SUB INDUSTRI : Alumunium
$CITA , $ALMI , $ALKA
Pada tahun 2025, Indonesia makin mengukuhkan diri sebagai pusat industri aluminium global. Kebijakan larangan ekspor bauksit yang berlaku sejak Juni 2023 telah mendorong hilirisasi di dalam negeri, menarik investasi besar dari konglomerat China seperti Tsingshan, China Hongqiao, dan Shandong Nanshan untuk membangun smelter aluminium dan pabrik pemurnian alumina secara besar-besaran. SGAR Fase II yang ditargetkan rampung pada akhir 2025 akan meningkatkan kapasitas alumina menjadi 2 juta ton per tahun di Kalimantan Barat, guna memasok smelter nasional yang juga sedang dibangun oleh Inalum dan ANTAM bersama MIND ID. Dua proyek smelter utama, PT Kalimantan Aluminium Industry dan PT Bintan Electrolytic Aluminium, masing-masing ditargetkan memulai operasi awal dengan total kapasitas 750 ribu ton aluminium pada 2025, meningkatkan total kapasitas smelter nasional menjadi sekitar 1,53 juta ton.

Melihat ke depan, produksi aluminium domestik diproyeksikan naik tajam menuju capaian 1,5–2 juta ton pada 2025, dengan konsumsi lokal saat ini masih mengandalkan impor sekitar 54–56% dari total permintaan, memberikan ruang ekspansi bagi hilirisasi lebih lanjut. Sejalan dengan roadmap industri nasional dan konferensi industri aluminium serta logam kritis, analis internasional menilai bahwa permintaan global—khususnya dari sektor kendaraan listrik (EV) dan energi terbarukan—akan menjadi pendorong utama, dengan potensi pertumbuhan produksi hingga lima kali lipat hingga 2030. Namun, investor perlu mencermati tantangan energi, regulasi, dan ketergantungan pada biaya rendah yang ditawarkan oleh modal asing, karena hal ini bisa memengaruhi margin dan stabilitas jangka panjang industri.

Catatan :
Jangan pernah percaya siapapun di dunia saham, ada yang cuan, berarti harus ada yang rugi/cutlos/manyun nunggin harga saham naik.
Disclaimer on,

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy