Growth?
Dalam dunia investasi, banyak orang terjebak pada mitos bahwa saham dengan PER rendah dan PBV rendah otomatis lebih murah dan layak dibeli. Padahal, murah di angka belum tentu murah secara kualitas. Banyak saham yang terlihat undervalued justru terus merosot harganya karena kinerjanya memang stagnan atau bahkan memburuk. Rasio rendah ini sering kali bukan peluang, melainkan tanda bahaya — sebuah value trap yang menunggu korban baru.
Di sisi lain, saham-saham yang bertumbuh meskipun memiliki PER dan PBV di atas rata-rata IHSG sering kali menawarkan peluang yang jauh lebih menjanjikan. Mengapa? Karena pasar bersedia membayar harga lebih mahal untuk perusahaan yang berhasil membuktikan bahwa pendapatannya naik konsisten, labanya meningkat, dan bisnisnya terus berekspansi. Kenaikan valuasi ini adalah cerminan dari prospek masa depan, bukan sekadar angka di laporan saat ini.
Mencari saham yang bertumbuh memang butuh kesabaran dan disiplin analisis. Kita perlu menilai kualitas manajemen, kekuatan brand, potensi pasar, dan daya tahan bisnis dalam jangka panjang. Perusahaan yang sehat secara fundamental biasanya punya arus kas positif, margin keuntungan stabil atau meningkat, dan strategi bisnis yang relevan dengan perkembangan zaman. Hal-hal inilah yang menjadi bahan bakar kenaikan harga saham secara berkelanjutan.
Banyak investor gagal bukan karena mereka tidak paham cara membaca laporan keuangan, tapi karena mereka terjebak fokus mencari “murah” daripada “berkualitas”. Saham bertumbuh memberi peluang untuk compounding keuntungan seiring pertumbuhan bisnis, sementara saham undervalued yang sebenarnya value trap hanya memberi rasa aman semu di awal, lalu perlahan menggerus modal kita. Dalam jangka panjang, kualitas pertumbuhan selalu menang melawan sekadar harga murah.
$BBCA $WIFI $MAPA