$KLAS LK Q2 2025: Perusahaan Apa Ini?
Request salah satu user Stockbit member External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
PT Pelayaran Kurnia Lautan Semesta Tbk atau KLAS adalah perusahaan pelayaran yang sedang naik daun dengan strategi diversifikasi yang cukup berani. Perusahaan ini berdiri tahun 2011, mulai beroperasi 2012, dan resmi IPO pada Mei 2023 dengan melepas 540 juta saham di harga Rp146. Kendali perusahaan ada di tangan Kurnyatjan Sakti Efendie, pria kelahiran Jakarta berusia 51 tahun lulusan SMA Negeri 17 Jakarta, yang kini menggenggam 1,62 miliar saham atau sekitar 75% kepemilikan. Kekayaannya ditaksir sekitar US$23 juta per 2025. Dengan kepemilikan sebesar ini, ia memegang kendali penuh atas arah bisnis KLAS. Komisaris Utama sekaligus Independen adalah Frederick Rompas, pria 53 tahun kelahiran Pekanbaru dengan latar belakang sarjana ekonomi jurusan perbankan dari STEKPI. Ia berkarier panjang di perbankan (Bank Panin, BPPN), energi, logistik, properti, hingga compliance di Bank Capital. Kini selain duduk di KLAS, ia juga aktif di berbagai perusahaan properti dan infrastruktur serta menjadi komisaris independen PT Paperocks Indonesia Tbk. Perannya di KLAS bukan sekadar simbolis, melainkan memimpin komite audit dan komite nominasi-remunerasi. Direktur Keuangan dijabat Novi Susanti, sementara audit internal dipimpin Ira Irhamni dan corporate secretary dipegang Eva Arnas Ernawati. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Anak usaha KLAS memperlihatkan pola ekspansi yang agresif. PT Karya Cipta Lahanindo (KCL) hampir 100% dimiliki KLAS bergerak di tambang pasir dan jasa pelabuhan. PT Kurnia Surya Santosa (KSS) 80% kepemilikan bergerak di distribusi kaca. PT Anugerah Multi Energi (AME) berdiri 2024 dengan kepemilikan 90% fokus pada perdagangan BBM, nikel, besi, baja. Sementara PT Semesta Multi Guna (SMG) yang dulu mengelola sewa alat berat dijual Februari 2025 dengan tambahan modal disetor Rp8,49 miliar. Diversifikasi ini menunjukkan KLAS tidak hanya mengandalkan pelayaran tetapi membangun ekosistem mining, trading, dan logistik.
Secara kinerja, semester I 2025 menunjukkan pertumbuhan luar biasa. Pendapatan naik 52% menjadi Rp103,56 miliar dari Rp68,01 miliar setahun sebelumnya. Laba kotor naik 124% ke Rp41,08 miliar. Laba bersih meledak 648% menjadi Rp25,09 miliar dari Rp3,36 miliar. EPS melonjak dari Rp1,47 menjadi Rp6,81. Pertumbuhan ini bukan sekadar angka, tapi menunjukkan inti bisnis bekerja optimal.
Pelanggan besar KLAS menegaskan kelas mereka. Pertama, PT Kurnia Mandiri Adiperkasa dengan kontribusi Rp17,88 miliar atau 17,3% revenue, perusahaan tambang pasir milik keluarga Kurnyatjan yang memiliki area tambang di Belitung Timur dan pelabuhan khusus sendiri. Kedua, PT Xinyi Glass Indonesia dengan Rp14,93 miliar atau 14,4%, anak usaha Xinyi Glass Holdings asal Hong Kong, produsen kaca global yang baru membuka pabrik besar di Gresik. Ketiga, PT Muliaglass dengan Rp11,26 miliar atau 10,9%, produsen kaca tertua dan terbesar di Indonesia bagian dari Mulia Industrindo. Artinya, pelanggan KLAS kombinasi dari internal grup, raksasa global, dan pemain kaca domestik top. Tidak ada vendor tunggal dominan, tetapi piutang ke pihak berelasi, terutama KMA, mencapai Rp39,09 miliar atau hampir 10% aset, angka yang cukup besar.Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Total aset Juni 2025 tercatat Rp416,42 miliar, naik dari Rp391,78 miliar. Aset lancar Rp137 miliar terdiri dari kas dan deposito Rp72,48 miliar, piutang Rp55,10 miliar. Aset tidak lancar Rp279,41 miliar didominasi properti, kapal, alat berat Rp219,40 miliar yang jadi agunan bank, serta piutang non-lancar ke pihak berelasi Rp51,62 miliar. Liabilitas stabil Rp159,98 miliar turun tipis dari Rp160,71 miliar. Utang jangka pendek Rp90,50 miliar, short-term loan naik ke Rp26,57 miliar, dan cicilan utang jangka panjang yang jatuh tempo melonjak ke Rp42,84 miliar. Sisi positifnya, utang pembiayaan konsumen hampir lunas tinggal Rp967 juta, dan leasing liabilities sudah nol.
