imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$BMTR $DILD $CFIN

Diskon Abadi, Rugi Tak Terkendali

Ada seorang investor bernama Pak Daru, yang percaya bahwa ia terlahir sebagai the next Warren Buffett dari kampung sebelah. Ia punya prinsip sederhana:

“PER rendah itu artinya murah. PBV rendah itu artinya harta karun. Jadi kalau dua-duanya rendah, pasti jackpot!”

Sayangnya, ia lupa satu hal: return on equity (ROE) perusahaan itu lebih rendah daripada bunga deposito tabungan anak sekolah.

Adegan 1: Warung Kopi & Ilusi Besar

Pak Daru dengan wajah penuh keyakinan berkata:
“Bro, PER-nya cuma 3 kali, PBV-nya 0,2. Kayak nemu emas di tong sampah!”

Temannya bertanya, “ROE-nya berapa?”

“Ah, kecil sih… 2%. Tapi itu kan cuma angka!” jawabnya sambil terkekeh, seolah angka cuma hiasan Excel.

Adegan 2: Ruang Direksi yang Gelap

Di lantai atas gedung perusahaan, Pak Gunawan, sang pemilik perusahaan, sedang menekan tombol sell di komputer. Ruangan itu remang, hanya cahaya monitor yang menerangi wajahnya.

Senyumnya tipis, licik, seperti drakula yang baru saja melihat korban baru.
“Kasihan betul para investor retail itu... Mereka pikir dapat berlian, padahal aku cuma jual pecahan kaca.”

Klik. Klik. Klik. Sahamnya terus ia lempar ke pasar.

Ia bergumam, “Dengan uang ini aku taruh deposito saja. Lebih masuk akal dapat bunga 6% ketimbang pusing dapat 2% sambil mikirin serikat buruh.”

Adegan 3: Pertemuan Tragis

Beberapa bulan kemudian, harga saham itu sudah jatuh seperti mayat yang dilempar dari gedung tinggi—terhuyung tanpa harapan.

Pak Daru menatap layar HP-nya. Wajahnya pucat.
“Kenapa bisa begini…? PER udah murah banget. Harusnya naik dong…”

Tiba-tiba, notifikasi laporan keuangan muncul. Ia membaca dengan terbata-bata:
“Laba… laba turun drastis? Rugi…? Kok… Kok PER malah naik jadi 50 kali?!”

Temannya cuma nyengir, “Murah itu bukan berarti berharga, Dar. Kadang barang obral itu memang ditakdirkan ke tempat sampah.”

Epilog Hitam

Pak Gunawan duduk di kursi malasnya, menyesap kopi sambil menikmati laporan bunga deposito bulanannya.

Sementara itu, di kamar kecil penuh asap rokok, Pak Daru meratap di depan layar merah menyala. Tangannya gemetar, tapi bibirnya masih berusaha meyakinkan dirinya sendiri:

“Ini cuma koreksi sementara… Sementara… Sementara…”

Layar pun berganti: -70%.
Komedinya selesai. Tragisnya abadi.

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy