Orang Awam yang Kurang Literasi Itu Mengerikan Banget Kalau Salah Jalan

Ada banyak bentuk kehancuran dalam hidup manusia, tapi jarang ada yang secepat dan separah seperti kehancuran akibat keputusan investasi yang salah. Uniknya, sebagian besar dari tragedi itu dimulai bukan dari bencana pasar global atau kebijakan pemerintah, melainkan dari hal yang lebih kecil dan lebih mematikan: ketidaktahuan.

Ketidaktahuan yang dibungkus rasa percaya diri adalah bahan bakar utama tragedi finansial. Dan orang awam yang kurang literasi investasi punya stok bahan bakar ini dalam jumlah tak terbatas. Mereka berjalan ke pasar modal, forex, kripto, atau bahkan MLM berkedok investasi dengan keyakinan seorang ahli, padahal mereka bahkan tidak bisa menjelaskan apa itu volatilitas atau diversifikasi. Dalam bahasa sederhana, mereka adalah penumpang buta yang mencoba menyetir mobil balap di tengah hujan lebat. Hasilnya bisa ditebak.

1. Kepercayaan Diri yang Tidak Punya Dasar

Orang awam sering menganggap investasi itu hanya soal “memasukkan uang di tempat yang tepat” lalu duduk manis menunggu hasilnya. Mereka percaya pada mitos bahwa pasar akan selalu memberi hadiah kepada siapa pun yang cukup nekat untuk mencoba. Mereka mendengar cerita sukses setengah matang teman yang beli saham lalu naik 300%, orang yang beli kripto sebelum “to the moon”, atau kisah klasik properti yang “pasti naik”. Mereka lupa, untuk setiap cerita sukses yang diceritakan, ada ratusan kegagalan yang dikubur diam-diam.

Fenomena ini disebut survivorship bias hanya mendengar kisah dari yang selamat, lalu menyimpulkan bahwa itu jalur yang aman. Bagi orang awam, konsep ini bahkan terdengar seperti omong kosong akademik. Mereka terlalu sibuk mencari “kode saham yang bakal meledak” daripada belajar memahami bagaimana sebuah bisnis menghasilkan keuntungan atau bagaimana siklus ekonomi bekerja.

Kepercayaan diri seperti ini bukanlah aset. Ia adalah racun yang membius, membuat korban tersenyum saat berjalan ke jurang.

2. Menyembah Sumber yang Salah

Orang awam punya bakat luar biasa untuk memilih guru yang salah. Mereka lebih percaya pada video TikTok berdurasi 30 detik ketimbang laporan keuangan tahunan. Mereka mencari “ilmu” dari influencer yang bahkan tidak punya portofolio nyata, hanya angka palsu di layar presentasi. Mereka tertarik pada bahasa motivasi yang penuh janji manis, seperti “uang bekerja untukmu” atau “tidur pun bisa kaya”.

Padahal, di balik layar, banyak “mentor” ini hidup dari menjual mimpi, bukan dari hasil investasi mereka sendiri. Mereka menghasilkan uang dari kursus, referral, atau komisi penjualan produk keuangan yang sebenarnya berisiko tinggi bagi pembeli. Ironisnya, orang awam yang kurang literasi justru menganggap mereka sebagai pahlawan. Bahkan saat kerugian datang, banyak yang masih membela mentornya, menyalahkan “pasar yang lagi nggak bersahabat” atau “oknum besar yang sengaja menjatuhkan harga”.

Ini bukan sekadar kesalahan logika. Ini fanatisme. Dan fanatisme finansial hanya punya dua ujung: kehilangan uang atau kehilangan akal sehat kadang keduanya.

3. Penyakit Kronis Investor Awam

Fear of Missing Out, atau FOMO, adalah penyakit yang tak kenal obat di kalangan investor awam. Begitu mendengar ada peluang yang “lagi panas”, mereka berbondong-bondong masuk tanpa menghitung risiko. Ketika harga naik, mereka memuji diri sendiri sebagai jenius. Ketika harga turun, mereka panik, menjual di titik terendah, lalu menyesal seumur hidup.

FOMO bekerja seperti virus: menular cepat, menguasai logika, dan meninggalkan kerusakan permanen. Parahnya, di dunia digital, informasi bergerak terlalu cepat. Orang awam tidak punya waktu atau keterampilan untuk memverifikasi data sebelum mengambil keputusan. Hasilnya, mereka jadi pion di permainan orang lain membeli saat harga sudah tinggi dan menjual saat harga sudah hancur.

Bagi mereka, kata “fundamental” hanya berarti “hal yang membosankan yang tidak perlu dipelajari”. Dan seperti biasa, kebosanan mereka dibayar mahal dengan uang yang hilang.

4. Mentalitas Judi yang Menyamar Sebagai Investasi

Perbedaan antara berjudi dan berinvestasi sering kali hanya ada di niat dan proses. Judi murni mengandalkan keberuntungan, investasi sejati mengandalkan analisis, perencanaan, dan disiplin. Masalahnya, bagi orang awam, keduanya sering kali tak punya batas yang jelas.