Arus kas operasi menguat tajam. CFO naik dari Rp11,39 miliar ke Rp55,09 miliar. Namun arus kas pembiayaan keluar Rp67,43 miliar, sebagian besar untuk bayar utang konsumen Rp60,83 miliar dan pembayaran ke pihak berelasi Rp57,76 miliar. Ada masuk pinjaman Rp46,88 miliar yang sedikit meringankan. Hasil akhir kas turun Rp10,72 miliar, tetapi saldo masih Rp72,48 miliar. Jadi inti bisnis sangat sehat, hanya saja kas dipakai banyak untuk bayar kewajiban.
Kontrak strategis mendukung pertumbuhan, seperti pinjaman dari CCBI, OCBC, BCA untuk kapal dan gudang. Ada kontrak pembangunan kapal dan barge dengan shipyard di Singapura dan Batam senilai jutaan dolar. Diversifikasi tambang pasir, perdagangan nikel, dan BBM melalui anak usaha memberi jalur revenue baru.
Kalau dilihat lebih dekat, PT Karya Cipta Lahanindo atau KCL yang bergerak di sektor pertambangan dan galian pasir menjadi salah satu bintang baru. Anak usaha ini baru memulai operasi komersial di 2024, tapi langsung berkontribusi besar di tahun berikutnya. Pendapatannya yang tadinya nol di semester I 2024, tiba-tiba melesat menjadi Rp36,5 miliar pada periode yang sama 2025. Dari sisi laba juga ada perubahan drastis. Tahun lalu mereka rugi Rp3,4 miliar, kini berhasil mencetak laba sebelum pajak Rp7,7 miliar. Bahkan bagian laba yang jatuh ke pemegang saham non-pengendali ikut naik, dari hanya Rp29 ribu di akhir 2024 menjadi Rp510 ribu di pertengahan 2025. Angka ini memang kecil, tetapi mengindikasikan bahwa keuntungan KCL tidak hanya dirasakan induk, melainkan juga investor minoritas.
Selain KCL, ada PT Kurnia Surya Santosa atau KSS yang menggeluti distribusi, perdagangan, dan agen khususnya untuk produk kaca lembaran. Performa KSS juga tidak kalah meyakinkan. Pendapatan yang semula Rp9,6 miliar di semester I 2024, naik menjadi Rp21,1 miliar di semester I 2025. Laba bersih segmen meningkat lebih dari tiga kali lipat, dari Rp377 juta menjadi Rp1,35 miliar. Ini menandakan bisnis perdagangan kaca yang mereka jalani tidak hanya bertumbuh, tetapi juga makin efisien menghasilkan keuntungan. Dengan pertumbuhan seperti ini, KSS jelas menjadi tulang punggung kedua dalam menopang kinerja grup selain KCL.Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Kisah yang sedikit berbeda datang dari PT Semesta Multi Guna atau SMG yang beroperasi di bidang penyewaan alat berat. SMG akhirnya dilepas ke pihak eksternal pada Februari 2025. Kalau melihat kinerja operasional, segmen sewa alat berat masih mencatat kerugian Rp545 juta di semester I 2025. Meski demikian, kerugian ini sudah jauh membaik dibandingkan rugi Rp3,1 miliar pada periode yang sama di 2024. Di balik angka minus itu, pelepasan SMG justru memberikan hasil positif berupa keuntungan penjualan Rp8,5 miliar yang dicatat sebagai tambahan modal disetor di laporan keuangan. Jadi, meskipun secara bisnis masih rugi, manajemen berhasil mengubahnya jadi transaksi yang menguntungkan. Strategi divestasi ini bisa dibaca sebagai langkah cerdas untuk merampingkan portofolio sambil tetap menghasilkan nilai tambah bagi pemegang saham.
