Morgan Stanley dan Deutsche Bank naikkan prediksi jumlah Fed rate cut.
Baru-baru ini, Morgan Stanley dan Deutsche Bank menambah prediksi mereka untuk jumlah pemangkasan suku bunga The Fed. Berita lengkap di sini https://cutt.ly/brC4d4iq
Penyebabnya adalah data inflasi yang cukup rendah dan pasar tenaga kerja yang makin melemah sehingga memberi The Fed "lampu hijau" untuk lebih agresif dalam melonggarkan kebijakannya.
Seberapa Agresif Prediksi Mereka?
• Deutsche Bank: Sebelumnya mereka hanya memprediksi dua kali potong bunga di sisa tahun 2025. Sekarang, mereka menambah satu lagi, menjadi total tiga kali pemangkasan. Yaitu pada pertengahan Sept, akhir Oct, dan awal Des.
• Morgan Stanley: Ini yang paling dovish. Mereka kini memprediksi The Fed akan memangkas suku bunga di empat pertemuan berturut-turut hingga Januari 2026, dan bahkan akan berlanjut lagi pada April dan Juli 2026.
Menurut ekonom Morgan Stanley, Michael Gapen:
Softer inflation and weakening labor market conditions give the Fed room to move more quickly toward a neutral policy stance. The central bank would aim to arrive at its neutral rate “more decisively” given a softening employment picture. we anticipate further cuts in April and July as labor market
Gampangnya, karena ekonomi AS melemah sedangkan inflasi masih rendah, The Fed harus lebih tegas menurunkan suku bunga agar ekonomi tidak makin terpuruk.
Skenario pemangkasan bunga yang agresif ini membawa banyak sentimen positif untuk pasar kita:
1. USD Cenderung Melemah: Suku bunga AS yang lebih rendah membuat Dolar menjadi kurang menarik, sehingga nilainya berpotensi melemah terhadap mata uang lain, termasuk Rupiah.
2. Emas Pesta Pora: Pelemahan Dolar AS dan tren suku bunga turun adalah "bahan bakar" utama bagi harga emas. Emas menjadi sangat menarik ketika imbal hasil dari aset berbasis Dolar menurun.
3. Peluang BI Pangkas Bunga: The Fed yang dovish memberikan ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk ikut menurunkan suku bunganya guna mendorong pertumbuhan ekonomi domestik.
4. Dana Asing Masuk: Imbal hasil yang lebih rendah di AS akan mendorong investor global mencari "rumah" baru bagi dana mereka. Emerging market dengan fundamental yang solid seperti Indonesia akan menjadi tujuan utama.
5. Positif untuk IHSG: Gabungan dari semua faktor di atas—potensi dana asing masuk, Rupiah yang stabil, dan suku bunga domestik yang lebih rendah—adalah katalis yang sangat positif untuk IHSG, terutama bagi emiten-emiten emas.
Belum lagi kalau kita masukkan faktor menteri keuangan yg baru yg nampaknya bakal cukup agresif kasih stimulus ekonomi. Sama turunnya Powell sbg presiden Fed Mei 26, yg penggantinya pasti akan lebih terbuka utk penurunan Fed rate.
Semoga bermanfaat 🙂
$IHSG $MDKA $MSTI
