Sinyal Mahal Pengendali $ENRG,
Kadang, ada sinyal di pasar saham yang lebih dari sekadar angka. Tindakan PT Shima Global Kapital, pengendali PT Energi Mega Persada Tbk. (ENRG), adalah salah satunya. Saat mereka membeli lagi 114,79 juta lembar saham dengan uang sekitar Rp77,48 miliar, ini bukan investasi biasa. Ini adalah cara mereka menunjukkan keyakinan yang sangat besar, seolah-olah potensi terbaik perusahaan ini belum terlihat sama sekali.
Yang bikin heran adalah waktunya. Mereka tidak membeli saat harga sedang anjlok, tapi justru saat harganya sudah terbang 217,39% sejak awal tahun. Ketika banyak investor lain mungkin sudah mau menjual untuk ambil untung, si pemilik malah membeli lebih banyak. Tentu ini aneh dan bikin penasaran. Apakah mereka tahu sesuatu yang kita tidak tahu, atau mereka hanya sekadar ikut-ikutan tren harga yang sedang naik?
Jawabannya mungkin ada di laporan keuangannya. Kinerja perusahaan di paruh pertama 2025 memang terlihat bagus. Penjualannya naik 18,43% menjadi US239,1 juta. Tapi yang lebih penting, kenaikan ini ditopang oleh penjualan gas yang naik 9%, menutupi penjualan minyak yang turun. Laba bersihnya memang hanya naik tipis 6,53% menjadi US35,72 juta, tapi ini sepertinya menunjukkan kalau mereka fokus untuk jangka panjang, bukan keuntungan sesaat.
Di sini cerita bisnis ENRG jadi lebih jelas. Dengan fokus pada gas, bisnisnya berubah dari yang tadinya untung-untungan mengikuti harga komoditas, menjadi lebih stabil. Kontrak penjualan gas biasanya jangka panjang, jadi pendapatannya lebih bisa ditebak. Mungkin ini yang dilihat oleh pengendali. Mereka melihat bisnis ini berubah menjadi sumber keuntungan yang stabil dan pasti. Dalam investasi, bisnis yang ‘membosankan’ seperti ini justru seringkali yang paling menguntungkan. Taruhan mereka bukan pada harga minyak yang naik-turun, tapi pada pendapatan dari gas yang lebih jelas.
Tapi, perusahaan ini punya catatan masa lalu. Grup di belakangnya punya reputasi yang campur aduk. Investor masih ingat aksi-aksi korporasi mereka yang dulu terkadang membingungkan. Jadi pertanyaannya sekarang adalah, dengan kepemilikan yang makin besar hingga 17,34%, apakah tindakan mereka akan menguntungkan semua pemegang saham, atau hanya untuk kepentingan mereka sendiri? Mengembalikan kepercayaan investor memang butuh lebih dari sekadar laporan keuangan yang bagus.
Jadi, kita hanya bisa melihat dan bertanya-tanya. Tindakan si pengendali ini adalah cerita tentang keyakinan mereka melawan keraguan kita. Ini mengingatkan kita bahwa di balik setiap saham, ada orang-orang dengan kepentingan dan rencananya sendiri. Berinvestasi di saham ini artinya kita ikut bertaruh pada visi si pengendali. Semoga saja visi itu memang bagus untuk perusahaan, bukan hanya untuk kepentingan mereka semata.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
$BUMI $BYAN