imageProfile
Potential Junk
Potential Spam

$DRMA LK Q2 2025: Dilema Sang Penopang Otomotif

Saat banyak investor mengejar saham teknologi yang heboh, ada perusahaan seperti PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) yang tidak banyak disorot. Perusahaan ini bukan saham seksi yang menjanjikan pertumbuhan gila-gilaan. DRMA adalah pekerja keras di balik layar industri otomotif. Tugasnya adalah memasok komponen penting agar pabrik-pabrik besar bisa terus berproduksi. Menjadi penopang utama itu penting, tapi sering kali bebannya paling berat. Laporan keuangan terbarunya menunjukkan posisi sulit ini dengan sangat jelas.

Angka-angka terbaru mereka untuk pertengahan tahun 2025 menceritakan kisah yang campur aduk. Di satu sisi, ada kabar baik. Pendapatan bersih naik menjadi Rp2,77 triliun dari Rp2,55 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, ceritanya berubah saat kita melihat laba bersihnya. Angkanya hampir tidak bergerak, hanya naik sedikit dari Rp242 miliar menjadi Rp245,4 miliar. Kenaikan penjualan itu seolah tidak sampai ke kantong keuntungan. Penyebabnya jelas, beban pokok penjualan naik lebih cepat dari pendapatan. Rasanya seperti berlari lebih kencang hanya untuk tetap di tempat yang sama.

Tapi, menilai DRMA hanya dari laba yang datar adalah sebuah kesalahan. Laporan laba rugi memang menunjukkan perjuangannya, tapi laporan arus kas menunjukkan kekuatan aslinya. Di sinilah ceritanya menjadi jauh lebih baik. Arus kas dari kegiatan operasi melonjak menjadi Rp354,6 miliar, jauh di atas tahun lalu yang hanya Rp314,9 miliar. Ini bukti bahwa manajemennya sangat ahli dan berpengalaman. Mereka mungkin tidak punya kuasa untuk menaikkan harga jual, tapi mereka jago dalam mengelola kas sehari-hari. Kemampuan mengubah penjualan menjadi uang tunai nyata di bank adalah keuntungan besar yang tidak semua perusahaan punya.

Hal ini membawa kita ke inti model bisnis DRMA, yaitu hubungannya yang tidak seimbang dengan para pelanggan raksasanya. Bergantung pada pelanggan besar seperti PT Astra Honda Motor, yang membeli lebih dari separuh produknya, punya keuntungan dan kerugian. Keuntungannya adalah pesanan yang selalu ada dalam jumlah besar. Kerugiannya adalah posisi tawar DRMA menjadi lebih lemah. Setiap ada kenaikan biaya bahan baku, DRMA harus berjuang keras dalam negosiasi, dan sering kali harus rela keuntungannya berkurang demi menjaga kontrak. Ini adalah pertarungan sunyi yang tidak pernah diberitakan, di mana menjadi efisien bukan lagi sekadar tujuan, tapi syarat untuk bertahan.

Lalu, apa yang dilakukan manajemen dengan semua uang tunai itu? Jawaban mereka adalah sebuah pilihan strategi yang jelas, mereka membagikannya kepada pemegang saham. Dividen tunai sebesar Rp202,3 miliar untuk tahun buku 2024 adalah sebuah pesan. Pesan bahwa manajemen merasa lebih baik uang itu kembali ke investor daripada dipakai untuk mengejar proyek pertumbuhan yang berisiko. Ini adalah pengakuan diam-diam tentang posisi perusahaan saat ini. DRMA bukan lagi pelari cepat, melainkan pelari maraton yang fokus menjaga kecepatan yang stabil.

Pada akhirnya, melihat DRMA adalah tentang melihat gaya investasi kita sendiri. Ini bukan jenis saham yang bisa dipamerkan ke teman-teman karena harganya akan meroket. Ini adalah saham yang bisa diandalkan, seperti mesin diesel yang mungkin berisik dan tidak keren, tapi terus bekerja menghasilkan uang. Keuntungannya mungkin macet di gigi satu, tapi mesin kasnya berjalan sempurna. Pertanyaannya sekarang bukan lagi "apakah perusahaan ini akan tumbuh pesat?", tapi "apakah bisnis yang sangat efisien tapi tertekan ini cukup bagus untuk menjadi pegangan utama dalam portofolio?". Memilih DRMA berarti memilih kepastian yang mungkin membosankan saat pasar sedang menyukai ketidakpastian yang glamor. Dan di pasar yang naik turun, kadang-kadang, sesuatu yang membosankan adalah sebuah kemewahan.

Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.

Tag : $AUTO $SMSM

Read more...
2013-2025 Stockbit ·About·ContactHelp·House Rules·Terms·Privacy