Sementara itu, ada PT Anugerah Multi Energi atau AME yang baru berdiri pada Juni 2024. Bidang usahanya cukup luas, meliputi perdagangan besar bahan bakar, bijih nikel, besi, dan baja. Karena usianya masih muda, kontribusinya belum begitu menonjol di laporan segmen, bahkan sebagian masih masuk ke kategori eliminasi. Namun, ada tanda-tanda awal yang positif. Non-controlling interest atau laba untuk pemegang saham non-pengendali di AME tercatat Rp99,9 juta per Juni 2025. Fakta bahwa entitas ini sudah bisa mencetak laba dalam waktu setahun sejak berdiri, menunjukkan potensi besar untuk jadi kontributor penting di masa depan.Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Tapi ada catatan merah. Biaya administrasi melonjak dua kali lipat ke Rp17,6 miliar, didorong gaji dan pos lain-lain. Lonjakan ini bisa menggerus margin kalau tidak dikendalikan. Other income net naik drastis ke Rp8,75 miliar dari Rp1,67 miliar, tetapi belum jelas apakah bersifat berulang. Kalau one-off, laba bisa normalisasi. Ketergantungan pada pihak berelasi juga besar, baik pelanggan maupun transaksi, yang secara governance perlu perhatian.
KLAS memiliki perjanjian kredit dengan Bank China Construction Bank Indonesia yang sudah diperpanjang sampai 2023 dengan plafon total Rp186,97 miliar ditambah fasilitas overdraft Rp10 miliar. Dana ini mayoritas dipakai untuk beli tugboat dan tongkang baru, dengan bunga mengambang 9,5% per tahun dan jatuh tempo terakhir sampai 2028. Sebagai jaminan, perusahaan menggadaikan tanah, bangunan, kapal, dan bahkan ada personal guarantee dari Kurnyatjan Sakti Efendie. Jadi ini benar-benar kredit yang menyentuh inti bisnis mereka. Hanya saja, bunga mengambang bisa jadi pedang bermata dua. Kalau tren suku bunga global naik, beban bunga langsung naik, sehingga arus kas bisa makin ketat.
Selain itu ada fasilitas pinjaman dari Bank OCBC NISP sejak 2015 senilai Rp5,4 miliar dengan bunga 12,25% per tahun yang sudah lunas di 2025. Dari sisi leverage jelas ini kabar bagus karena berarti utang berkurang. OCBC juga kasih fasilitas ke anak usaha KSS sebesar Rp9,8 miliar dengan bunga 9% tapi jatuh tempo 2024 sehingga praktis sudah tidak relevan. BCA kemudian ikut main lewat kredit investasi Rp3,5 miliar untuk beli gudang dan tanah, plus overdraft Rp5 miliar buat modal kerja, bunganya relatif lebih stabil di 7% sampai 9,5% dengan tenor tiga tahun. Jadi bisa dibilang kalau OCBC dan BNI sudah diselesaikan, beban kredit utama saat ini lebih banyak ditopang oleh CCBI dan BCA. Apalagi BNI, semua fasilitasnya lunas sejak Mei 2023. Itu milestone besar karena berarti perusahaan berhasil menurunkan beban utang dengan signifikan. Sementara utang leasing atau consumer financing yang dulu diambil lewat PT Semesta Multi Guna juga hilang dari laporan begitu SMG dijual ke pihak eksternal Februari 2025. Jadi struktur keuangan sekarang lebih sederhana dan beban bunga juga lebih ringan.Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Kalau bicara kontrak operasional, perusahaan lagi agresif menambah kapal. Ada kontrak pembangunan tugboat dengan Rajang Maju Marine senilai SGD1,12 juta per unit, kontrak tongkang dengan PT Citra Shipyard senilai USD1,8 juta, plus kontrak yang lebih besar lagi untuk tiga kapal penarik senilai SGD1,41 juta per unit dan tiga kapal tongkang dengan harga USD1,95 juta per unit. Artinya mereka lagi benar-benar menyiapkan armada tambahan untuk mengerek revenue di masa depan. Strateginya masuk akal, lebih banyak kapal artinya lebih banyak rute, lebih banyak kontrak angkutan, dan potensi margin lebih tebal. Tapi semua itu tetap kembali ke kebutuhan modal, karena kontrak ini jelas butuh pembiayaan besar. Kalau market angkutan drop, justru beban cicilan kredit dan biaya operasional bisa jadi lebih berat ketimbang tambahan revenue. Jadi sustainability proyek ini sangat bergantung pada outlook pasar shipping ke depan.
Ada juga perjanjian sewa dan pinjam pakai yang cukup unik. Misalnya ruang kantor 60 m² di Jakarta Barat yang dipinjamkan gratis sejak 2011 sampai 2025, jelas ini menghemat biaya operasional. Selain itu ada fasilitas tangki BBM, washing plant, mess, dan gudang limbah B3 yang juga dipinjamkan gratis sejak 2019. Masalahnya, sebagian besar kontrak pinjam pakai itu berakhir di Desember 2024. Kalau fasilitas itu masih dipakai tapi belum diperpanjang kontraknya, artinya perusahaan berisiko harus mengeluarkan biaya tambahan yang selama ini ditanggung pihak berelasi. Risiko ini terlihat sederhana, tapi dampaknya bisa cukup besar kalau menyangkut fasilitas vital untuk operasional tambang dan transportasi. Belum lagi ada perjanjian sewa gudang dan sewa ruko yang juga sudah habis masa berlakunya. Jadi beban operasional bisa saja naik tiba-tiba kalau semua fasilitas itu berubah jadi kontrak komersial dengan biaya penuh. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Dari sisi aksi korporasi, PT Pelayaran Kurnia Lautan Semesta sudah melakukan IPO di Mei 2023 dengan melepas 540 juta saham di harga Rp146 per lembar. Aksi ini jelas penting karena jadi sumber modal segar. Tahun 2024 mereka juga bagi dividen tunai Rp2,5 per saham atau total Rp5,41 miliar plus saham bonus dan saham dividen dalam jumlah besar. Lalu di awal 2025 ada penjualan SMG seharga Rp500 juta. Transaksi ini memang terlihat kecil, tapi dampaknya besar karena langsung menghapus utang leasing dan menyederhanakan struktur usaha. Dari sisi akuntansi, yang agak unik adalah keuntungan dari penjualan SMG sebesar Rp8,49 miliar tidak masuk laba rugi, tapi dicatat sebagai tambahan modal disetor. Alasannya karena pakai PSAK 38 yang mengatur transaksi entitas sepengendali. Padahal dokumen menyebut SMG dijual ke pihak eksternal, jadi agak janggal kenapa diperlakukan seperti transaksi internal grup. Bisa jadi ada interpretasi fleksibel di sini, tapi bagi investor ini pertanyaan penting tentang konsistensi penerapan standar akuntansi.Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kalau ditarik ke arus kas, di paruh pertama 2025 perusahaan mencatat arus kas operasi Rp55,09 miliar. Sementara kewajiban lancar total Rp90,49 miliar dan kewajiban finansial jangka pendek Rp70,34 miliar. Kas hanya Rp4,52 miliar, tapi ada deposito berjangka Rp67,95 miliar. Jadi total likuiditas cair Rp72,48 miliar. Kalau dibandingkan dengan kewajiban jangka pendek, mereka sebenarnya masih aman karena jumlah kas dan deposito bisa menutup utang jatuh tempo. Tambahan lagi, hasil divestasi SMG memberi tambahan kas Rp7,87 miliar. Jadi walaupun kas operasi murni tidak cukup, kombinasi deposito dan hasil divestasi cukup untuk menambal semua kebutuhan jangka pendek.
Yang agak problematis justru ada di anak usaha KCL. Izin tambang pasir di Belitung sudah habis masa berlaku sejak 15 Desember 2024. Tapi di laporan keuangan Juni 2025 segmen pertambangan pasir masih nyumbang revenue Rp36,53 miliar dengan laba kotor Rp10,58 miliar. Kalau izin benar-benar belum diperpanjang, berarti aktivitas tambang itu berjalan tanpa dasar hukum yang jelas. Ini masalah besar, karena revenue segmen tambang masih signifikan. Jadi ada tanda tanya besar tentang legalitas dan keberlanjutan bisnis ini. Risiko yang bisa muncul tidak hanya denda atau penghentian operasi, tapi juga potensi kerugian reputasi.
Dari sisi legalitas, KCL mendapatkan tiga izin operasi produksi yang semuanya terbit pada 16 Desember 2019. Izin pertama berlaku untuk area 132,4 hektare, izin kedua untuk area 43 hektare, dan izin ketiga kembali untuk area 132,4 hektare, semuanya berlokasi di Desa Lilangan, Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur. Ketiga izin ini diterbitkan oleh Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan sama-sama berakhir pada 15 Desember 2024. Dengan begitu, ketika laporan keuangan konsolidasian interim per 30 Juni 2025 dirilis, izin-izin itu secara resmi sudah tidak berlaku lagi.Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Namun yang membuat situasi ini unik, meski izin sudah kedaluwarsa, revenue pasir justru melesat. Pada enam bulan pertama 2024, pendapatan pasir hanya Rp 3,48 miliar dengan rincian Rp 609 juta dari pihak berelasi dan Rp 2,87 miliar dari pihak ketiga. Setahun kemudian, di periode Januari-Juni 2025, pendapatan pasir melonjak jadi Rp 36,53 miliar dengan Rp 3,45 miliar dari pihak berelasi dan Rp 33,08 miliar dari pihak ketiga. Lompatan ini lebih dari 10 kali lipat hanya dalam satu tahun. Yang menarik, angka tersebut persis sama dengan pos pendapatan segmen “Mining and sand quarrying” yang ditampilkan dalam laporan konsolidasian. Jadi, tidak ada keraguan bahwa pendapatan pasir sepenuhnya berasal dari KCL.
Kalau kita lihat struktur anak usaha lainnya, tidak ada yang masuk bisnis tambang pasir. PT Kurnia Surya Santosa fokus pada distribusi kaca lembaran dan material konstruksi, sementara PT Anugerah Multi Energi bergerak di perdagangan bahan bakar, nikel, dan bijih besi. Jadi tidak mungkin revenue pasir datang dari mereka. Konsistensi antara akta pendirian, ruang lingkup usaha, izin tambang, dan catatan segmen usaha memastikan bahwa KCL adalah satu-satunya motor penghasil revenue pasir di dalam grup.
Di sisi lain, muncul pertanyaan logis. Bagaimana mungkin revenue melonjak justru ketika izin formal sudah habis? Laporan keuangan tidak memberi jawaban eksplisit. Bisa jadi ada perpanjangan izin yang sedang diproses, bisa jadi ada masa tenggang administratif yang membuat operasi tetap diperbolehkan, atau mungkin juga revenue tersebut sebagian berasal dari penjualan stok lama yang sudah ditambang sebelum izin berakhir. Karena laporan ini masih berstatus unaudited, tidak ada keterangan tambahan yang bisa menjawab ketidakselarasan antara legalitas izin dengan performa revenue. Inilah yang membuat kasus KCL menarik, ada gap antara regulasi dan realisasi di lapangan yang belum terjelaskan.
