imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Saat Terbaik

Saat terbaik beli saham adalah ketika semua orang panik dan ketakutan

Saat terbaik jual saham adalah ketika semua orang pamer porto

Dan terimakasih pada Stockbit, kedua hal itu bisa dengan mudah kita temukan di Stockbit.

Kita bisa memanfaatkan Stream Stockbit untuk melihat seberapa euforia investor dan seberapa panik investor.

Jika sudah penuh caci maki isi stream, pantau sahamnya, mungkin itu udah near bottom.

Kalau udah penuh puja puji dan screenshot take picture di sana sini, bisa jadi itu udah pucuk. Avoid.

Reverse psychology.

Apalagi sekarang Stockbit adalah salah satu broker dengan nilai transaksi paling gede di bursa. Selalu masuk top 5 transaksi IHSG. Itu artinya banyak big money di Stockbit. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Saat terbaik membeli saham sering kali muncul di saat semua orang kehilangan harapan. Di momen ketika ketakutan jadi wabah, ketika investor ramai-ramai menekan tombol jual, ketika stream penuh sumpah serapah dan rasa putus asa, justru di situlah peluang emas tersembunyi. Harga yang jatuh bukan selalu karena fundamental hancur, tetapi lebih sering karena massa larut dalam emosi. Ini adalah inti dari contrarian investing, sebuah strategi yang sudah lama dibahas dalam literatur akademik, dan semakin relevan di era social trading. Behavioral finance sendiri sejak lama membuktikan bahwa manusia tidak selalu rasional. Bias kognitif, rasa takut, dan keserakahan membuat orang sering salah mengambil keputusan. Di saat semua orang panik, hanya segelintir yang berani masuk, dan merekalah yang pada akhirnya menuai hasil ketika orang lain baru sadar telah menjual terlalu murah.

Stockbit menjadi laboratorium psikologi pasar yang unik. Dengan fitur stream, kita bisa mengamati denyut nadi investor Indonesia secara real time. Ketika linimasa dipenuhi caci maki, hujatan ke emiten, komentar putus asa, bahkan cerita pahit cut loss, itu pertanda fase fear sudah ekstrem. Pola ini serupa dengan indikator fear and greed index yang populer di Wall Street. Riset tahun 2025 menunjukkan sentimen media sosial cenderung negatif terhadap return pasar dan penuh noise, namun justru itulah nilai kontrarian. Sebaliknya, ketika linimasa dipenuhi pujian, komentar porto hijau, hingga foto saldo RDN yang dipamerkan, itu tanda euforia sedang mendidih. Dalam sejarah pasar, fase seperti ini biasanya menjadi pucuk yang rapuh, yang sering diikuti koreksi tajam.Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Fenomena ini sejalan dengan penelitian di arXiv tentang sentiment volume change. Tidak hanya arah komentar, tapi juga volume percakapan punya arti besar. Di Reddit misalnya, strategi perdagangan berbasis gabungan arah dan volume komentar terbukti memberi hasil 70% lebih tinggi dibanding buy and hold di pasar bullish, sekaligus membantu mengurangi kerugian saat pasar bearish. Jika ditarik ke konteks lokal, stream Stockbit berfungsi mirip. Semakin ramai komentar, semakin cepat arus emosi, semakin dekat pula titik balik harga. Dengan kata lain, keramaian bisa menjadi sinyal, bukan untuk diikuti, tapi justru untuk dilawan.

Kekuatan teori ini makin nyata karena Stockbit kini selalu berada di top 5 broker dengan nilai transaksi terbesar di IHSG. Angkanya mencapai triliunan rupiah per hari, padahal rata-rata transaksi harian bursa hanya sekitar Rp10 triliun. Artinya, aliran dana besar atau big money pun ikut aktif di dalamnya. Ini membuat apa yang terjadi di stream Stockbit tidak bisa dianggap sekadar obrolan receh investor ritel. Justru sebaliknya, ia adalah miniatur psikologi pasar Indonesia, di mana opini, emosi, dan uang berputar bersama-sama. Apa yang muncul di sana sering menjadi cerminan kondisi sesungguhnya.

Contoh nyata bisa dilihat dari kasus GameStop di tahun 2021. Pada awalnya saham ini terpuruk, penuh caci maki, semua menganggapnya bangkai perusahaan. Di titik itulah investor contrarian masuk. Tak lama kemudian, euforia meledak, media sosial penuh komentar to the moon, jutaan orang pamer porto, dan harga melesat gila-gilaan. Namun setelah euforia mencapai puncak, harga runtuh, meninggalkan kerugian besar bagi mereka yang datang terlambat. Polanya jelas, panik berlebihan sering kali menandai dasar, sedangkan euforia berlebihan hampir selalu menandai pucuk.

Jika ditarik ke kehidupan nyata, pasar saham ini mirip dengan dunia properti di saat krisis. Ketika 1998 melanda, orang berbondong-bondong menjual rumah karena takut masa depan suram. Harga properti jatuh bebas, bahkan kadang tidak masuk akal. Mereka yang berani membeli saat itu, menahan diri, dan sabar, menikmati keuntungan berlipat ketika ekonomi pulih dan harga kembali naik. Sementara mereka yang menjual karena panik justru kehilangan aset berharga. Pola yang sama berulang dalam saham, hanya siklusnya lebih cepat dan lebih bising karena jutaan komentar investor ritel ikut memperkuat emosi massa.Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Psikologi social trading adalah permainan emosi massal yang nyata. Semua penelitian, dari behavioral finance hingga studi khusus media sosial, menunjukkan pola konsisten. Keramaian selalu menggoda untuk diikuti, tetapi justru keramaian itulah tanda bahaya. Ketika suara terbanyak berteriak panik, biasanya peluang emas muncul. Ketika suara terbanyak pamer kemenangan, biasanya koreksi sudah mengintai. Pertanyaannya sederhana, apakah ingin menjadi bagian dari kerumunan yang selalu salah timing, atau berani berdiri di sisi sepi yang justru memberi peluang terbesar?

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
$BBRI $BMRI $BBCA

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy