imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

September Cut! “Almost a Lock”

Narasi pasar sekarang simpelnya gini Fed cut di rapat 16–17 September 2025 “hampir pasti”. FedWatch implied probability udah nempel ~98–99% untuk cut 25 bps. & harus ada jobs report yang “doozy” banget baru skenario ini goyah. Dengan kata lain, ini udah priced-in secara brutal.

Secara playbook, opini gue setup-nya mirip 2019 Fed kasih guidance dovish, eksekusi tiga kali cut @25 bps (Jul, Sep, Okt) mid-cycle adjustment, bukan panik mode. Artinya, September mungkin pembuka siklus, bukan one-off. Track record ini penting biar ekspektasi kita nggak kebablasan.

Catatan historis juga nunjukin pemotongan gede & agresif itu hanya saat tail risk th 2008 (krisis finansial) & Maret 2020 (pandemi) waktu Fed gaspol ke near zero via dua emergency cuts. Sekarang menurut gue konteksnya beda karena ekonomi AS melambat terukur, pasar tenaga kerja mendingin, dan pejabat Fed bicara “gradual” jadi 25 bps adalah baseline yang rasional.

Buat Indonesia, setiap awal siklus easing Fed historisnya jadi angin belakang buat EM biasanya spread yield relatif melebar, risk appetite pulih, credit channel kebuka. IMF bahkan nyatet easing Fed cenderung memantik rebound arus modal ke EM (termasuk surat utang & pembiayaan USD). IHSG sendiri dulu dari low Maret 2020 ~3.937 ke akhir 2020 ~5.979 rebound besar banget setelah policy turn.
Patternnya gini nih, liquidity tailwind → aset risiko EM kebagian flow.

Implikasi Taktis: “Buy the Rumor” Sudah Jalan, “Mind the Print” & Guidance.

Dengan probabilitas “nyaris 100%”, risiko utamanya justru post-announcement fade fyi pasar udah ngegas sebelum pengumuman, lalu ngecek detail statement + SEP + nada presser. Kalau Powell terdengar “one and done”, equities bisa cool off, but cross the path kalau guidance mengisyaratkan cut lanjutan (Oct/Dec), beta bisa lanjut run. Titik krusial menurut gue di dot plot, labor slack, dan pembacaan inflasi inti.

Watchlist IHSG menurut gue better Main Tema “Lower Rates, Stronger Flows”

1) Bank Big Caps karena core engine inflow & likuiditas

Sensitif arus asing, cost of funds membaik saat global rates turun, historis 2019–2020 sektor bank jadi leading beneficiaries saat easing dan flow balik. (Argumen berbasis pola 2019/2020 + dinamika arus modal EM).

2) Property & Infra tapi durasi panjang, rate-sensitive.

Valuasi properti cenderung mean revert ketika funding cost turun, proyek infra diuntungkan risk-free yang melandai (diskonto lebih rendah). (Didukung konteks easing & arus modal EM).

3) Consumer & Retail biasanya sentimen daya beli & stabilitas rupiah.

FX pass-through lebih jinak saat USD melemah karena Fed easing, staples jadi play defensif-growth yang enak buat dana asing. (Didukung pola flow EM saat easing).

4) Precious/Metals optional (kalau USD melemah lanjut)

Hedge taktis kalau dollar down / real yield turun pasca Fed. (Korelasi historis emas vs real yield).

5) Konglo-kongloan juga pastinya kecipratan wkwkwk

Saham konglo nowdays itu kayak panggung dangdut. Selama musiknya kenceng, semua orang joget bareng harga bisa naik ratusan persen 🚀. Tapi begitu musik berhenti, banyak yang langsung sadar sendal jepitnya ilang di keramaian hahahaa.


Warning menjelang/selepas FOMC, fokus ke likuiditas & risk control karena “priced-in risk” tinggi → whipsaw pasca presser bukan hal aneh.


Gue aligned sama narasi “September cut ≈ 100%” tapi skala & nada tetap menentukan arah selanjutnya. Ini awal siklus ala 2019, bukan mode 2008/2020. Setup terbaik di BEI menurut gue bank besar sebagai inti, property/infra buat durasi, consumer buat konsistensi, plus metals kalau USD lanjut melemah. Sejarah ngasih template! tugas kita eksekusi disiplin di detailnya.


“Don’t fight the Fed.” — Marty Zweig

Dyor! - $BMRI $BBCA $BBRI

Cheers!

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy