Mengenang Kembali Predator Pasar Modal Indra Kenz dan Donny Salmanan
Dulu banyak yang terpukau lihat Indra Kenz dan Donny Salmanan flexing porto seakan tak terbatas. Ferrari, Lamborghini, jam tangan mewah, saldo MT4 miliaran, semua ditata rapi jadi etalase ilusi. Padahal itu bukan bukti sukses, melainkan trik marketing biawak untuk memancing korban unyu-unyu. Akhir kisahnya tragis, korban ludes, biawak kenyang. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Bisa lihat video lama para korban di Youtube
1. Video Korban 1
https://cutt.ly/NrMoEuPi
2. Video Korban 2
https://cutt.ly/srMoEipx
3. Video Korban 3
https://cutt.ly/qrMoEuHn
4. Video Indra Kenz Pamer Rumah 1 Miliar
https://cutt.ly/orMoEu0Z
5. Video Tuhan Bingung Tidak Bisa Kasi Miskin Indra Kenz
https://cutt.ly/frMoEuN8
https://cutt.ly/0rMoEuC6
Pola yang sama sekarang bermigrasi ke waran terstruktur. Kalau dulu arena jagalnya adalah binary option yang jelas-jelas bodong, kali ini tempat penyembelihannya resmi dilegalkan. Waran disulap jadi umpan, dikemas dengan narasi gampang cuan, digoreng pakai visual porto bombastis. Investor polos dibiarkan mabuk ilusi sampai rela masuk sendiri ke kandang jagal.
Bedanya, di waran terstruktur mesin potongnya lebih halus tapi lebih sadis. Jangka waktu pendek, pricing bisa dipelintir, volatilitas jadi parang tajam. Investor ritel yang telat paham ibarat ayam potong, belum sempat berkotek sudah disembelih. Retail jadi korban bakar sate, sementara biawak senyum lebar menikmati hasil daging segar.
Flexing porto di media sosial hanyalah hiasan darah palsu di arena gladiator. Tujuannya biar mangsa merasa yakin ada jalan cepat jadi kaya. Padahal, begitu masuk gelanggang, yang menunggu bukan emas, tapi pisau jagal. Serakah, penasaran, takut ketinggalan, tiga racun psikologi ini dipakai biawak untuk memastikan mangsa tak sempat kabur.
Jangan salah kira, legalitas waran tidak otomatis menjadikannya ramah. Justru di sinilah letak bahayanya. Biawak bisa bersembunyi di balik seragam resmi, sembari tetap menjilat darah investor retail. Bagi retail yang awam, perangkap ini terlihat seperti karpet merah menuju cuan. Begitu diinjak, ternyata pintu guillotine.
Sadisnya, korban tidak sadar dirinya sedang dikuliti hidup-hidup. Saat nilai waran anjlok 80% dalam hitungan jam, retail masih sibuk cari alasan. Padahal uang sudah dipotong rapi, dagingnya sudah dipanggang, hanya tulang belulang yang tersisa di rekening. Semua itu terjadi karena terpukau dengan flexing yang sejak awal memang dirancang untuk menipu.
Mekanismenya mirip tontonan horor. Investor disuguhi visual porto yang seakan membesar tiap detik, seperti balon diisi helium. Begitu sudah tinggi, jarumnya ditusukkan. Balon meledak, isi rekening ikut hilang. Biawak tepuk tangan, sementara korban hanya bisa bengong menatap sisa serpihan mimpi.
Ironinya, korban lama di Binomo sudah jadi pelajaran pahit. Namun, manusia gampang lupa. Begitu melihat panggung flexing baru, mereka kembali antre beli tiket masuk. Padahal tiket itu sama saja dengan karcis mati. Bedanya, sekarang tiket masuknya dicap resmi, seolah-olah halal, padahal hasil akhirnya tetap jagal.
Investor yang masih silau lihat porto gaban seharusnya sadar, itu bukan peta menuju harta karun. Itu adalah denah menuju ruang eksekusi. Tidak ada jalur pintas ke kekayaan. Yang ada hanyalah jalan pintas ke meja potong, di mana retail jadi daging sate buat pesta biawak.
Kalau masih ada yang bandel, merasa lebih pintar dari korban Binomo, silakan masuk gelanggang waran. Tapi jangan kaget kalau ending-nya sama saja. Uang hilang, mimpi buyar, biawak pesta pora. Bedanya cuma satu, kali ini retail disembelih di arena resmi, dengan pedang berkilau yang diberi nama manis: waran terstruktur. 🗿
Pola scam di pasar modal selalu copy paste. Tidak ada yang benar-benar baru, hanya ganti kostum dan panggung. Awalnya selalu dimulai dari flexing porto. Pamer saldo, pamer lot, pamer grafik hijau seolah-olah duit bisa beranak tiap hari. Tujuannya cuma satu, bikin orang lain ngiler. Psikologi manusia sederhana, lihat orang lain sukses instan, langsung pengen ikut, tanpa sempat mikir risiko dan logika.
Kita sudah lihat babak pertamanya di kasus Indra Kenz dan Donny Salmanan. Porto segede gaban dipamerkan, mobil sport berjejer, saldo MT4 ditunjukkan, narasi mendadak kaya diputar terus. Padahal semua hanya ilusi untuk menarik korban masuk ke arena jagal Binomo. Begitu korban percaya, habis sudah.
Sekarang pola yang sama berulang di pasar modal. Bedanya, panggungnya bukan lagi binary option. Kali ini tempatnya ada di waran terstruktur, saham gorengan, bahkan komunitas saham online. Di Stockbit misalnya, muncul nama-nama seperti elwita Bakrie, bong Reiner, gajah mada, mikel kampret kloningan, dan segudang akun lain yang kerjaannya pamer porto sambil bikin narasi bombastis.
Flexing porto jadi umpan berdarah yang dilempar ke kolam. Ikan-ikan kecil alias investor ritel unyu-unyu langsung berebut, merasa bisa ikut mencicipi cuan instan. Padahal begitu masuk, kail sudah menunggu di mulut. Flexing bukan bukti sukses, itu tanda perangkap sedang dipasang.
Scammer tahu betul cara main psikologi. Mereka sengaja bikin FOMO, bikin kesan ketinggalan, bikin orang merasa bodoh kalau tidak ikut. Padahal ikut berarti menyerahkan dompet ke meja jagal. Satu klik beli, berarti satu langkah lebih dekat ke pintu guillotine.
Ironinya, korban selalu merasa dirinya berbeda. Selalu ada kalimat di kepala “gue lebih pintar, gue bisa keluar duluan”. Kenyataannya, keluar duluan itu mitos. Retail selalu jadi exit liquidity. Flexing yang dilihat hanyalah panggung teater, dan penontonnya sudah ditakdirkan jadi korban.
Nothing new under the sun. Pola scam sama persis, hanya ganti aktor. Dulu ada Indra Kenz dan Donny Salmanan. Sekarang ada varian baru dengan nama yang lebih lokal, lebih lucu, lebih relatable. Namun ujungnya sama, retail babak belur, biawak tetap kenyang.
Kalau masih ada yang percaya flexing porto adalah jalan menuju kebebasan finansial, berarti belum belajar dari sejarah. Pasar modal penuh kuburan orang serakah yang silau lihat pameran palsu. Semua ingin cepat kaya, semua ingin instan, dan semua berakhir dengan rekening kosong.
Sederhana saja, kalau lihat flexing porto di medsos, anggap saja itu undangan pesta jagal. Pesta di mana retail jadi daging sate, sementara biawak pesta pora. Kalau tidak mau jadi korban, jangan pernah masuk.
Flexing bukan ilmu investasi. Itu cuma trik marketing biawak. Dan selama masih ada korban yang gampang ngiler, selama itu pula pola ini akan terus berulang.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham.
$EMAS $COIN $CDIA
1/2

