Sudah 4 Sekuritas Kena Bobol: Lagi Marak Pembobolan Akun Sekuritas, Semua Nasabah dan Direktur Sekuritas Harus Waspada dan Tingkatkan Keamanan
Sharing member External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
Dalam dua tahun terakhir, isu pembobolan sekuritas di Indonesia makin sering muncul dan bikin resah banyak investor ritel yang menyimpan dana di rekening dana nasabah. Kejadian ini bukan hanya menyangkut sistem internal perusahaan sekuritas, tapi juga melibatkan bank kustodian tempat RDN disimpan. Data yang terkumpul dari berbagai media memperlihatkan ada empat kasus besar, masing-masing dengan modus dan kronologi berbeda, tetapi sama-sama menimbulkan pertanyaan besar soal keamanan. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kasus paling mencolok datang dari RHB Sekuritas Indonesia pada 26 Juli 2025. Laporan internal Bank Permata ke OJK yang kemudian bocor ke publik menunjukkan adanya debit ilegal dari sejumlah RDN yang dialihkan ke rekening PT Beatrix Battery Indonesia lewat kanal Permata E-Business. Rekening tujuan memang langsung diblokir, tapi sebagian dana sudah sempat keluar. RHB di sisi lain menyebut ada anomali teknis dalam sistemnya, apalagi aplikasi TradeSmart juga mengalami gangguan berdekatan dengan insiden tersebut. Kontan pada 29 Juli 2025 menulis kerugian mencapai sekitar Rp70 miliar. Sampai berita Bloomberg Technoz pada 30 Juli 2025 keluar, belum ada kabar soal pelaku yang ditangkap.
Berbeda dengan RHB yang fokusnya ke debit ilegal, NH Korindo Sekuritas Indonesia terkena serangan siber yang membuat sistem trading mereka lumpuh. Kejadian berlangsung dari 19 sampai 27 Mei 2025. Selama periode itu, nasabah tidak bisa menggunakan aplikasi NAIK dan dipaksa beralih ke jalur offline untuk sementara. Perusahaan menegaskan aset nasabah aman dan pada 27 Mei sesi dua sistem sudah kembali berjalan. Tempo pada 31 Mei 2025 dan Bloomberg Technoz pada 2 Juni 2025 sama-sama menulis soal insiden ini, tapi tidak ada angka kerugian dana. Artinya kerugian lebih ke sisi layanan yang macet. Pelaku pun belum diketahui atau ditangkap.
Tidak lama berselang, nama Trimegah Sekuritas Indonesia juga ikut terseret. Pada Mei 2025, The Jakarta Post edisi 2 Juni 2025 menyebut bahwa Trimegah bersama NH Korindo menjadi korban serangan siber. Tempo juga menulis kronologi yang mirip. Beberapa media kemudian menyebut angka kerugian agregat lintas sekuritas bisa mencapai Rp200 miliar. Namun Trimegah tidak pernah merilis angka resmi, sehingga status kerugian di perusahaan ini masih abu-abu. Yang jelas, nasabah sempat terganggu operasionalnya, dan sama seperti kasus NH Korindo, tidak ada kabar penangkapan pelaku.Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Kasus berikutnya menimpa Panca Global Sekuritas atau kode broker PG pada 10 sampai 11 September 2025. Kontan Insight pada 11 September 2025 melaporkan berdasarkan sumber internal bahwa RDN PG di BCA dibobol. OJK langsung turun tangan untuk melakukan investigasi. Estimasi kerugian yang beredar sekitar Rp70 miliar, tapi jumlah korban atau akun yang terdampak belum diumumkan secara resmi. Hingga berita tersebut terbit, statusnya masih dalam proses investigasi tanpa ada kabar penangkapan.
Kalau dilihat dari pola empat kasus tadi, setidaknya ada dua jalur berbeda. Pertama, jalur fraud finansial yang langsung menyasar RDN seperti di RHB dan PG. Kedua, jalur serangan siber yang membuat sistem trading macet seperti di NH Korindo dan Trimegah. Walaupun jenisnya berbeda, ujungnya sama, yaitu menimbulkan keresahan di kalangan investor ritel yang khawatir uangnya tidak aman. Lebih runyam lagi, sampai saat ini belum ada laporan resmi tentang penangkapan pelaku.
Regulator tentu tidak tinggal diam. Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia sempat mengeluarkan surat edaran S-255/APEI/VI/2025 pada 2 Juni 2025 yang isinya mendesak semua broker untuk memperketat kontrol keamanan, khususnya menghadapi phishing, ransomware, dan penyalahgunaan akses. BEI juga mengingatkan soal kewajiban self assessment keamanan sistem. Namun, himbauan ini muncul setelah kejadian besar di Mei 2025, yang artinya kejadian itu jadi wake up call untuk industri.
Kalau ditarik ke ranah dark web, sejauh ini penelusuran publik tidak menemukan bukti bahwa data RDN atau data nasabah sekuritas Indonesia diperjualbelikan. Laporan yang ramai di forum gelap pada periode 2024 sampai 2025 lebih banyak menyangkut lembaga publik seperti KPU atau Pusat Data Nasional. Jadi untuk kasus sekuritas, kebocorannya masih terlihat terbatas pada aliran dana yang mencurigakan atau serangan siber ke sistem internal, bukan penjualan data masif di bawah tanah.
Yang menarik, setiap media juga punya cara berbeda dalam mengemas informasi. Kontan cenderung menyajikan angka kerugian seperti Rp70 miliar untuk kasus RHB dan PG, meski menekankan ini bersumber dari orang dalam. Tempo dan The Jakarta Post lebih fokus pada dampak serangan siber terhadap operasional dan reputasi. Bloomberg Technoz sering menyoroti sisi teknis dan respons perusahaan. Jadi informasi yang keluar ke publik masih parsial dan saling melengkapi.
Bila dibandingkan, RHB dan PG jadi kasus paling nyata soal uang hilang karena ada aliran keluar dari RDN. NH Korindo dan Trimegah lebih soal reputasi karena sistem macet, walaupun tetap menimbulkan kerugian tidak langsung. Investor jelas dirugikan karena tidak bisa trading di waktu krusial, tapi angka rupiah sulit dihitung. Sementara itu, di kasus RHB dan PG, Rp70 miliar bukan angka kecil apalagi bila uang itu milik investor ritel.
Sampai awal September 2025, benang merahnya jelas. Empat kasus besar sudah masuk radar publik, kerugian ditaksir ratusan miliar, investor jadi korban baik langsung maupun tidak langsung, tapi belum ada cerita tentang pelaku yang berhasil ditangkap. Semua masih ditutup dengan label investigasi berjalan. Untuk investor, pelajaran terpenting adalah jangan sepenuhnya mengandalkan pengawasan eksternal, tapi juga terus pantau keamanan akses pribadi, mulai dari OTP, email, hingga password. Sebab di ujungnya, kalau sistem besar bisa bobol, maka keamanan level individu juga harus benar-benar dijaga.
Sumber Berita:
1. RHB Sekuritas Respons Dugaan Pembobolan Rekening Nasabah — Kontan, 30 Juli 2025
https://cutt.ly/lrCvglwO
2. Rekening RHB Sekuritas Dibobol, Bank Permata Lapor OJK — https://cutt.ly/KrCvglYf, 28 Juli 2025
https://cutt.ly/orCvglEi
3. Beredar Dugaan Pembobolan RDN Sebelum Aplikasi Trading RHB Error — Bloomberg Technoz, 28 Juli 2025
https://cutt.ly/BrCvgkFn
4. NH Korindo Terkena Serangan Siber, Nasabah Tak Bisa Lakukan Transaksi Saham — Tempo, 27 Mei 2025
https://cutt.ly/QrCvgkhT
5. Aplikasi Investasi Kena Serangan Siber, Transaksi Saham NH Korindo Lumpuh — DetikFinance, 27 Mei 2025
https://cutt.ly/hrCvgltZ
6. Modus Hacker Menjebol Dana Nasabah Sekuritas — Tempo, 4 Juli 2025
https://cutt.ly/qrCvgkl9
7. Rekening Dana Nasabah Sekuritas ini Dibobol, OJK Lakukan Investigasi (Update) — Kontan Insight, 11 September 2025
https://cutt.ly/CrCvgkJ6
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$BBCA $BBRI $BBNI
1/9