$INKP dan $TKIM LK Q2 2025: Satu Keluarga Sinarmas
Lanjutan dari postingan sebelumnya di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
INKP dan TKIM ini dua raksasa kertas yang sebenarnya masih satu lingkaran besar Sinarmas. Dari segi sejarah, INKP lahir di tahun 1976 dan mulai operasi 1978, sementara TKIM sudah berdiri sejak 1972 dan mulai produksi 1977. Keduanya sudah lama melantai di bursa sejak 1990, INKP dengan 60 juta saham saat IPO dan sekarang punya 5,47 miliar saham, TKIM dengan 9,3 juta saham. Jadi kalau bicara pengalaman, keduanya sudah matang, hanya saja beda skala. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Alamat kantor pusat juga sama-sama di Jakarta, tapi pabriknya berbeda. INKP punya basis produksi di Tangerang, Serang, dan Perawang, sedangkan TKIM menancapkan pabrik besar di Mojokerto Jawa Timur. Dari sisi produk, INKP lebih banyak main di cultural paper, pulp, tisu, dan industrial paper, sementara TKIM dominan di kertas, produk industri, dan packaging. Jadi segmen bisnisnya mirip tapi fokus produksinya tidak identik.
Penjualan keduanya sangat bergantung pada pihak berelasi, terutama PT Cakrawala Mega Indah. INKP menjual 97,16% penjualan domestik semester I 2025 ke CMI dengan nilai USD 662,86 juta, sedangkan TKIM juga menjual ke CMI senilai USD 219,19 juta atau 44,7% dari total penjualan bersih. Ketergantungan ini cukup ekstrem, artinya tanpa jaringan internal grup, penjualan mereka bisa jauh lebih kecil.
Dari sisi bahan baku, INKP sangat tergantung pada PT Arara Abadi untuk kayu, nilainya USD 222,9 juta atau 20,47% dari COGS semester I 2025. TKIM sedikit berbeda karena punya anak usaha PT Sumalindo Hutani Jaya yang mengelola hutan industri sendiri, tapi tetap juga beli dari pihak berelasi dengan nilai USD 181 juta atau 43,99% dari COGS. Artinya, meski ada upaya integrasi hulu, tetap saja dominasi transaksi internal sangat besar.Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Kinerja keuangan semester I 2025 menunjukkan tren laba yang menurun. INKP membukukan penjualan USD 1,56 miliar, turun dari USD 1,6 miliar tahun sebelumnya. Laba bersihnya merosot dari USD 278,7 juta jadi USD 163,7 juta, turun 41,3%. TKIM lebih parah, penjualan turun dari USD 517,9 juta ke USD 490,4 juta, laba bersih anjlok 54,2% dari USD 215,2 juta ke USD 98,4 juta. Jadi keduanya benar-benar kena hantam profitabilitas.
Namun ada sisi positif yang menarik. Meski laba bersih terjun, arus kas operasi justru naik. INKP punya CFO USD 288,3 juta, jauh lebih tinggi dari laba bersihnya. TKIM juga mencatat CFO USD 97,7 juta, hampir setara dengan laba bersih. Jadi meski laporan laba rugi bikin pusing, secara kas perusahaan tetap menghasilkan uang dari operasional inti.
Penyebab penurunan laba ini salah satunya karena keuntungan kurs yang anjlok. Di INKP, gain forex turun dari USD 89,9 juta pada 2024 menjadi hanya USD 19,5 juta di 2025. Beban operasional juga ikut naik, INKP dari USD 171,3 juta ke USD 181 juta, TKIM dari USD 36,7 juta ke USD 38,7 juta. Jadi margin makin ketekan, laba makin susut. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Dari neraca, keduanya masih cukup likuid. INKP menambah kas dari USD 1,76 miliar akhir 2024 menjadi USD 1,89 miliar pertengahan 2025. TKIM juga naik dari USD 183 juta ke USD 221 juta. Tapi jangan lupa, mereka juga bergelimang utang. INKP punya obligasi USD 1,73 miliar, sukuk USD 598 juta, plus pinjaman bank dari BCA, BRI, Mandiri, BNI, sampai bank asing. TKIM lebih kecil tapi tetap berat, dengan utang bank USD 353 juta dan pembiayaan syariah USD 39,6 juta. Semua pinjaman ini dijamin aset pabrik, tanah, piutang, bahkan dengan corporate guarantee dari APP Purinusa Ekapersada.
Dari segmen bisnis, INKP jelas unggul di cultural paper dan pulp dengan operating profit USD 262,6 juta, sementara industrial paper dan tisu hanya USD 31,2 juta. TKIM juga didominasi cultural paper dengan laba operasi USD 37,4 juta, sisanya industrial paper cuma USD 2,6 juta. Jadi cultural paper masih jadi mesin utama laba keduanya.
Pasar penjualan juga menunjukkan perbedaan. INKP punya porsi ekspor yang lebih besar, dengan nilai USD 868 juta dibanding penjualan lokal USD 695 juta. TKIM tidak merinci sedetail itu, tapi jelas ada kombinasi lokal dan ekspor. Ketergantungan ekspor ini bisa jadi peluang sekaligus risiko, tergantung dinamika global.
INKP sedang agresif ekspansi. Mereka membangun pabrik baru di Karawang, memperbesar kapasitas di Perawang, Tangerang, dan Serang. Juga punya kontrak jangka panjang pasokan kayu dari Arara Abadi sampai 2035, plus kerjasama terminal dengan Pelindo sampai 2029. TKIM lebih banyak fokus ke pengembangan hutan tanaman industri lewat anak usaha, serta sewa aset dengan pihak berelasi. Jadi strategi investasinya berbeda, INKP lebih ofensif, TKIM lebih konservatif. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Kalau ditarik ke belakang, keduanya punya masalah klasik yakni laba turun, transaksi pihak berelasi dominan, dan sejarah restrukturisasi utang yang tidak bisa dihapus begitu saja dari memori investor. Tapi kelebihan mereka ada di arus kas operasi yang kuat, jaminan aset besar untuk utang, dan back-up dari grup Sinarmas. Selama grup induk masih solid, kedua emiten ini akan terus jalan.
Dari perbandingan, INKP jelas punya skala lebih besar. Penjualannya USD 1,56 miliar vs TKIM yang hanya USD 490 juta. Laba operasi dan proyek ekspansinya juga lebih besar, menunjukkan ambisi lebih tinggi. TKIM relatif lebih kecil dan konservatif. Jadi kalau ditanya siapa yang lebih kokoh bertahan, INKP terlihat lebih unggul.
Namun, karena keduanya masih satu grup dan bergantung penuh pada jaringan internal, risiko mereka juga sama. Kalau grup Sinarmas terguncang, baik INKP maupun TKIM akan ikut kena imbas. Jadi meskipun INKP terlihat lebih tangguh, investor tetap harus waspada bahwa nasib keduanya terikat erat dalam satu ekosistem bisnis yang sama. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kalau mau dibedah lebih panjang soal entitas penting di INKP dan TKIM, ceritanya cukup menarik karena dua perusahaan kertas besar ini punya pilar berbeda dalam menopang bisnisnya. INKP lebih condong ke arah mitra operasional yang pasokannya tidak bisa ditinggalkan, sedangkan TKIM justru tergantung pada satu entitas asosiasi yang secara keuangan benar-benar dominan.
Untuk INKP, yang menonjol jelas PT Sinar Mas Specialty Minerals (SMSM). Secara resmi SMSM ini dicatat sebagai entitas asosiasi. Nilainya di laporan keuangan memang kecil, hanya investasi USD 13,9 juta per Juni 2025 dengan kontribusi laba USD 373 ribu di semester I 2025. Kalau dilihat sekilas, angka ini tampak sepele dibandingkan total aset dan laba INKP yang jauh lebih besar. Tapi peran SMSM justru vital karena mereka punya kontrak eksklusif sampai 2029 untuk memasok PCC atau precipitated calcium carbonate. PCC ini adalah bahan baku penting dalam produksi kertas, dan sifatnya tidak bisa digantikan dengan mudah. Jadi meskipun kontribusi laba kecil, secara operasional SMSM ini ibarat nadi yang memastikan mesin kertas INKP tetap berputar. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Selain SMSM, sebenarnya ada juga PT Arara Abadi yang sangat besar kontribusinya. Di semester I 2025, Arara Abadi memasok 20,47% dari total COGS INKP lewat suplai kayu pulp. Bahkan perusahaan ini juga menerima sejumlah besar uang muka dari INKP. Namun, secara klasifikasi Arara Abadi hanya disebut sebagai pihak berelasi karena sama-sama berada di bawah payung Sinarmas. Jadi walaupun sangat signifikan secara operasional, tidak bisa dimasukkan sebagai entitas anak atau asosiasi langsung INKP. Karena itu, kalau ditanya siapa entitas yang paling penting, jawabannya tetap SMSM karena status resminya dan perjanjian jangka panjangnya.
Lain cerita dengan TKIM. Di sini, nama yang langsung muncul adalah PT OKI Pulp & Paper Mills. OKI jelas-jelas tercatat sebagai entitas asosiasi, dengan kepemilikan TKIM sebesar 49,08%. Nilai investasinya luar biasa besar, mencapai USD 2,26 miliar per Juni 2025. Angka ini menyumbang sekitar 57% dari total aset TKIM yang sebesar USD 3,95 miliar. Artinya, separuh lebih neraca TKIM sebenarnya menempel di OKI. Kontribusi ke laba juga sama gilanya. Dalam 6 bulan pertama 2025, TKIM mencatat laba bersih USD 98,37 juta, dan dari jumlah itu USD 78,38 juta atau hampir 80% berasal dari bagian laba asosiasi OKI. Jadi tanpa OKI, laba TKIM akan menyusut drastis dan hampir tidak kelihatan. Dari sini terlihat betapa dominannya peran OKI dalam menopang kinerja TKIM, baik dari sisi aset maupun profitabilitas.
INKP paling bergantung pada SMSM karena fungsinya sebagai pemasok eksklusif PCC, meski kontribusi finansialnya kecil di laporan. SMSM ini adalah mitra operasional yang krusial dan sulit digantikan. Sedangkan TKIM benar-benar ditopang oleh OKI yang bukan hanya penting, tapi menentukan setengah lebih struktur neraca dan sebagian besar laba bersih. Jadi kalau diibaratkan, INKP punya mitra vital yang menjaga mesin tetap jalan, sementara TKIM punya sapi perah yang jadi sumber utama kekuatan finansialnya. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/8