imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$WIRG LK Q2 2025: Mimpi Metaverse

Melihat laporan keuangan PT WIR Asia Tbk (WIRG) seperti melihat dua sisi yang sangat berbeda. Di satu sisi, ada angka pendapatan yang sangat besar, nyaris Rp 1,3 triliun hanya dalam enam bulan. Angka ini gampang membuat orang terkesan, apalagi pasar saham suka cerita pertumbuhan cepat dari perusahaan teknologi. Tapi kalau kita lihat lebih teliti, ada sisi lainnya. Pertumbuhannya ternyata hampir tidak ada dibandingkan tahun lalu, sangat berbeda dari janji perusahaan teknologi yang katanya mau membuat gebrakan.

Di sinilah WIRG jadi aneh. Meski ceritanya tentang metaverse dan teknologi canggih, bisnis utamanya sebenarnya seperti pedagang grosir. Kalau dibedah, kelihatan kalau lebih dari 80% pendapatannya datang dari jual-beli produk digital dan barang lainnya. Keuntungannya? Tipis sekali. Dari penjualan produk digital, laba kotornya cuma sekitar 0,7%, sementara dari penjualan barang sedikit lebih baik di 4,5%. Ini bukan ciri perusahaan teknologi yang punya produk sendiri, tapi lebih mirip makelar yang menjual barang dalam jumlah sangat besar. Cara ini memang membuat angka omzet terlihat hebat, tapi ini ada akibatnya di laporan keuangan.

Akibatnya adalah piutang usaha yang besar. Ada Rp 572 miliar uang perusahaan yang masih ada di tangan pelanggan. Bisnis yang untungnya tipis ini harus jalan terus dengan sangat cepat supaya tidak rugi. Supaya bisa terus jalan, butuh banyak modal kerja. Akibatnya, uang kas dari kegiatan bisnisnya jadi seret, turun drastis dibanding tahun lalu. Ini seperti lari di tempat. Makin besar omzetnya, makin banyak uang yang nyangkut di piutang. Jika bisnis utamanya saja sudah butuh banyak uang untuk modal kerja, dari mana uang untuk membiayai proyek besar jangka panjangnya?

Jawabannya ada di bagian lain laporan keuangan, yaitu aset takberwujud yang nilainya makin besar hingga Rp 607 miliar. Inilah "mesin kedua" yang coba mereka bangun, sebuah pertaruhan besar yang dibiayai dari bisnis utamanya yang untungnya tipis. Perusahaan menghabiskan Rp 48 miliar kas untuk aset ini hanya dalam enam bulan. Aset ini sulit dinilai oleh investor. Isinya ada paten, hak cipta, dan biaya pengembangan, tapi nilainya sangat tergantung pada apakah bisa menghasilkan untung di masa depan, sebuah masa depan yang belum pasti. Ini seperti cara mereka untuk lepas dari bisnis yang untungnya tipis dan beralih ke bisnis teknologi yang untungnya besar.

Masalahnya jadi makin rumit karena struktur perusahaannya yang punya puluhan anak usaha dengan nama-nama unik. Banyak dari anak usaha ini bahkan belum menghasilkan apa-apa, membuatnya lebih mirip perusahaan investasi yang menaruh uang di banyak startup, tapi statusnya perusahaan publik. Bagi investor biasa, sulit sekali untuk menilai setiap anak usahanya satu per satu. Struktur ini membuat kinerja bisnis utamanya jadi tidak jelas dan membuat investor sulit meminta pertanggungjawaban manajemen. Kumpulan anak usaha ini jadinya seperti membeli banyak tiket lotre.

Pada akhirnya, berinvestasi di WIRG artinya percaya pada dua hal sekaligus. Pertama, percaya pada bisnisnya yang sekarang, yaitu pedagang grosir digital yang omzetnya besar tapi sulit menghasilkan uang kas. Kedua, percaya pada bisnis masa depannya yang belum jelas, yaitu perusahaan teknologi yang sedang membangun metaverse. Pasar saham mungkin lebih suka dengan cerita masa depannya. Tapi laporan keuangan selalu menunjukkan kenyataan bisnisnya hari ini. Mungkin, pertanyaan utamanya bukan soal harga sahamnya, tapi soal jati diri perusahaan ini. Apakah bisnisnya yang biasa-biasa saja saat ini bisa terus membiayai mimpinya yang sangat besar?

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Tag: $MCAS $BUKA

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy