A. Mental Penjudi dan Pengemis di Saham
Di dunia saham, uang bukan satu-satunya yang dipertaruhkan. Mental kita jauh lebih sering diuji. Ada orang yang masuk pasar modal dengan mental penjudi: berharap keberuntungan, mengabaikan analisis, hidup dari spekulasi. Ada juga yang punya mental pengemis: malas riset, malas baca laporan, tapi rajin meminta jawaban instan dari orang lain.
Keduanya sama-sama berbahaya, bukan hanya di saham, tapi juga di hidup nyata. Karena mental seperti itu rapuh. Saat badai datang, mereka cepat goyah. Saat rugi, mereka menyalahkan orang lain.
B. Yang Ber-TUHAN Pasti Ber-TAHAN
Hidup sudah mengajariku arti sebenarnya dari ketahanan mental.
Sejak kecil, aku sudah berkali-kali berhadapan dengan operasi besar:
1. Usia 3 tahun – Operasi amandel. Secara medis, amandel adalah bagian dari sistem kekebalan tubuh pada anak. Setelah diangkat, wajar jika daya tahan terhadap infeksi tenggorokan menurun. Itu sebabnya sampai sekarang aku mudah radang.
2. Usia 3.5 tahun – Operasi pengangkatan daging tumbuh yang sampai saat ini jahitannya meninggalkan bekas.
3. Usia 26 tahun – Operasi breast tumour, istirahat total tiga bulan, berat badan turun drastis ke 33 kg. Dan ternyata masih tersisa tiga tumor lagi yang sampai saat ini hanya rutin dikontrol pribadi.
4. Di awal tahun ini – Operasi mata kanan karena retina sobek. Bukannya membaik, pandangan justru buram selama lima bulan terakhir karena kerusakan sistem autofocus.
Saat sakit berkepanjangan, otak kita mudah dipenuhi rasa takut, cemas, atau putus asa. Di situ aku belajar bahwa kekuatan mental bukanlah sesuatu yang lahir tiba-tiba, ia dibentuk oleh proses panjang melawan rasa sakit, kegagalan, dan keterbatasan.
Disisi lain aku tetap melanjutkan kuliah, bahkan sampai S2 dengan biayanya dari hasil kerja sendiri. Bukan untuk pamer, tapi untuk menunjukkan bahwa kita bisa berdiri di kaki sendiri tanpa harus mengandalkan belas kasihan atau menggantungkan hidup pada orang lain.
C. Dunia Saham: Mencekam atau Menyenangkan?
Itu sebabnya, ketika aku terjun ke dunia saham, aku membawa mental yang sama. Aku belajar dengan sungguh-sungguh. Aku analisis sendiri. Aku bertanya hanya jika sudah mentok setelah mencari tahu. Aku tidak mau menggantungkan nasib investasiku pada “tebakan” orang lain.
Bertanya itu wajar, tapi malas mencari ilmu itu pilihan yang merugikan diri sendiri.
Psikologinya sederhana:
Di saham, setiap penurunan harga menguji kesabaran dan manajemen emosi.
Di hidup, setiap cobaan menguji keteguhan hati dan daya juang.
Jika di saham kita panik setiap harga turun, sama saja seperti di kehidupan nyata kita panik setiap masalah datang. Padahal yang dibutuhkan adalah ketenangan untuk mencari solusi.
Aku percaya, mental pejuang itu seperti otot. Dia menguat karena sering dipakai. Orang yang terbiasa menghadapi masalah akan lebih tangguh menghadapi risiko di pasar saham. Sebaliknya, orang yang mentalnya rapuh di hidup nyata, biasanya akan cepat kalah di pasar.
Karena di saham maupun di dunia nyata, pemenang adalah mereka yang sanggup bertahan.
rt: $INET $WIFI $BRMS