imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$MDLA LK Q2 2025: Distributor Utama Grup Dexa

PT Medela Potentia Tbk (MDLA) baru saja menjadi perusahaan publik pada April 2025 dan langsung menunjukkan laporan keuangan yang terlihat sehat. Utang banknya sudah dilunasi sepenuhnya dari Rp 122 miliar menjadi nol. Di saat yang sama, jumlah kas perusahaan meningkat pesat dari Rp 335 miliar menjadi Rp 881 miliar. Ini adalah langkah yang biasa dilakukan perusahaan setelah mendapat dana dari penawaran saham perdana (IPO). Dana tersebut dipakai untuk membayar utang agar perusahaan tampak lebih aman bagi para investor. Namun, karena terlihat sangat baik, investor perlu melihat lebih teliti model bisnis MDLA sebenarnya.

Pertama, MDLA adalah sebuah perusahaan induk yang bisnis utamanya dijalankan oleh anak perusahaannya. Bisnis inti dan sumber pendapatan terbesarnya berasal dari PT Anugrah Argon Medica (AAM). Dari total aset Grup MDLA sebesar Rp 6,26 triliun, sekitar Rp 5,24 triliun atau lebih dari 83%-nya dimiliki oleh AAM. Artinya, kinerja MDLA bergantung langsung pada kinerja AAM.

Hal penting yang perlu diperhatikan ada di bagian liabilitas perusahaan. Terdapat utang usaha kepada pihak berelasi yang jumlahnya sangat besar, yaitu Rp 1,5 triliun. Angka ini lebih besar daripada utang usaha kepada pihak ketiga. Pihak berelasi ini adalah perusahaan-perusahaan yang merupakan bagian dari grup bisnis yang sama, seperti PT Dexa Medica. Transaksi pembelian dari grup ini mencapai 47% dari total penjualan bersih MDLA. Ini menunjukkan bahwa MDLA adalah distributor yang memang dibuat untuk melayani grup usaha intinya. Struktur ini memang sengaja dibuat seperti itu.

Dengan memahami struktur ini, kita bisa melihat bahwa pertumbuhan penjualan MDLA yang sekitar 3,7% adalah cerminan dari bisnis distribusi yang stabil, bukan yang sedang tumbuh sangat cepat. Kekuatan utamanya adalah skala yang besar, namun pertumbuhannya sangat bergantung pada pasokan produk dari perusahaan-perusahaan dalam satu grup. Jika grup intinya meluncurkan produk baru, MDLA akan ikut untung. Namun jika tidak, MDLA tidak bisa berbuat banyak. Model bisnis ini memberikan kestabilan, tapi juga ketergantungan.

Lalu, dana hasil IPO sebesar Rp 658 miliar digunakan untuk apa? Selain melunasi utang, sisa dana yang besar itu sekarang hanya tersimpan sebagai kas. Uang yang tidak digunakan secara produktif bisa menurunkan tingkat keuntungan bagi pemegang saham. Pasar tentu akan bertanya, apakah dana ini akan dipakai untuk bisnis baru di luar grupnya, atau hanya akan menjadi cadangan dana untuk transaksi di dalam grup? Pilihan yang diambil akan menentukan arah MDLA di masa depan.

Pada akhirnya, berinvestasi di MDLA seperti berinvestasi di salah satu bagian dari sebuah grup bisnis keluarga yang besar. Bisnis distribusi ini memang penting dan menguntungkan. Melalui IPO, masyarakat umum bisa mendapat bagian kecil dari keuntungan grup farmasi besar ini. Namun, investor harus sadar bahwa risiko utamanya bukan persaingan, melainkan keputusan yang dibuat oleh grup intinya, di mana investor publik tidak terlibat. Pertanyaan bagi investor bukanlah apakah MDLA perusahaan yang bagus, tetapi apakah nyaman menjadi investor kecil di sebuah perusahaan yang arahnya sangat ditentukan oleh induk grupnya?

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Tag : $EMPT $SDPC

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy