IHSG YTD 2025 Ijo Karena Lokal
Diskusi hari ini di External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan Kode External Community A38138 https://stockbit.com/post/13223345
IHSG pada 4 Agustus 2025 ditutup di 7.464,65, terkoreksi 73,12 poin atau -0,97% dari posisi sebelumnya. Sepanjang hari indeks sempat menyentuh 7.560,06 di level tertinggi dan 7.448,04 di level terendah, dengan pola perdagangan yang menunjukkan pelemahan tajam di sesi siang. Aktivitas perdagangan mencapai 28,77 miliar saham senilai Rp15,89 triliun dengan frekuensi 2,02 juta kali, di atas rata-rata harian YTD Rp13,45 triliun. Namun yang menarik, peningkatan nilai transaksi ini terjadi di tengah tekanan jual asing yang masif, dengan net sell hari ini Rp1,017 triliun dan YTD mencapai Rp62,99 triliun. Komposisi investor YTD 62% domestik dan 38% asing, bahkan hari ini 72% transaksi dilakukan domestik, menunjukkan peran investor lokal yang semakin dominan di tengah keluarnya dana asing. Upgrade skill https://cutt.ly/Ve3nZHZf
Kalau ditelusuri penggerak IHSG sepanjang 2025, bukti jelasnya ada di mismatch antara aliran dana asing dan pergerakan indeks. Dengan asing net sell jumbo Rp62,99 triliun, seharusnya indeks tertekan. Tapi IHSG masih naik +5,43% YTD, artinya yang mengangkat indeks adalah pembelian agresif dari lokal, baik ritel maupun institusi domestik. Daftar top leaders YTD memperkuat ini, karena kontributor terbesar seperti DCII (+355,02 poin), DSSA (+107,74 poin), $BRPT (+102,36 poin), $CDIA (+48,63 poin), dan TPIA (+38,20 poin) bukan saham perbankan big caps yang biasanya jadi ladang asing. Justru sektor perbankan, yang jadi favorit asing, menjadi pemberat YTD seperti $BMRI (-95,74 poin), BBCA (-93,10 poin), BREN (-81,04 poin), dan BBRI (-57,14 poin). Dari sisi sektor, teknologi (+137,27%), basic materials (+30,99%), energi (+8,74%), dan transportasi-logistik (+15,13%) menguat, sementara sektor keuangan malah -1,56%. Semua ini menunjukkan rotasi modal ke sektor yang didominasi pemain lokal, bukan asing.
Dari sisi perdagangan broker, peta transaksinya juga sinkron dengan narasi di atas. Stockbit Sekuritas Digital (XL) memimpin volume 6,71 miliar saham dan frekuensi 833 ribu kali — tipikal dominasi ritel dengan pola high-frequency trading. UBS justru memimpin nilai transaksi Rp3,13 triliun, mengindikasikan masih adanya peran institusi besar di saham-saham big caps, walau secara net masih distribusi. Anomali terlihat pada saham seperti AMMN yang masuk top value Rp621 miliar tapi harganya anjlok -14,75%, tanda distribusi besar-besaran oleh pemegang besar. Saham seperti CUAN dan COIN masuk top frequency tinggi, tetapi tidak semua diiringi kenaikan harga signifikan, membuka kemungkinan adanya transaksi spekulatif atau bahkan wash trade yang memoles likuiditas semu. Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Kalau bicara valuasi, IHSG saat ini masih relatif murah. Dengan P/E pasar di kisaran 11–12× dan P/B sekitar 2,19×, posisinya lebih rendah dari rata-rata historis 5–10 tahun dan lebih murah dibanding banyak bursa tetangga. Sebagai perbandingan, Thailand (SET) punya P/E ~15,9× dan P/B ~1,07×, sementara pertumbuhan earnings Indonesia diproyeksikan +25,8%, jauh lebih tinggi dibanding Vietnam (+13,4%) atau Thailand (+11,5%). Artinya secara fundamental ada ruang re-rating jika arus dana asing kembali masuk. Namun valuasi ini tidak merata. Saham-saham penggerak IHSG YTD seperti DCII atau DSSA bisa sudah diperdagangkan dengan premium tinggi, sementara big caps bank yang fundamentalnya solid justru under-valued karena ditinggalkan asing.
Dari kombinasi semua data ini, reasoningnya jelas. IHSG YTD naik bukan karena aliran dana asing, tapi karena serangan belanja investor lokal di sektor dan saham tertentu yang punya bobot indeks besar. Broker domestik mendominasi, ritel aktif di saham spekulatif, dan asing masih fokus keluar dari big caps bank. Mismatch terjadi antara valuasi pasar yang murah secara agregat versus valuasi saham penggerak yang mungkin sudah mahal. Anomali muncul di saham yang ramai diperdagangkan tapi harganya jatuh, yang bisa jadi sinyal distribusi. Sinkronisasi antara sektor, broker, dan aliran dana memperlihatkan pasar saat ini sedang ditopang oleh likuiditas domestik, yang secara historis lebih rapuh dibanding modal asing.Upgrade skill https://cutt.ly/ge3LaGFx
Kalau strategi investasinya mid-long term, kondisi ini memberi dua peluang. Pertama, akumulasi di big caps undervalued yang sedang didiskon asing, dengan asumsi fundamental tetap kuat. Kedua, memanfaatkan momentum di sektor yang lagi naik daun seperti teknologi dan basic materials, tapi dengan manajemen risiko ketat mengingat kenaikannya didorong euforia domestik, bukan arus modal asing yang lebih stabil.
Ini bukan rekomendasi jual dan beli saham. Keputusan ada di tangan masing-masing investor.
Untuk diskusi lebih lanjut bisa lewat External Community Pintar Nyangkut di Telegram dengan mendaftarkan diri ke External Community menggunakan kode: A38138
Link Panduan https://stockbit.com/post/13223345
Kunjungi Insight Pintar Nyangkut di sini https://cutt.ly/ne0pqmLm
Sedangkan untuk rekomendasi belajar saham bisa cek di sini https://cutt.ly/Ve3nZHZf
https://cutt.ly/ge3LaGFx
Toko Kaos Pintar Nyangkut https://cutt.ly/XruoaWRW
Disclaimer: http://bit.ly/3RznNpU
1/10