Laporan Keuangan Juli 2025: $BBRI vs $BBCA Raksasa Ngos-ngosan Lawan Si Ramping Gesit, Ketika BRI yang Asetnya Segunung Kalah Tajam dari BCA yang Lebih Kecil tapi Lebih Cuan
Lanjutan dari postingan sebelumnya di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
BRI masih jadi bank yang terbesar secara aset, tapi BCA justru lebih efisien dan lebih menguntungkan. Di 2024, aset BCA tercatat Rp1.379 triliun sementara BRI jauh lebih besar Rp1.825 triliun. Setahun kemudian BCA tumbuh jadi Rp1.466 triliun atau naik 6,35% dan BRI ke Rp1.914 triliun atau naik 4,86%. Jadi meskipun BRI lebih besar, laju pertumbuhan aset BCA lebih kencang. Dari sisi pinjaman yang jadi mesin utama bank, BCA naik dari Rp832 triliun ke Rp923 triliun atau tumbuh hampir 11%, sedangkan BRI dari Rp1.203 triliun ke Rp1.267 triliun atau hanya naik 5%. Jadi BCA memang lebih agresif dorong kredit. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kalau kita masuk ke sumber dana, DPK BCA tahun 2025 tercatat Rp1.162 triliun dengan struktur yang didominasi tabungan 587 triliun atau 50% dan giro 382 triliun atau 33%, sedangkan deposito cuma 193 triliun atau 17%. Ini artinya BCA bisa jaga biaya bunga tetap rendah karena dana murahnya sangat dominan. Bandingkan dengan BRI yang DPK-nya lebih besar Rp1.457 triliun, tapi komposisinya beda, tabungan 554 triliun atau 38%, giro 403 triliun atau 28%, dan deposito cukup tinggi 499 triliun atau 34%. Artinya beban bunga BRI lebih berat. Dari sisi LDR, BCA ada di 79% sementara BRI 87%, yang menunjukkan BRI lebih agresif menyalurkan kredit dari dana masyarakat tapi risiko likuiditasnya juga lebih tinggi.
Permodalan juga jadi pembeda penting. Ekuitas BCA di 2025 Rp258 triliun atau naik 9% dari tahun sebelumnya, dengan rasio ekuitas terhadap aset 17,6%. Sedangkan ekuitas BRI hanya tumbuh tipis 1% jadi Rp300 triliun, dan rasio ekuitas terhadap asetnya malah turun ke 15,7%. Jadi BCA lebih kokoh menumpuk modal, sedangkan BRI makin ketat ruang permodalannya. Ini bisa berpengaruh besar pada kapasitas ekspansi jangka panjang.
Kalau kita tengok laba rugi, di 2024 BRI sempat unggul tipis dengan laba bersih Rp31,4 triliun, sementara BCA Rp31,3 triliun. Tapi di 2025 kondisinya terbalik, laba bersih BCA naik jadi Rp34,7 triliun atau tumbuh 10,6%, sedangkan BRI turun jadi Rp28,6 triliun atau anjlok 9%. Padahal BRI masih lebih besar dari sisi pendapatan bunga bersih, Rp65 triliun berbanding Rp47 triliun milik BCA. Jadi kenapa bisa begitu? Jawabannya ada di efisiensi. Cost to Income Ratio BCA hanya 28%, jauh lebih efisien dibanding BRI yang 48% dan malah memburuk. Artinya BCA bisa mengubah pendapatan jadi laba lebih baik. Return on Asset BCA juga lebih tinggi 2,37% dibanding BRI 1,49%. Return on Equity BCA 13,5% sementara BRI cuma 9,5%. Jadi jelas BCA lebih produktif dalam menghasilkan laba dari setiap rupiah aset maupun modal.Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Masalah terbesar BRI ada di CKPN. Beban cadangan kerugian kredit di 2025 mencapai Rp24 triliun, jauh di atas BCA yang hanya Rp2 triliun. Meski cadangan di neraca BRI turun sedikit ke Rp73 triliun, beban di laba rugi tetap sangat besar. Ini jelas menggerus profit. BCA memang sempat naikkan beban CKPN cukup tajam ke Rp1,9 triliun, tapi skalanya masih jauh lebih kecil. Jadi di sini terlihat perbedaan fundamental, BRI dengan portofolio mikro dan UMKM punya risiko kredit lebih tinggi sehingga harus sediakan cadangan lebih tebal, sementara BCA lebih konservatif dan kualitas asetnya relatif lebih baik.
Kalau kita geser ke komitmen dan kontinjensi, BRI justru agresif. Commitment receivables mereka melonjak 136% jadi Rp64 triliun, dan contingent payables juga naik 38% jadi Rp60 triliun. BCA memang masih punya commitment payables lebih besar Rp470 triliun, tapi pertumbuhannya lebih stabil 7%. Artinya BRI gaspol bukan hanya di kredit tapi juga di transaksi off-balance sheet, yang bisa menambah potensi risiko di masa depan. Dari sisi NIM, BRI masih unggul tipis di 3,41% dibanding BCA 3,17%, tapi keunggulan margin ini tidak cukup menutup kelemahan di biaya operasional dan cadangan kerugian.
Jadi BRI tetap jadi bank dengan aset paling jumbo, loan terbesar, dan margin bunga lebih tinggi. Tapi semua keunggulan itu dikikis habis oleh biaya operasional yang besar dan beban CKPN yang terus menghantui. Akibatnya, profitabilitas BRI menurun, ROA dan ROE turun, dan ekuitas tidak bertumbuh signifikan. Sebaliknya, BCA dengan aset lebih kecil justru mencatat pertumbuhan laba dua digit, efisiensi luar biasa dengan CIR di bawah 30%, dan permodalan yang kuat. Sederhananya, BRI memang raksasa tapi larinya berat, sementara BCA lebih ramping dan lincah sehingga bisa menghasilkan profit lebih besar dari sumber daya yang lebih kecil.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/8