Harga sahamnya masih berada di level Rp144. Kalau kita bedah angka demi angka, ceritanya jadi makin menarik. Perusahaan ini berhasil mencatat laba bersih Rp24,83 miliar hanya dalam 6 bulan pertama 2025, yang kalau kita annualisasi berarti sekitar Rp49,65 miliar. Dengan jumlah saham beredar 2,165 miliar lembar, maka EPS tahunannya sekitar Rp13,62. Bandingkan dengan tahun lalu yang cuma Rp2,94, artinya ada lonjakan EPS sampai 363,95%. Kalau kita hitung PER berdasarkan harga sekarang, jatuhnya cuma 10,57x. Dengan growth setinggi itu, PEG mereka nyaris absurd rendahnya di 0,029x, yang biasanya jadi sinyal undervalued. Pertanyaannya adalah sustainable atau tidak? Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kalau kita geser ke PBV, nilai buku per saham ada di Rp118,18 sehingga PBV-nya sekitar 1,22x, atau kalau kita keluarkan intangible assets, PBV tangible jadi 1,24x. Masih wajar untuk perusahaan dengan pertumbuhan secepat ini. Dari sisi kas, KLAS lumayan solid. CFO di paruh pertama 2025 mencapai Rp55,09 miliar atau Rp110,19 miliar setahun penuh, jauh lebih besar daripada laba bersih. CFO per saham Rp50,89, yang berarti P/CFO hanya 2,83x. Kalau dihitung free cash flow setelah capex Rp6,02 miliar setahun, FCF-nya sekitar Rp104,16 miliar atau Rp48,11 per saham, sehingga P/FCF hanya 2,99x. Jadi jelas kas yang dihasilkan benar-benar nyata dan sustainable. Rasio berbasis enterprise value juga menguatkan cerita yang sama. EV mereka Rp444,97 miliar dengan EV/EBITDA 5,28x, EV/EBIT 6,70x, EV/CFO 4,04x, dan EV/FCF 4,27x. Semua angka ini termasuk murah kalau dibandingkan standar industri transportasi-logistik, apalagi dengan pertumbuhan laba yang hampir 4 kali lipat. P/S di 1,51x juga tidak terlihat mahal.
Dari sisi fundamental, aset naik dari Rp391,78 miliar akhir 2024 ke Rp416,42 miliar di Juni 2025, sementara liabilitas malah sedikit turun jadi Rp159,98 miliar. Ekuitas meningkat ke Rp255,87 miliar. Artinya leverage mereka aman. Kas ada Rp4,53 miliar, memang tidak besar tapi ditopang arus kas operasi yang deras. KLAS juga aktif mengelola portofolionya, misalnya menjual PT Semesta Multi Guna dengan gain Rp8,49 miliar dan membentuk anak usaha baru PT Anugerah Multi Energi yang fokus pada perdagangan besar BBM, nikel, besi, dan baja. Pendapatan juga makin beragam, dari shipping, sand mining, sampai perdagangan. Segmentasi ini bikin mereka tidak semata bergantung pada satu lini. Bahkan pendapatan dari sand mining dan shipping untuk pihak ketiga melonjak cukup signifikan. Dari sisi laba operasional, margin mereka terjaga dengan beban keuangan Rp5,47 miliar dan depresiasi Rp8,69 miliar, yang relatif kecil dibanding revenue Rp207,11 miliar setahun penuh.
Kalau kita bandingkan valuasi pasar dengan kondisi fundamentalnya, saham KLAS di Rp144 terlihat belum sepenuhnya mencerminkan kinerja. Idealnya, kalau pakai acuan PER 15x, harga wajarnya bisa Rp204,3. Kalau pakai PBV 1,5x, targetnya Rp177,27. Dua-duanya jauh di atas harga sekarang. Bahkan kalau growth EPS 363,95% ini bisa dijaga konsisten, sebenarnya pasar bisa menghargai PER 20x–30x, bukan cuma 15x. Supaya valuasi ideal itu tercapai, ada dua hal utama yang harus dikejar. Pertama, kinerja finansial harus terus sustain. Artinya revenue dari shipping dan sand mining harus makin kuat, margin dijaga dengan efisiensi biaya, dan capex diarahkan ke aset yang memberi return besar seperti kapal tugboat baru. CFO yang tinggi harus dijaga supaya tetap bisa menutup utang berbunga dan mendanai ekspansi tanpa tergantung tambahan utang. Kedua, KLAS harus bisa membangun kepercayaan investor. Itu bisa lewat laporan keuangan yang transparan, komunikasi aktif ke investor, hingga menjaga konsistensi dividen meski payout ratio masih 18,36% karena mereka memilih reinvestasi. Dengan kombinasi ini, pasar bisa lebih percaya dan mau kasih multiple lebih tinggi.Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Kalau tidak bisa mencapai valuasi ideal, konsekuensinya cukup jelas. Saham bisa tetap undervalued, likuiditas tipis, dan jadi target takeover murah oleh pihak yang lebih besar. Investor juga bisa kecewa kalau harga stagnan meski kinerja bagus. Karena itu, menjaga growth dan meningkatkan komunikasi ke pasar sama-sama penting. Intinya, di harga Rp144, saham KLAS saat ini terlihat murah dengan fundamental yang sehat, growth eksplosif, dan kas yang deras. Pertanyaan besar sekarang bukan apakah saham ini undervalued, tapi apakah manajemen bisa menjaga konsistensi kinerja dan meyakinkan pasar bahwa pertumbuhan ini bukan sekadar kebetulan. Dan memastikan izin tambang mereka bisa tetap lanjut. Kalau ndak, ya susah.
Di puncak KLAS ada nama Kurnyatjan Sakti Efendie, sosok yang jelas jadi PSP alias pemegang saham pengendali. Dialah otak dan penggerak utama, sejak masa bisnis pasir kuarsa sampai masuk ke pelayaran, lalu membawa perusahaan ini melantai di Bursa Efek Indonesia pada Juni 2023 dengan menghimpun dana Rp78,84 miliar. Kendali Kurnyatjan sangat dominan, sebelum IPO ia memegang 99,87% saham, sesudah IPO porsinya masih 74,96%, jadi tidak ada keraguan siapa yang memegang remote control KLAS.
Namun perjalanan Kurnyatjan tidak selalu mulus. Di tahun 2010 ia pernah ditetapkan sebagai tersangka kasus tambang pasir kuarsa di hutan lindung Belitung Timur, dengan nama alias Kurnia Tjan Sakti Efendie. Kasusnya sempat heboh, polisi menyita ekskavator dan dump truk dari lokasi tambang. Meski begitu, kelanjutan kasus itu tidak pernah terdengar lagi, dan fakta bahwa ia sukses membawa KLAS go public tanpa hambatan regulasi menunjukkan masalah hukum itu sudah selesai atau tidak dianggap relevan. Dari sisi governance, ini jadi catatan bagi investor karena menunjukkan bahwa sosok PSP punya rekam jejak hukum yang tidak bisa diabaikan, walaupun secara formal tidak lagi mengganggu jalannya bisnis.Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Di kursi direksi, selain Kurnyatjan ada Novi Susanti. Kalau Kurnyatjan adalah wajah pemilik, Novi ini wajah administratif dan komunikatif perusahaan. Ia yang sering muncul ke publik mengumumkan dividen, saham bonus, atau aksi korporasi lain. Kehadirannya memberi warna profesional, apalagi masa jabatan direksi ditetapkan 2022-2027, jadi stabilitas manajemen lumayan terjaga.
Naik sedikit ke level dewan komisaris, ada Frederick Rompas sebagai Komisaris Utama sekaligus independen. Usianya 53 tahun, sarjana ekonomi dari STEKPI, dan punya track record panjang di sektor keuangan. Ia pernah jadi Direktur Kepatuhan di Bank Capital Indonesia Tbk $BACA, sekarang juga Komisaris Independen di Paperocks Indonesia Tbk $PPRI. Di KLAS ia sekaligus Ketua Komite Audit, jadi jelas perannya lebih ke menjaga citra tata kelola supaya terlihat rapi dan sesuai standar. Sosok seperti Rompas penting karena memberi legitimasi independen dalam struktur yang kental nuansa keluarga.
Bicara keluarga, ada nama Nickolas Tjan Sakti Efendie, komisaris muda berusia 25 tahun. Posisinya jelas bagian dari strategi suksesi keluarga. Ia hanya pegang 0,10% saham setelah IPO, tapi posisinya sebagai komisaris menunjukkan bahwa keluarga ingin menyiapkan generasi penerus. Dalam konsep regulasi OJK, Nickolas bisa dianggap bagian dari kelompok pengendali karena hubungan keluarga dengan PSP utama. Ini pola khas perusahaan keluarga Indonesia, kontrol tetap erat meski sebagian saham sudah dilepas ke publik.
Selain itu, komite audit diisi orang-orang profesional. Ada Yustinus Linardi Ridjab, usia 47 tahun, dengan latar belakang unik mulai dari teknik, desain produk, akuntansi, hingga profesi akuntan. Ia juga partner konsultan pajak di CV JSA Management dan komite audit independen di PT Victoria Care Indonesia Tbk. Lalu ada Aries Murdyana, usia 53 tahun, lulusan business administration di Amerika, yang punya pengalaman panjang di operasional dan investasi. Keduanya memberi tambahan lapisan pengawasan di luar lingkaran keluarga inti.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU