia (ACBI) dan Jaringan Inovasi Kakao (JIKA). Proyek ini menargetkan peningkatan produktivitas petani kecil, yang menyumbang ~80% produksi kakao Indonesia.

‎2. Hilirisasi Kakao
‎Pemerintah mengalokasikan Rp9,9 triliun untuk hilirisasi komoditas perkebunan strategis, termasuk kakao, untuk 2025–2027. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menekankan program replanting dan penanaman baru untuk kakao, kelapa, kopi, mete, lada, dan pala. Program ini bertujuan meningkatkan nilai tambah, menyerap 1,63 juta tenaga kerja, dan memperkuat industri pengolahan domestik agar Indonesia tidak hanya mengekspor bahan mentah. Presiden Prabowo Subianto mendukung alokasi ini untuk memperkuat kesejahteraan petani dan daya saing global.

‎3. Perjanjian IEU-CEPA
‎Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA), yang baru saja ditandatangani pada 23 September 2025 di Nusa Dua, Bali, setelah 9 tahun negosiasi. Perjanjian ini diharapkan efektif mulai 1 Januari 2027 dan bertujuan memperkuat hubungan dagang antara Indonesia dan Uni Eropa (UE), dengan fokus pada akses pasar, investasi, dan transfer teknologi. Nilai perdagangan bilateral Indonesia-UE mencapai US$30,1 miliar pada 2024, dengan surplus Indonesia US$4,5 miliar, dan IEU-CEPA diproyeksikan meningkatkan ekspor Indonesia hingga 2,5 kali lipat dalam 5 tahun ke depan. Namun, kepatuhan terhadap EU Deforestation Regulation (EUDR) menjadi tantangan bagi BTEK yang bergantung pada pasokan domestik (rentan terhadap isu deforestasi).

‎4. Replanting dan Revitalisasi Kakao
‎Pemerintah, melalui BPDPKS, mendapat mandat untuk replanting dan pengembangan industri kakao, seperti dibahas dalam rapat internal di Istana Merdeka (10 Juli 2024). Program 2020–2025 Kementerian Pertanian menargetkan peremajaan 4.200 ha, perluasan 250 ha, dan rehabilitasi tanaman kakao, dengan tambahan 4.266 ha dari Anggaran Belanja Tambahan (ABT). Produksi kakao Indonesia 2023 hanya 641,7 ribu ton, dengan 55% kebutuhan nasional diimpor. Pemerintah bekerja sama dengan BUMN dan perguruan tinggi untuk menyediakan bibit unggul dan mendorong hilirisasi produk kakao bernilai tambah.

‎Secara keseluruhan, "sinyal" atau dukungan dari pemerintah ini bisa jadi katalisator recovery jika BTEK secara proaktif memanfaatkan momentumnya. Walau berita pemerintah fokus ke kakao bisa menjadi sentimen positif, eksekusi di level perusahaan jauh lebih penting. Untuk cek fundamental dari keystat dilampirkan.

‎DYOR. Bukan ajakan beli-jual saham. Bukan organ dalem. Bukan celana dalem. Ga usah mampir ke profil.
$COCO $SIMP

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy