FLASHBACK EMITEN CPO DI TAHUN 2022
Coba ingat waktu commodity supercycle tahun 2022, saat harga CPO global sedang di pucuk 7000 MYR per ton, apa yg terjadi dengan emiten CPO di bursa?
AALI $LSIP $TBLA $TAPG santai2 wae alias rebahan. Sementara saham coal rally gila2n. Alasannya karena ada larangan ekspor dan DMO (juga masalah harga pupuk tinggi menurut petani). Harga CPO ditekan pemerintah agar minyak goreng lokal tidak naik signifikan, sehingga ibu2 masih bisa menyajikan gorengan buat keluarga (kala itu viral kl rakyat kita tidak suka makan rebusan walau masih kismin).
Lalu sekarang emiten CPO rally karena proyeksi naiknya demand CPO akibat implementasi B50 tahun depan.
Memang betul B50 bisa mendorong peningkatan permintaan, sehingga emiten tidak terlalu bergantung lagi dgn pasar ekspor walau Eropa sudah buka gerbang buat CPO Indonesia. Dengan demand meningkat, tentu laba emiten akan naik.
Tapi pertanyaan lama kembali bergema: Apakah tidak akan ada lagi intervensi dari pemerintah seperti 2022 jika nanti demand naik, pasokan turun, lalu harga CPO naik tajam? Apakah nanti saat harga naik, supply turun tajam, B50 akan tetap digas? atau batal? Atau B50 tetap jalan tetapi harga diintervensi? mengingat pemerintah lebih mengutamakan rakyat bisa makan dan tidak terlalu peduli dengan harga saham. Yg penting inflasi terkendali, bukan?
Menurutmu bagaimana?