imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

Konsistensi Aseng

Pertanyaan salah satu user Stockbit member External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345

Kalau kita bicara tentang aseng di pasar saham, yang dimaksud tentu investor asing. Mereka ini sering jadi sorotan karena modalnya besar, strategi mereka lebih disiplin, dan basis risetnya lebih dalam daripada kebanyakan investor ritel lokal. Salah satu indikator yang sering dipakai untuk membaca gerakan mereka adalah streak atau pembelian berturut-turut. Semakin panjang streak maka semakin konsisten mereka masuk ke saham tertentu, tanda bahwa keyakinan mereka terhadap saham itu tinggi. Kalau harga saham masih turun tapi mereka tetap membeli, artinya sedang terjadi proses akumulasi diam-diam ketika ritel justru sedang buang barang. Inilah momen klasik di mana asing sedang memposisikan diri di harga murah dengan sabar menunggu rebound. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Namun penting sekali untuk tidak menganggap streak ini sebagai jaminan mutlak. Kalau ada 12 hari berturut-turut aseng beli lalu mereka berhenti 3 hari, kemudian beli lagi, hitungan streak kembali ke 1. Artinya streak ini sekadar indikator konsistensi, bukan kepastian arah harga. Di titik inilah kita perlu tekankan bahwa aseng bukan omnipotent dan bukan juga omniscient. Mereka tidak serba bisa dan tidak serba tahu. Mereka bisa salah hitung, salah timing, bahkan bisa dijahili bandar lokal. Sejarah pasar modal Indonesia sudah membuktikan hal itu. Rothschild yang punya nama besar dunia pernah kalah melawan Bakrie. Goldman Sachs yang reputasinya global pernah kalah melawan Bentjok. Nomura yang notabene pemain besar Jepang pernah kalah melawan HT. Jadi jangan menganggap asing itu selalu menang. Mereka hanya terlihat lebih disiplin dan lebih berbasis data, tapi tetap ada celah buat kalah.

Screening yang dibuat dengan nama Skydrugz aseng konsisten ini pada dasarnya adalah cara untuk menangkap pola akumulasi asing ketika harga saham sedang lesu. Aturannya sederhana tapi logis. Pertama, Net Foreign Buy Streak ≥ 3, jadi harus ada minimal tiga hari asing konsisten beli. Kedua, 1 Year Price Returns ≤ 0, artinya saham yang dipilih adalah saham yang setahun terakhir kinerjanya negatif. Ketiga, 1 Week Net Foreign Flow ≥ 0, yang menandakan bahwa dalam seminggu terakhir aliran dana asing harus tetap positif. Filosofi di balik saringan ini jelas, kalau saham sudah turun setahun terakhir tapi asing masih berani beli konsisten, berarti mereka menilai reward lebih besar daripada risk. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx

Hasil screening kemudian memperlihatkan beberapa cerita yang menarik. $BBRI adalah kandidat paling kuat. Dalam setahun terakhir saham ini turun -16.18%, tapi hanya dalam satu minggu terakhir asing masuk sampai Rp1.493 triliun. Padahal sepanjang tahun berjalan mereka masih net sell Rp2.422 triliun. Artinya ada reversal besar, dari posisi jual berbalik jadi borong. Dengan harga Rp4.040 per lembar, asing tampaknya menganggap penurunan ini sudah priced in dan sekarang waktunya akumulasi. Kasus lain adalah AMMN yang turun -19.62% setahun terakhir, tapi ada aliran masuk Rp435 miliar dalam seminggu, sementara sepanjang tahun masih net buy Rp618 miliar. Ini lebih konsisten, bukan sekadar reversal, karena memang sejak awal tahun mereka sudah masuk dan tidak terlalu banyak keluar.

$INCO juga memberi sinyal menarik. Setahun terakhir minus tipis -2.36%, mingguannya positif Rp34 miliar, meski sepanjang tahun masih net sell Rp170 miliar. Artinya mungkin sedang terjadi fase awal balik arah. $BBTN dengan penurunan -4.56% juga punya flow masuk Rp31 miliar seminggu terakhir meskipun YTD masih minus Rp136 miliar. Jadi selain BBRI, sektor perbankan lain juga mulai dilirik. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf

Ada cerita ekstrem pada MSIN. Saham ini sudah rontok -61% setahun terakhir, tapi asing tetap masuk Rp19 miliar minggu ini, dan sepanjang tahun bahkan net buy Rp92 miliar. Ini tipikal high risk high return. Bisa jadi value trap, tapi bisa juga mereka percaya ada potensi turnaround besar. Lalu ada MSTI yang minus -4.97% setahun dengan net buy Rp9 miliar minggu ini dan YTD net buy Rp63 miliar. SMDR minus -6.70% tapi ada Rp7 miliar masuk minggu ini dan YTD net buy Rp28 miliar. BANK alias Bank Aladin Syariah minus -6.21% setahun tapi ada net buy Rp4.7 miliar minggu ini dan YTD Rp21 miliar. Bahkan MDLA meski tidak ada data return setahun, tetap muncul dengan Rp3.8 miliar net buy minggu ini dan YTD Rp31 miliar. Jadi di saham mid dan small cap pun asing berani masuk ke saham yang underperform.

Semua pola ini sesuai dengan logika dasar. Ikut jejak asing bisa dibilang ikut bersih, karena kita nebeng keputusan investor besar yang punya data dan analisis lebih dalam. Tapi sekali lagi, mereka bukan omnipotent dan bukan omniscient. Mereka bisa salah. Mereka bisa jadi korban gorengan bandar lokal, bahkan bisa nyangkut juga. Bedanya, asing punya modal lebih besar, kesabaran lebih panjang, dan disiplin lebih ketat, sehingga mereka bisa tahan lebih lama dalam permainan pasar. Screening seperti ini memberi kita panduan untuk tahu kapan saham yang sudah lama anjlok mulai dipandang layak rebound oleh pemain besar. Tetapi keputusan tetap harus realistis, karena kalau asing saja bisa salah, apalagi ritel yang cuma nebeng.Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345

Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm

Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx

Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW

Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU

Read more...

1/7

testestestestestestes
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy