$BTC $BBCA $AADI
INVESTOR BUNGLON
Di sebuah forum investasi online yang ramai, ada seorang tokoh bernama Pak Kripto. Rambutnya klimis, kemeja selalu digosok rapi, dan mulutnya tak pernah berhenti mengulang satu kalimat sakral:
“Bitcoin adalah segalanya. Portofolio saya 99% di Bitcoin. Kalau kalian pintar, ikut saya: ALL IN BITCOIN!”
Setiap kali ada orang bertanya soal saham, obligasi, atau emas, dia selalu mendengus meremehkan.
“Emas? Itu kuno, bro. Saham? Itu cuma permainan orang tua. Bitcoin-lah jalan ke surga finansial!”
Para pengikutnya, yang kebanyakan investor pemula, awalnya terpesona. Mereka bahkan menjuluki dia “Nabi Kripto”.
Namun, sesuatu yang lucu mulai terjadi.
Ketika harga saham Nvidia terbang tinggi, Pak Kripto tiba-tiba mengaku,
“Oh Nvidia? Jelas saya sudah masuk dari 2016. Posisi saya BESAR sekali. Cuma saya nggak pernah pamer aja. Hehehe.”
Seminggu kemudian, ketika MicroStrategy melejit, ia dengan wajah penuh percaya diri berkata:
“MicroStrategy? Ah, itu mah salah satu posisi favorit saya. Saya sudah beli sejak Michael Saylor pertama kali beli. Kita ini sama-sama visioner.”
Lalu giliran Palantir melonjak, ia kembali mengaku dengan nada santai seolah semua orang lupa:
“Palantir? Duh, itu saham masa depan, saya sudah masuk sejak IPO. Kalau saya bilang waktu itu, kalian pasti nggak ngerti.”
Pengikutnya mulai geleng-geleng kepala. Mereka menyadari ada pola: setiap kali ada investasi lain yang naik, Pak Kripto mendadak mengaku sudah lama punya.
Namun ada satu masalah: dia tidak pernah menunjukkan bukti portofolio, hanya kata-kata manis dan tangkapan layar samar yang entah dari mana asalnya.
Di balik layar, sebenarnya portofolio Pak Kripto hanyalah satu dompet Bitcoin kusam yang nilainya naik-turun seperti jantung pasien ICU.
Tapi demi terlihat pintar, ia terus membangun kebohongan demi kebohongan.
Suatu malam, saat harga Bitcoin anjlok, para pengikutnya menyerbu forum.
Mereka menuntut jawaban:
“Pak Kripto, katanya 99% portofolio bapak di Bitcoin? Kok sekarang bapak bilang justru lebih berat di Nvidia? Mana yang benar?”
Pak Kripto tersenyum kaku, lalu berkilah dengan gaya orang bijak:
“Kalian terlalu terjebak angka. Yang penting itu visi, bukan detail. Saya kan investor jangka panjang.”
Di luar forum, ada bisik-bisik. Para pengikut mulai menjulukinya “Investor Bunglon”, karena warnanya selalu berubah sesuai tren terbaru.
Ironisnya, setiap kali kebohongannya terbongkar, tetap ada sebagian orang yang masih percaya. Mereka ingin sekali percaya bahwa Pak Kripto adalah jenius pasar, padahal kenyataannya ia hanyalah seorang pria kesepian yang takut terlihat bodoh.
Dan begitulah, setiap minggu drama ini berulang.
Bitcoin jatuh, Nvidia terbang, Palantir meroket — apapun yang naik, entah bagaimana selalu sudah dia punya dari lama.
Hingga akhirnya, yang tersisa hanyalah tawa getir para pengikutnya yang menyadari:
“Orang ini tidak pernah salah… karena dia selalu mengaku benar setelah kejadian.”