Beli saham atau kripto tanpa riset, hanya karena “katanya bakal naik”, bukan investasi. Itu perjudian dengan topeng keuangan. Sayangnya, mereka menolak melihatnya seperti itu. Mereka lebih suka menyebutnya “peluang”. Ketika kalah, mereka menganggap itu “ujian”. Dan saat menang sekali, mereka percaya kemenangan itu bisa diulang tanpa batas.

Kenyataannya, pasar tidak peduli pada doa atau semangat positif. Pasar hanya peduli pada data, strategi, dan manajemen risiko. Bagi orang awam, semua itu terdengar seperti pekerjaan rumah yang terlalu berat jadi mereka memilih untuk tetap berjudi.

5. Pola Siklus Kalah yang Selalu Terulang

Orang awam yang kurang literasi investasi sering jatuh dalam pola yang sama:

1. Mendengar kabar peluang dari lingkaran sosial.

2. Masuk dengan uang besar tanpa perhitungan.

3. Harga naik sedikit, merasa jenius.

4. Harga turun, panik.

5. Menjual di titik terendah.

6. Melihat harga naik lagi, menyesal.

7. Mengulang dari awal.

Siklus ini bisa berulang selama bertahun-tahun. Setiap kerugian dianggap sebagai “kecelakaan” bukan akibat dari strategi yang buruk. Setiap kemenangan kecil dianggap tanda “akhirnya mengerti pasar”. Padahal yang sebenarnya terjadi hanyalah permainan acak dengan hasil yang kebetulan.

Dan seperti semua pola yang tidak pernah diperbaiki, akhirnya ini berakhir dengan habisnya modal, habisnya kepercayaan diri, dan kadang habisnya hubungan sosial karena hutang atau konflik uang.

6. Korban dan Predator

Dunia investasi, seperti ekosistem alam, punya rantai makanan yang jelas. Ada predator yang menguasai permainan, ada mangsa yang selalu jadi korban. Orang awam yang kurang literasi nyaris selalu berada di posisi terbawah rantai itu. Mereka adalah alasan kenapa banyak produk keuangan berisiko tetap laku. Mereka adalah sumber keuntungan bagi yang tahu cara bermain.

Predator tidak perlu menipu secara langsung. Cukup menciptakan narasi, memanfaatkan FOMO, dan membiarkan orang awam datang sendiri membawa uangnya. Sistem sudah dibangun sedemikian rupa sehingga kebodohan menjadi sumber daya yang bisa dieksploitasi tanpa batas.

Kebanyakan korban bahkan tidak sadar mereka sedang dimakan hidup-hidup. Mereka berpikir mereka “berjuang” di pasar, padahal mereka hanya bergerak dalam jebakan yang dirancang dengan presisi.

7. Ilusi “Bisa Belajar Sambil Jalan”

Salah satu kesalahan paling mahal yang dilakukan orang awam adalah menganggap investasi bisa dipelajari sambil terjun langsung. Mereka percaya pengalaman praktis akan mengajarkan segalanya. Masalahnya, pasar adalah guru yang mahal dan kejam. Setiap pelajaran dibayar dengan kerugian nyata.

Benar, pengalaman itu penting. Tapi tanpa dasar teori yang kuat, pengalaman hanya akan mengajarkan rasa sakit, bukan strategi. Orang awam yang “belajar sambil jalan” biasanya berakhir seperti turis yang mencoba memanjat gunung tanpa peta, tanpa peralatan, dan tanpa pelatih jika mereka selamat, itu murni keberuntungan, bukan keterampilan.

Penutup

Realitas pahitnya adalah kebodohan finansial itu laku. Selama orang awam yang kurang literasi terus masuk pasar dengan keyakinan kosong, akan selalu ada pihak yang memanfaatkannya. Pasar bukan tempat yang adil; ia adalah arena di mana yang lemah dipangsa oleh yang kuat, dan yang lambat dilindas oleh yang cepat.

Mengerikan? Ya. Tapi mengerikan bagi mereka yang tidak siap. Bagi mereka yang mengerti, ini hanyalah hukum alam bekerja.

Tidak ada yang memaksa orang awam untuk masuk ke dunia investasi tanpa bekal. Mereka datang sendiri, membawa modal, keyakinan, dan rasa ingin cepat kaya. Mereka pergi dengan tangan kosong, lalu menyalahkan segalanya kecuali diri sendiri.

Pada akhirnya, dunia investasi tidak butuh semua orang menjadi pintar. Justru, keberadaan orang awam yang kurang literasi adalah alasan roda keuntungan terus berputar bagi sebagian kecil pemain yang benar-benar tahu apa yang mereka lakukan. Dan itu, meskipun terdengar kejam, adalah kenyataan yang akan terus ada.

$BBRI $WIFI $ADRO

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy