GMFI: POTENSI BESAR DI BAYANG-BAYANG GARUDA
Kalau Garuda Indonesia (GIAA) itu ibarat kapal besar yang sering diterpa badai, entah karena harga avtur, utang leasing, atau pandemi, maka GMFI (Garuda Maintenance Facility Aero Asia) adalah bengkel terapungnya. Tugasnya sederhana tapi vital: memastikan kapal udara Garuda tetap bisa terbang dengan selamat dan efisien.
Eksistensi GMFI menarik karena bukan sekadar anak usaha, melainkan penopang profitabilitas induk. Garuda bisa menghemat biaya karena punya bengkel sendiri. Mereka tidak perlu setiap kali terbang ke luar negeri hanya untuk overhaul pesawat. Di atas kertas, GMFI adalah jaring pengaman yang membuat Garuda lebih efisien.
Meski kenyataan tidak sesederhana itu. GMFI memang bengkel raksasa dengan sertifikasi internasional, bahkan mampu melayani maskapai asing. Tetapi ketergantungan pada Garuda masih sangat besar. Ketika Garuda tersandung krisis dan mengurangi penerbangan, order ke GMFI ikut merosot. Bengkel yang mestinya jadi penolong, ikut terdampak karena pelanggan utamanya.
Bagi investor, ini menciptakan dilema klasik. Masuk ke saham GIAA artinya siap naik roller coaster dengan drama utang dan restrukturisasi. Masuk ke GMFI artinya memilih kursi bengkel yang lebih kecil, namun risiko lebih rendah dibanding induknya.
Mungkin inilah wajah GMFI hari ini. Ia punya potensi jauh lebih besar dari sekadar bengkel internal Garuda, tetapi potensi untuk memonopoli bengkel aviasi nasional. Pertanyaan pentingnya bukan hanya mana yang lebih aman untuk diinvestasikan, melainkan kapan GMFI berani membuka pintu lebih lebar untuk dunia luar (pelanggan dari aviasi di kawasan Asia)
Jika itu berhasil, GMFI bisa menjadi bukan sekadar penopang Garuda, melainkan salah satu tulang punggung industri perawatan pesawat di kawasan.
$GMFI $GIAA $CMPP