imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BMHS LK Q2 2025: Ekspansi Besar, Laba Mengecil

PT Bundamedik Tbk (BMHS) adalah nama yang sangat dikenal dan dihormati dalam dunia kesehatan Indonesia, terutama lewat rumah sakit dan klinik fertilitas Morula. Namun, laporan keuangan terbaru mereka hingga pertengahan 2025 menunjukkan ada masalah. Di balik citra perusahaan yang kuat, angka-angka di dalamnya menceritakan kisah yang berbeda, yaitu tentang adanya sebuah kesulitan.

Cara BMHS menjalankan bisnisnya cukup cerdas. Perusahaan mengendalikan banyak anak usaha untuk menciptakan ekosistem kesehatan. Menariknya, di beberapa perusahaan kunci seperti Morula Indonesia, kepemilikan saham BMHS sebenarnya di bawah 50%, namun mereka memegang kendali penuh. Ini adalah cara pintar untuk bisa berkembang pesat tanpa mengeluarkan modal sepenuhnya. Akan tetapi, cara ini bisa menimbulkan masalah dengan pemilik saham lainnya jika bisnis sedang tidak berjalan baik.

Kinerja keuangannya menunjukkan keuntungan yang menurun drastis. Pendapatan memang hanya turun sedikit, dari Rp 784,5 miliar menjadi Rp 757,8 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, laba bersihnya anjlok lebih dari 65%, dari Rp 18,6 miliar menjadi hanya Rp 6,37 miliar. Ini adalah sebuah peringatan besar. Sepertinya, keuntungan perusahaan tergerus oleh biaya operasional yang tinggi. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah rumah sakit-rumah sakit baru yang mereka bangun justru sedang merugi.

Saat keuntungan menyusut, utang perusahaan justru bertambah. Total utang bank jangka panjang naik dari Rp 646,4 miliar menjadi Rp 695,9 miliar hanya dalam enam bulan. Utang ini sebagian besar digunakan untuk membiayai ekspansi, seperti membangun dan mengakuisisi rumah sakit baru. Akibatnya, aset perusahaan memang bertambah besar, terutama aset tetap yang nilainya kini melebihi Rp 2 triliun. Masalahnya, aset-aset baru ini belum menghasilkan banyak keuntungan.

Inti masalahnya terlihat jelas di laporan arus kas. Uang yang dihasilkan dari operasional rumah sakit sebesar Rp 34,9 miliar tidak cukup untuk membiayai seluruh belanja modal untuk ekspansi yang mencapai Rp 79,3 miliar. Untuk menutupi kekurangan tersebut, dan agar tetap bisa membayar dividen kepada pemegang saham, perusahaan harus mengambil pinjaman bank baru sebesar Rp 81,7 miliar. Ini adalah strategi yang berisiko karena sangat bergantung pada pinjaman.

Investor biasanya menyukai perusahaan yang punya cerita pertumbuhan yang bagus, dan BMHS memilikinya lewat program ekspansi mereka. Akan tetapi, sebuah cerita yang bagus tidaklah cukup jika angka keuangannya tidak mendukung. Ada risiko investor akan berhenti percaya pada cerita ekspansi dan mulai berfokus pada kenyataan pahit, yaitu keuntungan yang rendah dan utang yang tinggi.

Pada akhirnya, BMHS sedang menghadapi tantangan besar. Perusahaan telah mengeluarkan banyak uang untuk menjadi lebih besar, tetapi pada saat yang sama tidak menjadi lebih untung. Pertanyaan utamanya sekarang adalah, bisakah mereka membuat rumah sakit-rumah sakit baru menjadi untung sebelum utang mereka yang besar menjadi terlalu berat untuk ditanggung? Masa depan perusahaan ternama ini akan bergantung pada jawaban dari pertanyaan itu.

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Tag : $MIKA $HEAL @SauceTarTar

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy