imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Mengenal Monkey Business: Apa Itu Monkey Business?

Waktu baca: 3 menit

---

Berbagai jenis investasi saat ini ramai disampaikan agar bisa melakukan investasi bahkan dari usia muda. Tidak sedikit berbagai macam jenis investasi juga akhirnya diperkenalkan secara gamblang seperti cara deposito, investasi properti, hingga hedging dengan komoditas. Namun, karena setiap jenis investasi ada kerugiannya, ada juga yang ternyata lebih mengambil jalan pintas dengan menjalankan "Monkey Business".

Apa Itu Monkey Business?

Monkey business, sekalipun memiliki arti bisnis monyet, bukanlah bisnis yang berhubungan dengan monyet seperti jual beli monyet atau bisnis topeng monyet. Bukan itu, bisnis monyet di sini lebih pada istilah yang diambil dengan memperlihatkan sikap monyet yang ketika mendapatkan keuntungan seperti makanan kemudian dia akan lari atau kabur. Dengan begitu, maka Anda sudah sedikit memiliki gambaran tentang bisnis monyet ini.

Bisnis monyet bisa diartikan sebagai strategi bisnis yang bertujuan untuk merugikan orang lain dengan cara meningkatkan keuntungan bagi diri sendiri walaupun dengan penipuan. Oleh sebab itu, bisnis monyet ini tergolong bisnis kotor yang ilegal yang tidak boleh dilakukan oleh pengusaha.

Dari segi moralitas, monkey business pada dasarnya memiliki karakteristik yang sama dengan praktik gambling atau perjudian. Keduanya mengandalkan unsur spekulasi murni tanpa menciptakan nilai ekonomi yang sesungguhnya, serta cenderung merugikan pihak yang lebih lemah secara informasi atau modal. Oleh sebab itu, bisnis ini sudah seharusnya dihindari karena bertentangan dengan prinsip-prinsip bisnis yang etis dan berkelanjutan.

---

Ilustrasi Cerita:

Si A adalah orang kaya. A bersama asistennya menuju Kampung Duren. Di Kampung Duren ada banyak monyet.

Kemudian, A memberikan pengumuman kepada warga Kampung Duren untuk menangkap monyet yang dihargai Rp50.000 per ekor.

Warga antusias karena monyet bisa dibilang hama juga. Singkatnya, monyet dengan jumlah sangat banyak tertangkap yang artinya jumlah monyet di hutan sudah sedikit dan lebih sulit dicari.

Warga sudah kesulitan mencari monyet dan memilih untuk bekerja seperti biasa. A kemudian mengumumkan akan menghargai Rp100.000 per ekor.

Warga antusias lagi tetapi semakin sulit mencarinya. Hingga A menawarkan harga Rp500.000 per ekor, warga tetap kesulitan mencari monyet.

Kemudian A mengatakan akan pergi ke tempat lain dan urusannya diserahkan kepada asistennya. Setelah A pergi, asisten mengatakan kepada warga bahwa monyet yang terkurung dengan jumlah besar itu akan ia jual dengan harga Rp350.000, sehingga warga bisa menjual kepada A nantinya dengan harga Rp500.000 per ekor.

Warga kemudian mengumpulkan uang tabungan mereka untuk membeli monyet-monyet itu. Setelah habis, asisten secara sembunyi-sembunyi meninggalkan kampung tersebut.

Sehingga A dan asisten kabur dari kampung itu dengan keuntungan yang sangat besar. Sedangkan warga, mereka memiliki masalah dengan monyet kembali begitu juga dengan uang mereka yang sudah habis.

---

Contoh Monkey Business di Dunia Nyata

Itulah gambaran dari monkey business atau bisnis monyet ini. Pebisnis akan kabur dengan membawa keuntungan yang telah ia dapatkan dari korban. Mari kita pahami beberapa contoh nyata dari praktik monkey business yang sering terjadi di masyarakat:

1. Demam Batu Akik dan Tokek

Fenomena batu akik dan tokek pada masa lalu merupakan contoh klasik monkey business. Pada awalnya, media dan kelompok tertentu mulai mempromosikan batu akik sebagai investasi dengan nilai yang terus meningkat. Harga batu akik biasa yang sebelumnya hanya puluhan ribu rupiah tiba-tiba melonjak menjadi jutaan rupiah.

Begitu pula dengan tokek, di mana tersebar kabar bahwa tokek dengan berat tertentu bisa dijual dengan harga fantastis hingga ratusan juta rupiah kepada pembeli dari luar negeri. Masyarakat berlomba-lomba mencari dan membeli tokek dengan harapan bisa menjualnya dengan keuntungan besar.

Yang terjadi kemudian adalah mereka yang sudah membeli dengan harga tinggi tidak pernah menemukan pembeli sesungguhnya. Para "dalang" di balik inflasi harga artifisial ini sudah meraup keuntungan besar dengan menjual kepada masyarakat, kemudian menghilang ketika gelembung harga pecah.

2. Skema Piramida Modern

Skema piramida adalah bentuk monkey business yang paling mudah dikenali. Dalam skema ini, peserta diminta untuk merekrut anggota baru dengan iming-iming keuntungan berlipat ganda. Mereka yang berada di puncak piramida akan meraup keuntungan besar dari uang yang disetorkan oleh anggota baru di tingkat bawah.

Awalnya, beberapa peserta awal memang merasakan keuntungan sesuai janji, sehingga mereka semakin yakin dan mengajak lebih banyak orang. Namun, ketika tidak ada lagi anggota baru yang mau bergabung, skema ini runtuh dan mayoritas peserta kehilangan uang mereka. Para dalang yang berada di puncak piramida sudah kabur dengan dana yang terkumpul.

3. Manipulasi Harga Saham

Dalam dunia pasar modal, praktik monkey business termanifestasi dalam skema "pump and dump" pada saham-saham yang dijadikan objek "gorengan" sampai kapitalisasinya menjadi besar. Modus operandinya dimulai dengan kelompok tertentu yang memiliki modal besar membeli saham perusahaan dalam jumlah signifikan.

Setelah itu, mereka melakukan kampanye masif melalui media sosial, grup investasi, atau bahkan seminar dengan menyebarkan analisis yang terlihat profesional tentang prospek cerah perusahaan tersebut. Mereka menciptakan *hype* atau euforia dengan menyebutkan target harga yang sangat optimis.

Saham gorengan tersebut terlihat renyah seolah-olah dapat memberikan keuntungan (return) yang membuat mata terbelalak. Akan tetapi, jangan senang dulu, di balik itu semua perlu kewaspadaan tinggi karena sebenarnya ada pihak-pihak yang menggerakkan saham tersebut alias ada bandarnya.

Ketika banyak investor retail (kecil) tertarik dan mulai membeli saham tersebut, harga saham pun naik drastis sesuai rencana. Pada puncak kenaikan harga, kelompok dalang ini secara diam-diam mulai menjual seluruh kepemilikan saham mereka. Investor retail yang terlambat menyadari skema ini menjadi "exit liquidity" bagi para dalang, artinya mereka menjadi pembeli terakhir yang menanggung kerugian ketika harga saham turun kembali.

Para investor kecil yang terjebak dalam skema pump and dump ini akhirnya memegang saham dengan harga jauh di atas nilai wajarnya, sementara para dalang sudah meraih keuntungan besar dan berpindah ke target saham berikutnya.

Pihak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bahkan pernah memeriksa 21 transaksi efek yang diduga terindikasi perdagangan semu (wash sale). Wash sale merupakan salah satu cara dari sang bandar memanipulasi transaksi seolah-olah bergerak wajar layaknya transaksi saham pada umumnya. Namun, sebenarnya proses tersebut dilakukan oleh satu atau beberapa oknum yang sama. Para pihak atau bandar ini bertujuan untuk menarik minat para investor terutama yang belum mengerti. Tujuan utamanya tentu saja memperoleh keuntungan dengan menjual saham di harga tinggi.

Ciri-ciri Saham Gorengan

Sebaiknya hindari bertransaksi di saham-saham gorengan agar terhindar dari kerugian investasi. Untuk itu, ada beberapa ciri-ciri saham gorengan yang patut untuk dicermati, yakni:

1. Terindikasi Unusual Market Activity (UMA) merupakan aktivitas perdagangan dan/atau pergerakan harga suatu efek yang tidak biasa pada suatu kurun waktu tertentu di bursa yang menurut penilaian bursa dapat berpotensi mengganggu terselenggaranya perdagangan efek yang teratur, wajar, dan efisien.
2. Volumenya turun-naik secara drastis. Seringkali volume perdagangannya naik sangat tinggi seolah-olah sahamnya banyak diburu para pelaku pasar. Padahal dalam kesehariannya, saham tersebut terbilang sepi atau jarang diperdagangkan. Volume tersebut biasanya terlihat pada grafik batang yang mencerminkan banyaknya transaksi di bawah grafik harga saham.
3. Kenaikan kapitalisasi pasar (market cap) secara cepat dan drastis.
4. Tidak didukung fundamental perusahaan. Umumnya, pergerakan saham-saham gorengan tidak didasarkan pada faktor fundamental yang dapat membuat perusahaan semakin melambungkan bisnisnya. Contohnya: kesehatan keuangan dan performa arus kas yang meningkat pesat, aksi korporasi yang berpengaruh positif bagi perusahaan.

Pelajaran Penting

Yang menjadi masalah dari semua contoh di atas adalah cara berpikir yang rela membeli sesuatu dengan harga fantastis namun tidak memiliki nilai fundamental yang mendukung harga tersebut. Barang atau investasi tersebut seringkali tidak memiliki kegunaan nyata atau nilai intrinsik yang sebanding dengan harganya.

Maka, alihkan dana tersebut ke investasi yang memiliki fundamentals yang jelas seperti deposito, obligasi, atau saham perusahaan dengan kinerja keuangan yang solid. Tentu namanya investasi ada untung dan ruginya, tetapi setidaknya Anda berinvestasi pada instrumen yang memiliki dasar valuasi yang rasional. Jika tidak ingin mengambil risiko tinggi, pertimbangkan untuk mengamankan investasi Anda dengan hedging komoditas.

$IHSG $BBCA $BBRI

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy