Sampai tahun lalu, saya masih termasuk penganut pricing PBV vs ROE ala Teguh Hidayat. Tapi perlahan, fokus investasi saya sudah bergeser kepada kemampuan menghasilkan uang (earning power) dari sebuah unit usaha, bukan dari nilai buku aset lagi. Don’t get me wrong, sampai hari ini saya masih menghormati beliau dan approach-nya. In fact, buat pemula di saham, boleh menambah jam terbang dengan cara seperti beliau.

Nilai buku (selain financial companies), tidak akan pernah benar-benar mencerminkan nilai yang sebenarnya. Ada komponen aset yang tidak dapat di-quantify menjadi angka di balance sheet seperti power of brand, nilai sebuah hak paten, dll. Selain itu, metode depresiasi dan amortisasi yang diterapkan juga bisa mendistorsi nilai aset yang sebenarnya. Sebagian aset juga dicatat nilainya berdasarkan harga perolehan, bukan mark to market.

Thus, menurut saya lebih baik memakai earning based valuation and pricing multiples. Ini bukan berarti book value tidak penting. PBV tetap bisa dijadikan sebagai metrik komplimen, namun jangan dipakai sebagai metrik utama.

Berikut artikel yang menjelaskan mengapa bergantung kepada PBV dapat menjadi misleading bagi investor.

Why Warren Buffett Stopped Looking at PBV
https://cutt.ly/ZrBsW6Ty

$BBCA $TOTL $MSTI

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy